Kamis, 25 November 2010

YANG MEMBUAT KITA BESAR

Barry Spilchuk

Dengan perasaan bangga, saya dan Karen dijadikan "Tokoh Orangtua" untuk sehari di kelas taman kanak-kanak Michael, anak lelaki kami. Ia mengajak kami berkeliling kelas, berkenalan dengan semua temannya. Kami ikut dalam aktivitas mereka, memotong dan menggunting lalu merekatkan, begitu pula menjahit; lumayan lama juga kami ikut bermain-main di bak pasir. Bukan main ramainya!

"Ayo, sekarang duduk membentuk lingkaran!" seru ibu guru. "Kita akan bercerita."

Karena tidak ingin kelihatan aneh di mata anak-anak, saya dan Karen ikut "membentuk lingkaran" bersama teman-teman baru kami. Setelah selesai menuturkan cerita tentang "besar", ibu guru bertanya kepada anak-anak yang asyik mendengarkan selama ia bercerita, "Apa yang membuat kalian merasa besar?"

"Serangga membuat aku merasa besar," teriak salah seorang anak.

"Semut," seru anak lainnya.

"Nyamuk," kata seorang anak lagi.

Ibu guru agak kewalahan menghadapi anak-anak yang berebutan menjawab. Untuk mengatasinya, ia memanggil anak-anak yang mengacungkan tangan. Sambil menunjuk seorang anak perempuan, ia bertanya, "Ya, sayang, apa yang membuatmu merasa besar?"

"Ibuku," begitulah jawab anak itu.

"Bagaimana ibumu membuatmu merasa besar?" tanya bu guru dengan heran.

"Gampang saja," kata anak perempuan itu. "Bila ia memelukku dan bilang aku sayang padamu, Jessica!"

(Barry Spilchuk, "A Cup of Chicken Soup for the Soul", Jack Canfield, Mark Victor Hansen and Barry Spilchuk)

Senin, 15 November 2010

MENGAPA BERUANG TUMBUH BESAR

Tsai Chih Chung

Seekor beruang yang bertubuh besar sedang menunggu seharian dengan sabar di tepi sungai deras. Waktu itu memang tidak sedang musim ikan. Sejak pagi ia berdiri di sana mencoba meraih ikan yang meloncat keluar air. Namun, tak satu juga ikan yang berhasil ia tangkap.

Setelah berkali-kali mencoba, akhirnya... hup... ia dapat menangkap seekor ikan kecil. Ikan yang tertangkap menjerit-jerit ketakutan. Si ikan kecil itu meratap pada sang beruang, "Wahai beruang, tolong lepaskan aku."

"Mengapa," tanya sang beruang.

"Tidakkah kau lihat, aku ini terlalu kecil, bahkan bisa lolos lewat celah-celah gigimu," rintih sang ikan.

"Lalu kenapa?" tanya beruang lagi.

"Begini saja, tolong kembalikan aku ke sungai. Setelah beberapa bulan aku akan tumbuh menjadi ikan yang besar. Di saat itu kau bisa menangkapku dan memakanku untuk memenuhi seleramu," kata ikan.

"Wahai ikan, kau tahu mengapa aku bisa tumbuh begitu besar?" tanya beruang.

"Mengapa?" ikan balas bertanya sambil menggeleng-geleng kepalanya.

"Karena aku tak pernah menyerah walau sekecil apa pun keberuntungan yang telah tergenggam di tangan!" jawab beruang sambil tersenyum mantap.

"Ops!" teriang sang ikan.

Smiley...! Bila kita menghargai kesempatan yang kecil, maka ia akan menjadi sebuah kesempatan yang besar.

Rabu, 10 November 2010

MEMBANGUN REPUTASI POSITIF

Mike Pegg

Johnson & Johnson pernah menghadapi krisis kepercayaan. Pada tahun 1982 sejumlah kapsul Tylenol yang beredar di supermarket tercemar sianida. Akibatnya tujuh orang meninggal di Chicago. Masyarakat panik. J & J langsung menanggapinya dengan menarik produk tersebut dan menggantinya dengan paket bebas racun. Tetapi cara ini tidak membawa hasil karena beberapa paket masih tercemar. Akhirnya perusahaan memutuskan untuk menarik semua produk yang beredar dan mengalami kerugian USD. 150 Juta. Hal ini dilakukan daripada berdalih macam-macam atau berbohong megenai produk, lebih baik menjaga reputasi demi keuntungan jangka panjang. J & J serius dalam menjaga
nilai-nilai mereka. Bagaimana anda bisa membangun reputasi yang positif?

1--Perhatikan filosofi anda.

Bagaimana dengan filosofi dan nilai-nilai dasar yang anda yakini selama ini?
Perhatikan, apakah filosofi anda menekankan pada menghormati setiap orang, melayani pelanggan, dan melakukan segala sesuatunya dengan sebaik-baiknya?
Bila ketiga hal ini anda pegang; memperlakukan orang dengan baik, memberikan
kepuasan pada pelanggan, itu akan meningkatkan komitmen pribadi.

2--Perhatikan tujuan anda.

Anda perlu memiliki lebih dari hanya sekedar filosofi hidup saja, anda perlu memiliki sasaran. Anda perlu memiliki misi, visi, dan tujuan. Bahkan perusahaan pun perlu memiliki hal yang sama. Tujuan ini bukan hanya untuk diraih, melainkan untuk membenarkan keberadaan anda dan perusahaan anda. Perhatikan tujuan anda baik-baik, apakah tujuan tersebut sesuai dengan nilai-nilai dasar dan filosofi yang anda yakini kebenarannya?

3--Perhatikan karyawan anda.

Ini adalah hubungan kerja 50/50. Sementara perusahaan mendorong staffnya, para staf tersebut harus mempunyai perhatian pada perusahaan. Agar anda mencapai reputasi positif, anda harus memperhatikan karyawan anda, yaitu dengan memberikan dukungan yang positif, imbalan yang baik, serta menunjukkan bahwa mereka adalah bagian dari tim anda.

4--Perhatikan produk anda.

Apakah anda bangga dengan produk anda? Apakah produk anda sederhana, indah, dan efektif? Perhatikan produk anda demi reputasi anda sendiri. Hasil kerja anda tampak dan dinilai dari produk anda sendiri. Apakah pelanggan menghargai produk anda juga? Itu berarti produk anda haruslah produk yang benar-benar memenuhi kebutuhan dan pelayanan pelanggan anda.

5--Perhatikan masyarakat anda.

Perusahaan-perusahaan besar membuktikan bahwa dengan memperhatikan masyarakat, mereka memperoleh reputasi baik, dan pada ujungnya mereka meraih keuntungan. Jangan hanya memperhatikan pelanggan, namun tunjukkan komitmen anda pada masyarakat. Perhatikan bagaimana anda mewujudkan komitmen anda pada masyarakat, maka pada saat yang sama anda memperhatikan reputasi anda sendiri.

6--Perhatikan kinerja anda.

Bagaimana dengan kinerja anda? Anda harus berupaya mencapai nilai tinggi dari kemampuan profesional anda. Ini menuntut anda untuk berani mengambil resiko. Anda tidak punya pilihan lain, anda harus mengambilnya. Sedangkan untuk mencapai yang terbaik dari anda, anda harus menunjukkan orisinalitas anda, yaitu melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya, sesuatu yang unik dari diri anda. Untuk itu anda harus terus-menerus berlatih. Perhatikan kinerja anda, maka reputasi baik akan mengikuti.

7--Perhatikan keuntungan anda.

Jangan berpikir bahwa keuntungan itu hanya dalam bentuk uang. Bila anda bekerja di rumah sakit, keuntungan diukur dalam bentuk kesehatan dan kebahagiaan orang. Bila anda bekerja di sekolah, keuntungan diukur dalam bentuk kepuasan siswa dan orang tua mereka. Memperhatikan keuntungan berarti melakukan segala sesuatu yang dapat dilakukan untuk mencapai hasil yang lebih baik. Namun, demikian anda tetap harus memperhatikan keuntungan uang. Ada tiga alasan, pertama anda mempunyai kewajiban membayar tagihan, membayar para pemegang saham yang telah membiayai pertumbuhan perusahaan, dan investasi untuk masa depan. Semua ini harus menjadi upaya inovasi untuk mempertahankan pekerjaan.

8--Perhatikan prospek anda.

Mengapa prospek begitu penting?
Karena hampir semua sektor industri akan melihat perubahan tehnologi utama dalam waktu yang sangat singkat. Bagaimana anda memperhatikan masa depan anda? Pertama, anda dapat menginvestasikannya pada orang-orang anda. Anda harus terus-menerus mendidik karyawan anda agar cakap, bermutu dan mampu menjaga kekuatan kompetisi perusahaan. Kedua, anda dapat menginvestasikannya pada produk anda. Ini menuntut anda melakukan inovasi. Dan, inovasi menuntut perubahan paradigma. Perusahaan modern yang tidak mau melakukan inovasi bagaikan dinosaurus di masa modern.

9--Perhatikan tanggung jawab sosial anda.

Bagaimana anda melihat lingkungan sekitar anda?
Apa pendapat anda mengenai sekolah-sekolah di sekitar perusahaan anda? Rumah sakit? perpustakaan? Buruk atau bagus? Perhatikan bagaimana tanggung jawab sosial anda? Reputasi dibangun di atas tanggung jawab sosial anda.

10--Perhatikan lingkungan anda.

Sedikit demi sedikit kesadaran akan perlunya lingkungan yang hijau menjadi tuntutan masyarakat, termasuk kepada perusahaan anda. Berbagai peraturan ditulis untuk menjamin terciptanya lingkungan yang hijau bagi masyarakat. Peranan orang bisnis dalam hal ini semakin meningkat. Bahkan reputasi perusahaan mulai diukur dengan seberapa tinggi kepedulian mereka terhadap lingkungan. Maka, perhatikan lingkungan anda.

(Mike Pegg, Positive Leadership)

Selasa, 19 Oktober 2010

SEGALA SESUATU ITU TAK SELALU SEBAGAIMANA TAMPAKNYA

Dua malaikat sedang melakukan perjalanan. Ketika malam tiba mereka berhenti dan bermaksud menginap di sebuah rumah miliki keluarga kaya. Keluarga itu sangat kasar dan menolak malaikat itu untuk tinggal di kamar tamu mereka. Malah menyediakan ruang bawah tanah yang dingin sebagai tempat menginap bagi kedua malaikat itu. Malam itu, ketika kedua malaikat itu tidur di atas lantai yang keras dan dingin, malaikat yang lebih tua melihat ada lubang di dinding. Kemudian ia memperbaikinya.

Ketika malaikat yang lebih mudah menanyakan mengapa ia melakukan kebaikan pada keluarga yang telah berlaku tidak sopan itu, malaikat yang lebih tua menjawab, "Segala sesuatu itu tak selalu sebagaimana tampaknya."

Esok malamnya, kedua malaikat itu singgah di rumah keluarga petani yang sangat miskin, namun ramah. Mereka membagi makanan, dan mempersilakan kedua malaikat itu tidur di tempat tidur mereka. Malam itu mereka tertidur dengan nyenyak.

Keesokan harinya, ketika matahari terbit, kedua malaikat itu melihat keluarga petani miskin itu bersimbahkan air mata. Satu-satunya sapi perah yang menjadi sumber penghasilan mereka telah mati. Malaikat yang lebih mudah merasa sedih dan marah pada malaikat yang lebih tua, "Mengapa kau tega membiarkan semua ini terjadi! Ketika kau menginap di rumah orang kaya itu, kau malah menolong mereka memperbaiki lubang rumah mereka. Sedangkan kau sama sekali tidak mau menolong keluarga petani miskin yang telah berbaik hati ini! Kau bahkan membiarkan sapi mereka mati begitu saja."

"Segala sesuatu itu tak selalu sebagaimana tampaknya," jawab malaikat yang lebih tua.

"Ketika kita tidur di ruang bawah tanah milik keluarga kaya itu, aku melihat ada timbunan emas di dalam lubang di dinding. Aku tahu pemilik rumah itu sangat serakah ingin memiliki harta sebanyak-banyaknya namun tidak mau membagi pada orang lain, maka aku tutup saja lubang di dinding itu sehingga mereka tidak bisa menemukannya. Sedangkan, tadi malam ketika kita tidur di rumah petani miskin itu, malaikat pencabut nyawa datang untuk mencabut nyawa istri petani itu. Aku katakan mengenai kebaikan mereka dan lebih baik kau cabut nyawa sapi miliki mereka. Maka, segala sesuatu itu tak selalu sebagaimana tampaknya."

Pojok Renungan Editor: Tak perlu terlalu banyak memperdebatkan masalah kebenaran cerita di atas, namun seringkali sesuatu itu terjadi tidak sebagaimana yang kita bayangkan. Percayalah bahwa apa yang terjadi ini selalu memberikan hikmah dan manfaat bagi kita semua. Mungkin anda takkan menyadarinya hingga dalam waktu yang lama.

Senin, 04 Oktober 2010

PENJAHIT JENIUS

Suatu ketika ada seorang pria pergi ke penjahit, dan memesan stelan jas yang murah. Ketika jas yang diinginkannya selesai, ia coba mengepas. Ternyata jas itu sama sekali tak cocok dengan tubuhnya. Bagian belakangnya terlalu besar. Bagian lengan kanannya telalu panjang. Satu bagian kakiknya terlalu pendek. Dan, tiga buah kancingnya terlepas entah kemana. Pria itu sangat kecewa, dan memprotes pada sang penjahit.

"Oh, itu tidak masalah," kata sang penjahit. "Begini saja, coba kau bungkukkan bahumu. Tarik tangan kananmu agak ke dalam. Lalu cobalah berjalan terpincang-pincang untuk menutupi satu sisi celana yang terlalu pendek.
Sedangkan, untuk menggantikan tiga kancing yang terlepas ini, masukkan saja jari-jarimu di lubang kancing itu. Maka, semuanya akan tampak beres!"

Pria itu lalu mencoba memaksakan tubuhnya agar pas dengan stelan jas yang dipesannya. Ia merasa ditipu oleh penjahit itu. Ia lalu meninggalkan penjahit itu. Dan, belum jauh ia berjalan, seorang asing menegurnya. "Hai, siapakah yang menjahitkan jas itu? Tampaknya cocok sekali denganmu," tanya orang asing itu. "Kebetulan sekali aku sedang bermaksud membeli stelan jas."

Pria itu terkejut, namun merasa senang juga ternyata ada yang menganggap jas itu cocok dengan dirinya. Ia lalu menunjuk toko penjahit yang tadi.

"Baiklah, terima kasih banyak," jawab orang asing itu. Ia lalu terburu-buru bergegas menuju toko penjahit yang ditunjuk. "Penjahit itu pasti seorang penjahit yang jenius karena bisa menjahit jas yang pas sekali untuk seorang cacat macam kamu."

Smiley...! Bukankah banyak orang yang terpaksa melakukan sesuatu yang tak disukainya, namun hanya karena pujian mereka tetap saja melakukannya.
Padahal, mungkin saja orang lain bermaksud beda. Maka, jadilah diri kita sendiri, agar nyaman dengan diri kita sendiri.

Rabu, 22 September 2010

JUARA

Soul's Bread:

Suatu ketika diadakan sebuah lomba balap mobil mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab ini adalah babak final. Hanya tersisa empat anak yang harus memamerkan mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab memang begitulah peraturannya.

Di antara finalis itu ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa.
Dibanding semua lawannya, mobil Mark lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu bisa berpacu melawan mobil lainnya. Memang, mobil itu tak begitu menarik. Dibuat dari kayu sederhana dan sedikit lampu kedip di atasnya. Tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki finalis lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua. Mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan: final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap empat mobil, dengan empat "pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan jalur-jalur terpisah di antaranya.

Sesaat sebelum lomba, Mark meminta waktu sebentar. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan yang bertangkup memanjatkan doa. Semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!".

Dor. Tanda pacuan telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing.
"Ayo... ayo.. cepat... cepat..., maju... maju...", begitu teriak mereka.
Aha, bagaimana pun sang pemenang harus ditentukan. Tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan, Mark lah pemenangnya. Mark senang sekali. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih."

Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya. "Hai jagoan, kamu tadi pasti berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?".

Mark terdiam. "Bukan, pak. Bukan itu yang aku panjatkan" kata Mark. Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya tak adil meminta pada Tuhan untuk menolongku mengalahkan orang lain. Aku, hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis jika aku kalah."

Semua hadirin terdiam mendengar itu.
Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.

Rabu, 08 September 2010

Surat PENJUAL BUAH yg patah hati:

"Wajahmu memang MANGGIS,
watakmu juga MELONkolis,
tapi hatiku NANAS karena cemburu,
SIRSAK napasku,
hatiku ANGGUR lebur,
ini DELIMA dalam hidupku,
memang ini juga SALAKku,
jarang APEL malam minggu,
ya Tuhan,
Mohon BELIMBING-Mu,
kalo memang perPISANGan ini yg terbaik untukku,
SEMANGKA kau bahagia dgn pria lain...
SAWOnara...."
Dari: DURIANto

Surat Balasan dari pacarnya yang ternyata TUKANG SAYUR:
"Membalas KENTANG suratmu itu,
BROKOLI sudah kubilang,
jangan tiap dateng rambutmu selalu KUCAI,
JAGUNGmu gak pernah di cukur.
Disuruh dateng malam minggu, ehh nongolnya hari LABU.
Ditambah kondisi keuanganmu makin hari makin PARE,
Kalo mo nelpon aku aja mesti ke WORTEL….
Terus TERONG aja,
Cintaku padamu sudah lama TOMAT...
Jangan KANGKUNG aku lagi,
CABE dehhhhhh!!!"
Dari: KAILAN :p

Kamis, 26 Agustus 2010

SEPULUH HUKUM KEPEMIMPINAN 1#2

Bill Newman

Apa yang membedakan seorang manajer yang memiliki karakter "pemimpin" dengan manajer "biasa" walaupun ia telah mengikuti berbagai macam pelatihan kepemimpinan yang sangat keras? Mengapa ada pemimpin yang seperti ditakdirkan sebagai orang besar, sedangkan ada pemimpin lainnya disalahkan atau menyalahkan diri karena memimpin secara biasa-biasa saja. Jika menurut anda perbedaan tersebut hanya terletak pada "keberuntungan" atau "kesempatan", pendapat anda tidak sepenuhnya benar. Hanya sebagian kecil dari pemimpin sukses mencapai keberhasilan besar melalui keberuntungan dan kesempatan.

Berdasarkan suatu data statistik, banyak pemimpin besar meraih keberhasilan dalam pekerjaan dan kehidupannya melalui seperangkat hukum kepemimpinan yang mendetail dan merupakan prinsip-prinsip yang telah diujicobakan. Sedangkan manajer "biasa", tanpa mengecilkan usaha mereka dalam menjalankan sistem kepemimpinan lain yang cukup beragam, pada kenyataannya tidak mempunyai banyak kesempatan untuk menjadi seorang pemimpin sejati.

Dengan menerima kesepuluh prinsip ini atau paling tidak sebagian besar darinya, kesuksesan berada tak jauh dari anda. Berikut adalah ringkasan dari 10 hukum kepemimpinan yang telah diterima dan dikembangkan oleh pelaku-pelaku bisnis dengan landasan yang cukup kuat sehingga memungkinkan seorang manajer "biasa" membuat satu lompatan besar menjadi seorang "pemimpin".

Hukum 1--Pemimpin memiliki visi

Visi adalah kunci untuk memahami kepemimpinan. Seorang pemimpin sejati tidak pernah kehilangan kemampuan seperti yang dimiliki anak-anak: berimajinasi/bermimpi. Dan ini mereka ujudkan dalam bentuk visi; yaitu impian tentang masa depan; atau seperti melihat sebuah lukisan besar yang mana pemimpin itu sendiri ikut melukis suatu bagiannya. Dengan demikian, visi menjadi sebuah tantangan dunia bagi setiap pemimpin untuk membuat jejak langkah di sana, melalui kekuatan ide, kepribadian, nilai-nilai diri, dan harapan.

Bagi kepemimpinan dan pengikutnya, tidak ada sesuatu yang lebih menyenangkan dan memotivasi orang daripada visi untuk mendapatkan sesuatu yang istimewa. Maka, kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk meraih tujuan yang diminati oleh sebagian besar kelompok tersebut. Di lain pihak, tujuan tersebut menguntungkan bagi mereka. Oleh karena itu, visi bersama haruslah menjadi perasaan yang komperehensif tentang posisi, arah, dan cara hidup untuk meraih tujuan, dan apa yang akan dilakukan ketika tujuan it teraih. Visi seperti api ungun di perkemahan, dimana orang-orang berkumpul mengelilinginya karena cahaya, energi, kehangatan, dan
kebersamaan.

Meski visi adalah impian, namun visi harus fokus dan khas. Visi yang terlalu luas akan membuat pemimpin seolah-olah berada di awang-awang dan kehilangan keberanian untuk mencoba. Visi anda harus berpijak pada kenyataan sehingga tujuan bisa diraih dengan sukses dan tidak mematahkan semangat anda dan orang-orang di sekitar anda.

Hukum 2--Pemimpin memiliki disiplin.

Di dunia ini berlaku hukum tak tertulis, apakah kita akan mendisiplinkan diri sendiri atau yang akan didisiplinkan oleh orang lain. Keberhasilan yang berlangsung terus menerus tidak bisa diraih tanpa disiplin, ketekunan, dan usaha. Disiplin merupakan mandat bagi pemimpin untuk meraih tujuan dan visi-visinya.

Salah satu kesalahan besar generasi kita adalah tidak terlalu menghargai pentingnya kedisiplinan. Banyak orang terpengaruh oleh budaya superfisial yang cenderung menolak segala bentuk pengekangan, dan mengikuti dorongan alami diri kita untuk bersikap santai. Kita dengan mudah melupakan fakta bahwa segala sesuatu dalam hidup tidak mungkin diraih tanpa disiplin.

Sangat sering terjadi seorang pemimpin meraih sukses pada tingkat tertentu, dan kemudian berhenti dan kehilangan semangat bertarung. Mereka harus kembali pada titik start mereka. Ini dikarenakan mereka kehilangan milik mereka yang berharga, yaitu, kedisiplinan diri.

Hukum 3--Pemimpin memiliki kebijaksanaan

Pengetahuan dapat diingat, sedangkan kebijaksanaan menembus batas-batas fisik. Kebijaksanaan adalah sesuatu yang memudahkan kita untuk menggunakan pengetahuan secara benar. Kita hidup di jaman ledakan penegtahuan. Berbagai studi memperlihatkan bahwa setengah dari pengetahuan manusia telah ditemuan satu dekade yang lalu dan seterusnya. Lebih lanjut, pengetahuan kita akan berlipat ganda pada dekade terakhir.

Pemimpin yang efektif selalu mengembangkan pengetahuannya dengan membaca.
Mereka mengumpulkan fakta yang diperlukan sehingga tidak terbatasi dirinya dalam mengambil keputusan. Dengan berpengetahuan, seorang pemimpin tidak takut, ragu-ragu, atau khawatir dalam menyelesaikan pekerjaan, dan terbatu untuk mengatasi banyak masalah, sekaligus merupakan alat untuk berproses.

Kebijaksanaan adalah bagaimana menggunakan pengetahuan yang dimiliki dengan sebaik-baiknya, dan mengembangkan kemampuan untuk menyatakan pendapat. Seorang pemimpin yang efektif memiliki penglihatan kebijaksanaan bukan dari matanya, namun dari dalam dirinya. Kebijaksanaan menuntun diri seorang pemimpin untuk mengenali suatu masalah terlebih dahulu sebelum masalah itu terlanjur menjadi besar.

Hukum 4--Pemimpin memiliki keberanian.

Keberanian seringkali diungkapkan dengan istilah yang berbeda-beda. Ada yang menyatakannya dalam istilah: kegagahan, kepahlawanan, kecerdikan. Tetapi apa pun namanya, keberanian tidak pernah dapat didefinisikan. Keberanian adalah suatu jalan untuk mengekspresikan kekuatan di dalam diri kita, inti dari pikiran kita untuk melawan semua keganjilan, peneguhan bagi kita untuk tetap bertahan pada posisi tersebut.

Tingginya gunung Himalaya menantang keberanian seorang pendaki. Kesulitan pekerjaan memotivasi seorang pemimpin, dan kebutuhan akan bersaing memberikan inspirasi bagi pemimpin. Kepemimpinan sejati adalah mengatakan "ya" untuk hidup, tidak menghindar ketika tugas memanggil. Keberanian adalah bertindak dalam ketakutan, bukan tanpa ketakutan. Keberanian adalah melakukan hal yang ditakutkan. Jika anda melakukan sesuatu tanpa takut, itu bukan keberanian.

Kepemimpinan adalah perjuangan yang memerlukan keberanian. Memiliki keberanian berarti melakukan sesuatu yang diyakini benar, dan bersedia menanggung segala resikonya. Ada beberapa alasan untuk menciptakan keberanian: pemimpin sejati ingin hidup untuk sebuah alasan yang benar dan luhur. Pemimpin sejati sadar bahwa orang memperhitungkan mereka, organisasi dan tim mereka, bahkan keluarga mereka. Pemimpin sejati selalu menjaga visinya menyala dalam dirinya. Inilah yang menumbuhkan keberanian.

Bersambung ======>>

Rabu, 18 Agustus 2010

TIPS MEMBANTU BAWAHAN AGAR BEKERJA BAIK

Sebagai atasan, anda disarankan untuk selalu membantu bawahan agar dapat bekerja dengan baik. Secara logis, bila pekerjaan bawahan baik, maka anda pun menikmati hasil yang baik pula. Selain itu bawahan juga sangat menghendaki pekerjaannya berlangsung dan dinilai baik. Berikut ada beberapa tips yang dapat anda gunakan untuk membantu bawahan bekerja dengan baik. Ingat menolong bawahan, pada akhirnya akan menolong diri anda sendiri. Memajukan bawahan, juga akan menaikkan karier anda sendiri.

1--Jelaskan tanggung jawab dan hasil yang diharapkan dari bawahan anda.

Bawahan harus mengerti secara jelas apa yang menjadi tanggung jawab serta peran mereka dalam departemen anda. Beritahu juga hasil dan kualitas yang anda harapkan dari kerja mereka. Tunjukkan bagian-bagian penting dari pekerjaan itu. Dengan demikian bawahan tahu batas-batas mana yang boleh serta mana yang harus mereka kerjakan.

2--Beri pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan keinginan mereka.

Tugas anda adalah mengenali bakat, minat, serta kemampuan bawahan. Bawahan akan bekerja sangat baik bila anda memberika pekerjaan yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Ini adalah prinsip utama agar anda mendapatkan kesediaan untuk bekerja sama dari bawahan anda.

3--Tunjukkan tujuan dan rencana-rencana anda.

Tujuan akan menumbuhkan harapan dan kemauan untuk berjuang. Sedangkan rencana menunjukkan bahwa anda bersungguh-sungguh ingin mencapai tujuan tersebut. Ini sekaligus memberikan tantangan yang jelas pada bawahan.

4--Beri kebebasan untuk mereka mengembangkan kemampuannya.

Beri kebebasa pada bawahan untuk menunjukkan kemampuannya. Namun, pada saat yang sama buatlah syarat dan ketentuan yang baik. Jangan lepaskan kendali. Anda tetap harus menyusun aturan-aturan yang cukup namun tidak mengekang dan sewenang-wenang.

5--Dukung ide-ide mereka dan beri kesempatan untuk mewujudkannya.

Adalah konsekuensi logis atas kebebasan dan tanggunga yang anda berikan, bila kemudian bawahan menyampaikan ide-ide. Dukunglah ide-ide mereka, terutama ide-ide yang bisa diterapkan dan sejalan dengan tujuan serta rencana yang telah disepakati, lalu beri kesempatan bagi mereka untuk mewujudkannya.

6--Beri informasi dan perlengkapan yang dibutuhkan.

Bantulah bawahan anda dengan senantiasa memberikan informasi-informasi yang mereka butuhkan, baik demi pelaksanaan tugas-tugas, maupun wawasan mereka terhadap pekerjaan secara keseluruhan. Sediakan pula perlengkapan-perlengkapan yang dibutuhkan untuk bekerja baik. Jangan sampai bawahan anda mengelak dengan alasan peralatan yang tidak memadai.

7--Mintalah laporan secara berkala.

Meminta laporan adalah pertanda anda menaruh perhatian sekaligus kendali akan pekerjaan bawahan anda. Anda pun bisa menilai pekerjaan bawahan anda dari laporan yang anda terima. Dengan demikian anda pun bisa memberikan umpan balik serta memastikan bahwa tujuan serta rencana anda tetap berjalan dengan baik.

8--Periksa kemajuan kegiatan kerja mereka dan beri umpan balik.

Sesekali waktu adakan pertemuan untuk bersama-sama memeriksa kemajuan kerja. Anda dan bawahan tidak bisa terus-menerus bekerja tanpa berhenti sejenak melihat hasil kerja anda secara obyektif. Beri umpan balik yang mereka sangat butuhkan untuk menilai diri mereka sendiri. Doronglah bawahan anda untuk tetap fokus pada tujuan semula.

9--Jadikan ini sebagai sebuah proses pendidikan.

Jadikan seluruh proses ini sebagai bagian dari tugas anda dalam mendidik bawahan anda. Atasan bukan sekedar bos, melainkan pemimpin sekaligus guru yang membimbing bawahan untuk maju. Adalah sebuah penghargaan bila bawahan anda menjadikan anda sebagai pembimbing dan pendidik mereka.

10--Kembangkan kemampuan komunikasi persuasif anda.

Pada diri anda sendiri, anda seharusnya mampu mengembangkan kemampuan komunikasi persuasif anda. Tujuannya adalah agar anda mampu menarik simpati bawahan. Dengan demikain bawahan bisa cepat tanggap dan bertindak sekaligus merasa berada dalam satu tim yang baik.

11--Bertindaklah adil.

Jangan pilih kasih. Perlakukan bawahan sebagaimana mestinya. Perlakuan yang tidak adil mudah sekali melemahkan semangat orang-orang dan merusak apa yang sudah dibangun dengan susah payah. Lindungilah hak-hak bawahan. Jangan selalu menekankan pada tanggung jawab dan kewajiban.

12--Jangan campuri kehidupan pribadi mereka.

Bukan berarti anda acuh dengan keadaan bawahan, namun jangan sampai anda masuk dalam persoalan-persoalan pribadi mereka tanpa mereka kehendaki. Beri perhatian secukupnya, namun jangan campuri urusan dalam negeri mereka. Mereka lebih tahu bagaimana cara mengatasinya.

13--Jagalah keselamatan kerja bawahan.

Jangan lupa, keselamatan sama pentingnya dengan produktivitas dan kualitas kerja. Keselamatan adalah bagian dari kesejahteraan. Karena itu, upayakan untuk selalu menjaga keselamatan bawahan. Dan, ini adalah bentuk lain dari perhatian yang sangat menarik simpati orang lain.

Senin, 09 Agustus 2010

NARADA MEMBAWA MANGKUK BERISI SUSU

Anthony de Mello

Orang bijaksana dari India, Narada, menaruh bakti kepada Dewa Hari. Demikian besar baktinya, hingga pada suatu hari ia tergoda untuk berpikir, bahwa di seluruh dunia tidak ada orang yang mencintai Tuhan melebihi dia.

Dewa Hari membaca hatinya dan berkata, "Narada, pergilah ke kota di pinggir Bengawan Gangga, sebab seorang penyembahku diam di sana. Hidup di sampingnya akan baik bagimu."

Narada pergi dan bertemu dengan seorang petani, yang pagi bangun, menyebut nama Hari hanya satu kali, lalu mengangkat bajaknya dan pergi ke ladangnya, di mana ia berkerja sepanjang hari. Hanya sesaat sebelum tidur di waktu malam ia mengucapkan nama Hari satu kali lagi.

Narada berpikir, "Bagaimana si petani ini bisa berbakti kepada Hari? Kulihat dia sepanjang hari sibuk dengan urusan duniawi."

Lalu Hari berkata kepada Narada, "Isilah mangkuk dengan susu sampai penuh dan berjalanlah keliling kota. Lalu datanglah kembali tanpa menumpahkan satu tetespun juga". Narada berbuat apa yang dikatakan.

"Berapa kali engkau ingat akan daku selama perjalanan keliling kota?" tanya Hari.

"Tidak satu kalipun, Hari", kata Narada. "Bagaimana aku bisa, kalau Engkau menyuruh aku memperhatikan mangkuk berisi susu itu?"

Hari berkata., "Mangkuk itu menguasai pikiranmu hingga engkau lupa aku sama sekali. Tetapi lihat petani ini yang meskipun dibebani tugas menghidupi keluarga ia ingat akan daku dua kali sehari."

(Anthony de Mello, SJ, The Prayer of The Frog)

Kamis, 29 Juli 2010

BELAJAR UNTUK DIAM

Diadaptasi dari: Paul Reps

Ada empat murid yang bermaksud melakukan meditasi keheningan selama tujuh hari di sebuah biara. Semasa masa meditasi mereka semua sepakat untuk tidak saling berbicara.

Pada hari pertama, semuanya diam. Meditasi mereka berlangsung khusyu. Namun ketika malam mulai tiba, nyala lampu lampion menjadi remang-remang. Salam seorang murid tidak bisa menahan diri dan berteriak pada pelayan biara, "Pelayan, tolong betulkan lampu itu."

Murid kedua heran mendengar suara temannya. Ia lalu berbisik, "Ssstt,bukankah kita tidak boleh berbicara."

Melihat hal ini murid ketiga menegur, "Kalian berdua bodoh sekali. Mengapa kalian berbicara?"

Murid keempat tersenyum-senyum sendiri, "Hm, sayalah satu-satunya yang tidak berbicara," katanya menyimpulkan.

Smiley...! Terkadang di saat kita menertawakan kesalahan orang lain, kita pun sedang melakukan kesalahan yang sama.

Selasa, 20 Juli 2010

MENJADI PELAKSANA POSITIF

Mike Pegg

Bagaimana cara anda mewujudkan sesuatu? Bila anda adalah seorang jendral,anda memerlukan prajurit. Para prajurit inilah yang mewujudkan keberhasilan anda, sekaligus dapat menggagalkannya. Pada sebuah organisasi yang besar, para manajer menengah adalah pelaksana yang mewujudkan visi yang diberikan oleh para pemimpin puncak. Peran manajer madya ini adalah memegang teguh keyakinan perusahaan dan melaksanakannya dalam praktek; mewujudkan visi perusahaan menjadi tindakan nyata, membentuk tim yang sukses, serta memperoleh hasil positif; memberi semangat, mengembangkan dan menjaga agar karyawan tetap bekerja di perusahaan; serta mengembangkan bakat mereka sendiri dan terus melayani perusahaan. Inti terpenting adalah pelaksana yang baik mengerjakan hal-hal sederhana dengan baik. Bagaiman anda bisa menjadi pelaksana yang positif? Berikut sepuluh langkah yang bisa anda gunakan.

1--Jadilah manajer yang baik.

Pelaksana yang baik memperoleh penghargaan berdasarkan tindakannya sebagai model yang baik. Untuk itu anda harus mampu mengatur diri anda, waktu, tugas, rapat, serta bawahan. Pastikan anda mengerjakan pekerjaan yang tepat dalam karier anda. Gunakan waktu sebaik-baiknya bagi kepentingan anda, keluarga, kesehatan anda. Luangkan waktu bersama dengan orang-orang yang dapat mendorong anda. Seorang manajer yang cemerlang adalah yang mampu menghayati peran dalam pekerjaannya dengan baik.

2--Bentuklah sebuah tim pelaksana.

Anda tidak dapat bekerja sendiri. Anda harus membentuk sebuah tim yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program kerja. Pilihlah mereka yang setia pada perusahaan dan mengenal baik aspek-aspek perusahaan. Mereka haruslah bisa diterima dan disegani di kalangan karyawan, baik oleh karyawan bawah, manajer lini bahkan dewan manajer. Terlebih lagi mereka juga haruslah orang-orang yang mampu mengatur diri mereka sendiri agar bisa mewujudkan gagasan menjadi hasil nyata.

3--Buatlah rencana kerja jangka panjang.

Anda harus membuat dua macam rencana kerja: rencana jangka dan jangka pendek. Pertama kali anda harus menyusun rencana kerja jangka panjang yang menunjukkan semua pekerjaan yang harus dilakukan selama proyek berlangsung. Ada orang yang tidak suka menyusun rencana, mereka lebih suka langsung terjun menghadapi persoala. Hal ini tampak hebat, namun tidak mudah dan melelahkan. Bagaimana pun anda harus tahu tujuan yang benar, langkah yang benar dan meraih hasil yang benar.

4--Buatlah rencana jangka pendek.

Susunlah rencana atas pekerjaan yang harus anda lakukan selama satu hari, satu minggu, satu bulan. Temukan cara perencanaan jangka pendek yang paling sesuai dengan gaya kerja anda. Yang lebih penting lagi, perencanaan jangka pendek itu harus tetap mengacu pada tujuan dan rencana-rencana jangka panjang anda.

5--Jabarkan visi anda menjadi tujuan departemen, tujuan tim, dan tujuan pribadi.

Visi harus dijabarkan menjadi tujuan-tujuan yang dapat dicapai serta diikuti dengan penyusunan rencana kerja. Bila visi anda tidak dapat dijabarkan ke tingkat rencana, maka sulit bagi anda untuk mewujudkan visi anda. Lebih sulit lagi bagi tim anda untuk melakukan sesuatu.

6--Dapatkan komimen pribadi para karyawan.

Ini adalah bagian yang rawan. Meski anda telah menyusun visi dan rencana sebaik mungkin, tim anda takkan bergerak bila anda tak mampu memotivasi mereka. Anda harus mampu menjangkau mereka secara pribadi. Caranya adalah dengan menunjukkan apa yang perlu dikerjakan serta melibatkan mereka dalam dialog penetapan tujuan. Bila mereka telah menunjukkan kesepakatan, berilah dukungan 100% agar semakin tumbuh hasrat meraih sasaran. Kini tugas anda dalah menyambut secara positif setiap komitmen pribadi.

7--Doronglah orang untuk bersikap kreatif.

Seimbangkan antara "lepas tangan" dan "campur tangan". Doronglah orang untuk memberikan gagasan, namun jelaskan bidang-bidang mana yang dapat atau tidak dapat dipengaruhi. Tunjukkan batas-batas dimana mereka dapat melakukan perubahan. Jangan tekan bakat yang muncul, namun pastikan bahwa gagasan yang muncul dapat dilaksanakan. Selanjutnya, publikasikan keberhasilan yang diraih atas gagasan tersebut, ini akan mengilhami orang lain menjadi kreatif.

8--Jadilah pemberi semangat yang baik.

Pergokilah orang-orang di saat mereka melakukan sesuatu yang baik, dan beritahukan pada mereka. Kejutan positif memberikan kekuatan untuk menghadapi tantangan. Namun demikian anda juga harus memberi pesan yang jelas tentang apa yang anda harapkan agar mereka dapat melakukan dengan lebih baik lagi di masa depan.

9--Lakukan perubahan-perubahan fisik.

Doronglah orang-orang anda untuk melakukan perubahan fisik, terutamanya memperbaiki tempat kerja mereka. Berilah otonomi pada setiap orang untuk mengatur ruang kerja mereka. Ini dapat memberikan kepuasan kerja yang lebih besar dan peningkatan kinerja.

10--Lengkapilah program pelaksanaan.

Jangan hanya menyusun rencana kerja dan meminta orang lain melaksanakannya, anda harus melengkapinya dengan laporan singkat mengenai pelaksanaan program anda. Tunjukkan pada orang-orang mana yang telah dicapai dengan baik, mana yang tercapai namun tidak cukup baik, dan mana yang belum tercapai.

(Mike Pegg, Positive Leadership)

Selasa, 13 Juli 2010

KEPADA MEREKA YANG SIBUK BERKARIR

Soul's Bread:

Seperti biasa Rudi, kepala cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Imron, putra pertamanya yang baru duduk di kelas dua SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama.

"Kok, belum tidur?" sapa Rudi sambil mencium anaknya. Biasanya, Imron memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari. Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Imron menjawab, "Aku nunggu Ayah pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Ayah?"

"Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah? Mau minta uang lagi, ya?"

"Ah, enggak. Pengen tahu aja."

"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja.
Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa, hayo?"

Imron berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Rudi beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Imron berlari mengikutinya.

"Kalau satu hari ayah dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam ayah digaji Rp 40.000,- dong," katanya.

"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok," perintah Rudi.

Tetapi Imron tak beranjak. Sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, Imron kembali bertanya, "Ayah, aku boleh pinjam uang Rp 5.000,- nggak?"

"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini?
Ayah capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah."

"Tapi, Ayah..."

Kesabaran Rudi habis. "Ayah bilang tidur!" hardiknya mengejutkan Imron. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya. Usai mandi, Rudi nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Imron di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Imron didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp 15.000,- di tangannya.

Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Rudi berkata, "Maafkan Ayah, Nak. Ayah sayang sama Imron. Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok' kan bisa. Jangankan Rp 5.000,- lebih dari itu pun ayah kasih."

"Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini."

"Iya,iya, tapi buat apa?" tanya Rudi lembut.

"Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu sangat berharga. Jadi, aku mau beli waktu ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,-. Tapi karena Ayah bilang satu jam Ayah dibayar Rp 40.000,-, maka setengah jam harus Rp 20.000,-. Duit tabunganku kurang Rp 5.000,-. Makanya aku mau pinjam dari Ayah," kata Imron polos.

Rudi terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat.

(Saya tidak tahu apakah kisah di atas fiktif atau kisah nyata. Tapi saya tahu kebanyakan anak-anak orang kantoran maupun wirausahawan saat ini memang merindukan saat-saat bercengkerama dengan orang tua mereka. Saat dimana mereka tidak merasa "disingkirkan" dan diserahkan kepada suster, pembantu atau sopir. Mereka tidak butuh uang yang lebih banyak. Mereka ingin lebih dari itu. Mereka ingin merasakan sentuhan kasih-sayang Ayah dan Ibunya. Apakah hal ini berlebihan? Sebagian besar wanita karier yang nampaknya menikmati emansipasi-nya, diam-diam menangis dalam hati ketika anak-anak mereka lebih dekat dengan suster, supir, dan pembantu daripada ibu kandung
mereka sendiri. Seorang wanita muda yang menduduki posisi asisten manajer sebuah bank swasta, menangis pilu ketika menceritakan bagaimana anaknya yang sakit demam tinggi tak mau dipeluk ibunya, tetapi berteriak-teriak memanggil nama pembantu mereka yang sedang mudik lebaran.)

Kiriman : Rudy Priambodo

Senin, 05 Juli 2010

BAGAIMANA KEKUASAAN BISA HILANG

Jeffrey Pfeffer

Kekuasaan bisa hilang. Bahkan yang kuat sekali pun akan tergeser. Mengapa
hal itu terjadi? Sebagaimana politik perusahaan jelas sekali bahwa bermain
politik dalam perusahaan dapat dilakukan dengan cantik, termasuk memahami
dan menyadari bahwa kekuasaan bisa hilang. Ada empat sebab yang
disampaikan oleh Jeffrey Pfeffer yang kami ringkas berikut. Yaitu:
ketidakmampuan kita menghadapi perubahan, ketidaktahuan kita akan dinamika
kekuasaan, sikap pribadi yang salah, dan faktor usia. Tujuan dari
pembicaraan ini adalah untuk menyadari bagaimana kita tidak kehilangan
kekuasaan terlalu dini, dan bagaimana meninggalkan kekuasaan dengan baik.

Perubahan organisasional seringkali, jika bukan tidak dapat dihindari,
melibatkan perubahan dalam distribusi kekuasaan. Dalam beberapa
organisasi,
perubahan dalam kekuasaan dan perspektif berlangsung dengan mulus, sementara
yang lain ditunda atau diperebutkan. Tetapi dalam setiap peristiwa, dinamika
kekuasaan tidak dapat dielakkan selalu berhubungan dengan dinamika
organisasional. Oleh karena itu, memahami bagaimana kekuasaan bisa hilang
adalah hal yang esensial dalam memahami perubahan organisasi.

Perbedaan antara kepentingan organisasi dan kepentingan individu paling
tampak di saat kita mengamati kasus seseorang yang sedang kehilangan
kekuasaannya. Bagi seseorang, kehilangan kekuasaan dan kedudukan bisa sangat
menyakitkan, bahkan menghancurkan. Bagi organisasi, pergeseran kekuasaan
seringkali lebih sering ditujukan untuk melakukan terapi, mendapatkan idea
baru, informasi baru dan ketrampilan baru untuk mengambil alih dan
menyelesaikan masalah kritis yang terjadi di masa kepemimpinan lama. Tentu
saja tidak ada jaminan bahwa suksesi kekuasaan akan memperbaiki suasana.
Tetapi pergeseran seperti itu hampir tidak dapat dielakkan untuk
diasosiasikan dengan perubahan, atau setidaknya dengan potensi untuk
beradaptasi.

Pergeseran kekuasaan hampir pasti terjadi. Bahkan setelah mendapatkan
kekuasaan, lambat laun kita akan kehilangannya. Keinginan untuk menjadi
pusat perhatian membuat kita saling bersaing. Padahal berkuasa adalah
kesempatan untuk diamati secara dekat. Dan, tentu saja pengamatan ini mengij
inkan sedikit sekali kesalahan. Tujuan dari tulisan ini adalah bukan hanya
untuk membantu pembaca mempertahankan kekuasaan setelah memilikinya, namun
juga bagaimana kita bisa berdamai dengan evolusi pengaruh dalam organisasi
kita sendiri.

Waktu Berubah, Orang Tidak.

Untuk menghindari kehilangan kekuasaan, kita perlu peka terhadap perubahan
yang halus dalam lingkungan dan mengerti bagaimana gaya tertentu, aktivitas
tertentu, dan pendekatan tertentu efektif. Semua itu hanya cocok untuk tata
cara dan kondisi tertentu juga. Kita perlu memiliki fleksibilitas untuk
menyesuaikan sikap kita dan berakomodasi dengan realitas baru. Bahkan, kita
harus berani meninggalkan kebiasaan lama.

Orang yang memiliki kekuasaan jarang ditentang atau diberi kabar buruk. Jika
mereka ditentang, mereka cenderung untuk menolak informasi yang tidak cocok.
Setelah mengembangkan ketrampilan tertentu dengan satu cara tertentu, mereka
tidak selalu trampil dalam mencari pendekatan alternatif. Tidak mengherankan
jika kemudian perubahan situasi seringkali menghasilkan sebuah dinamika yang
mengakibatkan mereka yang memegang kekuasaan akan kehilangan kekuasaan itu
sendiri.

Mudah didapat, mudah hilang.

Orang yang mendapatkan kedudukan yang kuat tanpa harus bekerja keras, tanpa
pengalaman dalam mendapatkan dan memegang kekuasaan seringkali kehilangan
kekuasaan itu karena kurangnya wawasan akan dinamikanya. Meskipun
kelihatannya seperti nasib baik memperoleh kedudukan tinggi secara
tiba-tiba, namun nasib baik itu kadang-kadang hanya sebentar saja.

Dalam mendapatkan suatu pekerjaan, anda harus mengembangkan jaringan
hubungan dan menyerap banyak pengetahuan tentang lembaga-lembaga yang ada
dalam organisasi. Hal ini tidak didapat oleh orang luar. Itulah mengapa
banyak enterprenur yang memulai organisasi seringkali disingkirkan dari
organisasinya saat mereka tumbuh dan berkembang. Pada saat mulai, mereka
mulai pada tingkat yang paling puncak, dan seringkali kurang peka terhadap
nuansa hubungan kekuasaan yang mengancam mereka kemudian.

Maka jika seseorang menawarkan pada anda suatu pekerjaan yang memberikan
banyak kekuasaan daripada yang anda harapkan, anda harus menanyakan motif
mereka, dan apa yang tersembunyi di balik semua itu. Anda tetap perlu
mengetahui bagaimana hubungan kekuasaan dalam organisasi tersebut agar anda
bisa menjalankan agenda anda. Selain itu, janganlah anda mengasumsikan bahwa
kedudukan formal dapat dipertahankan dalam waktu lama. Kekuasaan dapat
memiliki banyak sumber, tetapi kedudukan yang tersedia hanya satu. Bila anda
mendapatkan kedudukan, maka rencanakan kelangsungan jangka panjangnya dengan
membangun sumber kekuasaan yang lain. Jangan pernah percaya bahwa kedudukan
itu sendiri memberikan jaminan daripada yang sesungguhnya.

Kesombongan, Keistimewaan, dan Kesabaran.

Kekuasaan bisa hilang karena setelah mendapatkan kekuasaan, seseorang
tergoda untuk segera mengambil keuntungan dari kedudukan itu. Orang
kadang-kadang bersikap sombong dan lupa bahwa otoritas yang ada pada dirinya
diperoleh dari pemberi kekuasaan. Sikap pribadi yang keliru, berupa,
kesombongan, penggunaan hak-hak istimewa, dan kurangnya kesabaran seringkali
mengakibatkan kejatuhan mereka yang berkuasa.

Bersikap sombong adalah berpikir bahwa anda selalu benar, dan menempatkan
diri anda di atas terpisah dari yang lain sehingga anda akan kehilangan
dukungan mereka. Jangan sekali-kali kesombongan dan kebanggaan akan
kekuasaan membuat anda meremehkan bahkan menghina lawan anda. Gunakan waktu
dan tenaga anda untuk bekerja dan merencanakan tindakan yang baik. Bila anda
mulai meremehkan lawan, anda akan kalah. Kekuasaan juga dapat hilang karena
anda kurang sabar, berusaha melakukan terlalu banyak, terlalu cepat dan
serakah dalam mengambil kesempatan, serta terburu-buru meraih kemenangan.

Pahamilah bahwa organisasi membutuhkan saling ketergantungan. Meskipun anda
berkuasa dan memiliki kedudukan penting, ketergantungan pada orang lain
tetap ada. Sungguh menggoda untuk bersikap tamak akan kekuasaan yang
diperoleh dengan susah payah dan menerima imbalan dari usaha anda. Tetapi
dengan berusaha mendapatkan keuntungan terlalu besar dan terlalu awal maka
kekuasaan anda akan runtuh.

Lewatnya Waktu.

Menjadi tua adalah sesuatu yang tak dapat dielakkan. Hal ini jelas sekali,
tak peduli bagaimana kaya, populer, dan cerdasnya kita, kita akhirnya
kehilangan kekuasaan karena pensiun. Memang, secara psikologis, sulit sekali
melepaskan sesuatu yang telah kita raih setelah kita bekerja keras untuk
mendapatkan kedudukan dan persyaratannya. Memang ada beberapa perkecualian.
Ada beberapa orang yang tetap saja berkuasa meski telah melewati usia
pensiunnya, namun hal ini jarang sekali. Kita pun tak bisa berharap kita
akan memilikinya.

Cara terbaik untuk menghadapi hilangnya kekuasaan karena soal waktu adalah
dengan melembagakan proses itu. Kita semestinya mulai menentukan masa
jabatan dan mekanisme suksesi wajib. Dengan demikian kita mengurangi noda
yang muncul akibat kehilangan kekuasaan dan menjadikan pergantian kekuasaan
sebagai sesuatu yang wajar-wajar saja. Degan demikian kita bisa menghindari
trauma, baik bagi pribadi maupun organisasi.

Jadi yang kita sampaikan dalam tulisan ini adalah bagaimana kita bisa
menghindari kehilangan kekuasaan terlalu dini dan bagaimana meninggalkannya
dengan baik. Dengan mengerti peran kita dalam organisasi, kita akan lebih
mudah mencapai kedua tujuan itu.

(Jeffrey Pfeffer, diringkas dari buku Managing With Power)

Senin, 21 Juni 2010

TIPS BERSIKAP MENGHADAPI KESALAHAN YANG MEMALUKAN

Pernahkah anda melakukan suatu kesalahan? Hampir setiap orang pernah melakukannya. Terlebih lagi mereka yang setiap harinya berinteraksi dalam kehidupan kantor. Kita mungkin melakukan kesalahan pada atasan, bawahan, dan kolega. Tetapi melakukan kesalahan yang memalukan adalah hal lain yang mungkin sulit dihapus begitu saja. Mungkin anda pernah menumpahkan kopi di kemeja tamu bisnis anda. Atau, tanpa sengaja mengirim email ejekan pada bos anda. Atau, menghilangkan data penting milik bawahan anda. Atau, salah memanggil nama pasangan kolega anda. Atau, ah banyak sekali kesalahan yang mungkin terjadi.

Anda malu, itu pasti. Anda mungkin juga merasa takut, cemas, gelisah, tidak enak hati, dan sebagainya. Itu adalah reaksi spontan. Sebagian besar kesalahan itu akan menjadi bahan kenangan hingga waktu yang lama. Namun demikian anda perlu mengambil sikap agar anda bisa segera mencairkan suasana dengan segera.

Berikut ada beberapa tips bersikap saat anda melakukan kesalahan yang memalukan.

1--Minta maaf setulus hati.

Tunjukkan permintaan maaf yang spontan dan tulus. Permintaan maaf semestinya bukan sekedar tuntutan moral, melainkan juga dorongan rasa bersalah dari dalam diri dan keinginan untuk memperbaiki keadaan. Percayalah, semua orang berjiwa pemurah bila anda menunjukkan penyesalan dan mau meminta maaf dengan setulus hati. Jadi, jangan tunda permintaan maaf anda. Lakukan segera setelah kesalahan terjadi. Anda juga boleh mengulang permintaan maaf itu beberapa waktu kemudian. Namun jangan berlebihan sehingga merusak itikad baik anda.

2--Jangan menyalahkan orang lain atau mencari-cari alasan.

Sesaat setelah melakukan kesalahan, mungkin anda tertegun dan merasa bodoh. Lalu mencari berbagai alasan guna menutupi semua itu. Ini adalah reaksi wajar. Namun, mencari alasan dan menyalahkan orang lain hanya akan memperburuk keadaan. Pikullah tanggung jawab atas kesalahan itu dengan gagah berani.

3--Jelaskan dan temukan sisi positif dari kesalahan.

Kebanyakan kesalahan tak memerlukan penjelasan. Namun bila dikomunikasikan justru bisa membuka pintu saling pengertian yang lebih baik antara anda dan orang lain. Ungkapkan perasaan anda sejujurnya, gunakan kata-kata yang cerdas, dan biarkan orang lain memahami anda. Di saat yang bersamaan, pahami kekecewaan dan kemarahan orang lain. Jadikan momen ini sebagai titik awal perbaikan pemahaman dan hubungan anda.

4--Lakukan langkah perbaikan.

Permintaan maaf belumlah cukup. Anda harus membuktikannya dengan melakukan perbaikan. Sudah sepantasnya anda mengganti kesalahan itu dengan ganjaran yang setimpal. Bila anda menuangkan kopi ke kemeja seseorang, jangan ragu membeli kemeja yang serupa. Permintaan maaf mungkin hanya berada di bibir, anda perlu meminta maaf melalui tindakan yang nyata.

5--Terimalah kesalahan itu sebagai pelajaran.

Bila kesalahan yang memalukan itu terjadi, terimalah bahwa itu telah terjadi. Ini adalah langkah terbaik untuk memaafkan diri anda sendiri. Merasa bersalah itu boleh-boleh saja, namun bila anda tak mampu menerima dan terus-menerus menyesalinya, itu sama dengan menyiksa diri. Belajarlah menertawakan kesalahan diri sendiri. Terkadang melakukan kesalahan sudah merupakan suratan takdir.

6--Bertekadlah untuk tidak melakukan kesalahan yang sama.

Tak ada orang yang begitu suci sehingga tak melakukan kesalahan sekali pun. Yang membedakan satu orang dengan yang lain adalah kemampuannya memetik pelajaran dari kesalahan itu, dan bertekad untuk tidak mengulanginya. Bila anda tahu cara mengatasi suatu kesalahan, anda menjadikannya sebagai batu pijakan pengembangan diri.

Senin, 14 Juni 2010

MEMBERI APA BISA DIBERI

Soul's Bread:
Glenn Van Ekeren

Pada masa ketika tembok Berlin masih berdiri, ada beberapa orang Berlin Timur yang memutuskan untuk mengirim "bingkisan" kepada tetangga mereka di Berlin Barat. Mereka mengisi sebuah truk pengangkut tanah dengan barang-barang yang tidak diinginkan, seperti, sampah, puing-puing bangunan, dan banyak lagi barang yang menjijikkan yang dapat mereka temukan. Mereka dengan tenang membawa bingkisan itu melintasi perbatasan, mendapat izin untuk lewat, dan mengirimkan bingkisan tersebut dengan membuangnya di kawasan Berlin Barat.

Tidak sulit untuk menduga bahwa orang Berlin Barat tersinggung karenanya dan berpikir untuk memberikan balasan yang setimpal. Orang langsung mulai menawarkan gagasan-gagasan mereta tentang cara membalasa perbuatan tak terpuji itu.

Tiba-tiba ada seorang bijak datang ketengan mereka yang sedang mengumbar nafsu amarah. Ia menawarkan sesuatu yang benar-benar berbeda. Yang sangat mengherankan, orang menanggapi saran tersebut dengan senang hati dan mulai mengisi sebuah truk sampai penuh dengan barang-barang yang terhitung langka di kawasan Berlin Timur. Pakaian, makanan, obat-obatan, semua dinaikkan ke dalam truk.

Mereka membawa truk bermuatan penuh itu melintasi perbatasan, kemudian dengan hati-hati membongkar dan menyusun barang-barang berharga itu di tanah, dan meninggalkan sebuah pesan yang berbunyi, "Setiap orang memberi sesuai dengan kemampunyannya untuk memberi."

Kita dapat membayangkan bagaimana reaksi mereka yang melihat "bingkisan balasan" itu serta pesan yang tertulis bagi mereka. Perasaan mereka campur aduk. Terkejut. Malu. Kehilangan kepercayaan diri. Bahkan mungkin ada yang menyesal.

Yang kita berikan kepada orang lain merupakan sebuah pesan yang jelas sekali mengenai siapa kita. Cara kita menanggapi perbuatan tidak ramah, perbuatan tidak adil, atau sikap tidak tahu terima kasih juga mencerminkan karakter kita yang sesungguhnya.

(Glenn Van Ekeren, 12 Simple Secret of Happyness)

Rabu, 02 Juni 2010

KEMBALIKAN KERANJANG ITU

Smiley:
Anthony de Mello

Suatu saat ada sepasang suami istri yang hidup serumah dengan ayah sang suami. Orang tua ini sangat rewel, cepat tersinggung, dan tak pernah berhenti mengeluh. Akhirnya suami istri itu memutuskan untuk mengenyahkannya.

Sang suami memasukkan ayahnya ke dalam keranjang yang dipanggul di bahunya.
Ketika ia akan meninggalkan rumah, anak lelakinya yang baru berusia sepuluh tahun muncul dan bertanya, "Ayah, kakek hendak dibawa kemana?"

Sang ayah menjawab bahwa ia bermaksud membawa kakek ke gunung agar ia bisa belajar hidup sendiri. Anak itu terdiam. Tapi pada waktu ayahnya sudah berlalu, ia berteriak, "Ayah, jangan lupa membawa pulang keranjangnya."

Ayahnya merasa aneh, sehingga ia berhenti dan bertanya mengapa. Anak itu menjawab, "Aku memerlukannya untuk membawa ayah nanti kalau ayah sudah tua."

Sang ayah segera membawa kembali sang kakek. Sejak saat itu mereka memperhatikan kakek itu dengan penuh perhatian dan memenuhi semua kebutuhannya.

Smiley: "Hukuman" yang kita berikan pada orang lain, mungkin akan berbalik pada diri kita sendiri.

(Anthony de Mello)

Senin, 24 Mei 2010

TATTO GAMBAR SINGA

Diadaptasi dari: Idries Shah

Suatu ketika ada seorang lelaki yang menginginkan tatto gambar singa di punggungnya. Ia lalu pergi ke tukang tatto yang paling hebat, dan mengemukakan maksudnya. Ia lalu memilih sebuah gambar singa yang tampak sangat gagah.

Kemudian tukang tatto itu mulai bekerja. Tetapi segera setelah merasakan beberapa tusukan jarum tatto, lelaki itu mengerang kesakitan, "Engkau mau membunuhku?! Bagian mana yang sedang kau gambar?"

"Aku baru mengerjakan bagian ekornya," jawab tukang tatto itu.

"Kalau begitu, hapus saja ekornya. Biarlah gambar singa itu tanpa ekor," teriak lelaki itu.

Kemudian tukang tatto itu bekerja lagi. Dan lagi-lagi si lelaki itu tak tahan merasakan sakitnya tusukan jarum. Ia lalu menjerit, "Wadow, sakit sekali. Bagian mana yang sedang kau gambar kali ini?"

"Kali ini," jawab tukang tatto itu, "adalah bagian telinga singa."

"Tinggalkan saja bagian itu. Biarkan gambar singaku telinga," katanya sambil terengah-engah.

Maka, tukang tatto itu mencoba lagi dengan hati-hati. Tetapi segera saja, setelah jarum menusuk kulitnya, lelaki itu menggeliat lagi. "Sekarang katakan, bagian mana yang sedang buat?"

"Ini adalah perut singa," kata tukang tatto itu dengan putus asa.

"Aku tak mau singa dengan perut!" teriak lelaki itu.

Dengan perasaan jengkel tukang tatto itu berdiri sebentar, lalu membuang jarum dan berteriak, "Seekor singa tanpa ekor, tanpa kepala, tanpa perut?
Siapa yang bisa menggambar singa seperti itu? Bahkan Tuhan pun tidak!"

Pojok Renungan Editor: Kita takkan pernah jadi singa, si raja rimba, bila takut pada panasnya gurun pasir. Kita takkan pernah jadi elang, si raja langit, bila gentar pada gamangnya ketinggian. Maka kita pun takkan menjadi apa-apa bila takut pada apa-apa.

MEMPEROLEH KOMITMEN UNTUK MENCAPAI TUJUAN POSITIF

Positive Leadership #5/10

Mike Pegg

Tidak cukup anda mempunyai dan menyampaikan visi yang cemerlang bagi organisasi, anda perlu mendapatkan komitmen untuk mencapai tujuan yang positif. Sayangnya, komitmen adalah sesuatu yang sulit dipahami. Dalam suatu organisasi orang-orang ingin sekali mengembangkan kebebasan pribadi, namun mereka juga ingin terlibat dalam kerja sama tim. Kedua hal yang tampaknya bertolak berlakang ini hanya bisa ditautkan secara berhasil dengan satu kata, komitmen. Yaitu keinginan dari para anggota organisasi untuk bersatu bersama-sama mencapai tujuan. Maka, setelah anda menentukan "gunung" untuk didaki, kini anda bertugas membangkitkan semangat dan komitmen untuk memulai pendakian itu. Berikut, 10 langkah untuk mendapatkannya.

1--Menangkan para pelaksana organisasi anda.

Siapakah yang anda andalkan untuk mencapai tujuan organisasi anda? Anda mengandalkan pada para pelaksana, yaitu orang-orang yang bekerja mewujudkan visi dan tujuan organisasi. Merekalah yang harus anda menangkan. Berikan pekerjaan yang mereka sukai, ciptakan keberhasilan bagi mereka, jadikan mereka sebagai model dan pembawa budaya. Susunlah rencana khusus untuk mendorong mereka meyakini visi anda. Mereka adalah para inspektur lapagan, manajer lini, kapten di lapangan, atau pemimpin informal.

2--Rencanakan bagaimana anda memenangkan orang-orang "biasa".

Ada banyak orang-orang "biasa" dalam suatu organisasi. Mereka adalah para pekerja di pabrik, kantor, atau jalan. Meski begitu, sesungguhnya mereka itu pekerja keras, cakap, dan sungguh-sungguh, yanng telah biasa serta cocok berfungsi dalam organisasi berbirokrasi besar. Anda harus memenangkan mereka. Perhatikan kelompok-kelompok pekerja. Ketahui apa kelebihan masing-masing kelompok itu. Dan, bagaimana anda bisa meraih kelompok tersebut. Anda tidak mungkin bisa menemui semua orang, namun anda bisa mencari cara terbaik agar bisa bertemu dengan kelompok tersebut.

3--Didiklah orang-orang anda tentang sesuatu yang terjadi di dunia.

Visi anda harus ditunjang dengan informasi mengenai kecenderungan apa yang sedang terjadi di dunia ini yang harus anda sebarkan pada orang-orang anda. Ini akan menumbuhkan kesadaran mengenai makna perubahan dan urgensi untuk mempunyai suatu visi yang jauh ke depan agar kita tidak terombang-ambing dalam perubahan. Maka, didiklah karyawan anda tentang apa yang terjadi di dunia ini.

4--Ciptakan rasa ikut memiliki.

Setelah menumbuhkan kesadaran dari karyawan, ajaklah karyawan untuk terlibat. Mintalah karyawan anda untuk mengusulkan perbaikan pelayanan dan kerja. Jangan khawatirkan dengan situasi sulit. Justru seringkali situasi sulit malah mendorong karyawan anda bersedia bekerja sama untuk menciptkan masa depan yang lebih baik.

5--Komunikasikan visi anda pada orang-orang anda.

Bila rasa ikut memiliki telah muncul, kini tiba saatnya anda mengkomunikasikan visi anda. Tujuan dari langkah ini adalah agar karyawan mau berkata, "Kami setuju. Kami melihat manfaatnya. Kami ingin melakukannya." Komunikasikan visi anda dengan cara yang menarik, sederhana, dan terlihat jelas oleh orang-orang anda.

6--Tunjukkan manfaat keberhasilan.

Anda harus memberikan "imbalan" dalam visi anda; yaitu manfaat keberhasilan dari visi tersebut. Dan, ini harus nyata. Karena orang akan melakukan yang terbaik bila tahu, ada imbalan yang nyata. Imbalan inilah yang menumbuhkan loyalitas dan komitmen untuk mencapai tujuan tersebut.

7--Pastikan orang-orang anda mengetahui peran mereka dalam mewujudkan tujuan.

Jangan hanya mengiming-imingi orang dengan tujuan dan manfaat, tetapi berikan petunjuk praktis sehingga setiap orang tahu apa peran mereka dalam misi itu. Kejelasan akan peran ini melahirkan kepercayaan diri pada setiap anggota organisasi. Dan, pada akhirnya akan menciptakan tujuan.

8--Jelaskan kerja keras yang harus dilakukan.

Jelaskan pula kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi. Tidak ada sesuatu yang mudah, selalu saja ada kendala. Jelaskan kendala-kendala itu. Imbangi dengan menjelaskan apa yang akan terjadi jika organisasi anda tidak berubah, sekaligus tuntutan kerja apa yang harus dilakukan untuk tetap berada di jalan tujuan yang benar.

9--Mintalah komitmen dari orang-orang anda.

Anda memang tidak bisa mendatangi seseorang lalu meminta komitmennya. Anda hanya bisa melakukan itu bila dibarengi dengan kerendahan hati. Mintalah masukan dari karyawan. Bila ada tanggapan gagasan konkret, maka terapkan dan tindak lanjuti. Tunjukkan keberhasilan yang dicapai. Dengan demikian anda berarti telah mendapatkan komitmen. Komitmen ditunjukkan bila orang tidak didesak melakukan pekerjaan, namun mereka sendirilah yang memilih untuk melakukannya.

10--Raihlah keberhasilan nyata lebih awal.

Lakukan suatu perubahan yang tampak nyata namun mudah. Misal, dengan melakukan perubahan fisik. Dengan demikian orang akan melihat adanya keberhasilan secara nyata. Lakukan itu di depan agar orang bisa merasakan adanya perubahan. Namun jangan merasa semuanya telah selesai, justru di depan anda telah menanti sesuatu yang lebih besar: pelaksanaan yang sungguh-sungguh.

(Mike Pegg, Positive Leadership)

Senin, 17 Mei 2010

TAKUT GAGAL DI MASA PERCOBAAN

Konsultasi Alternatif:

Tanya: Tolong dijawab segera ya. Saya adalah karyawan baru dengan jabatan kepala bagian di sebuah perusahaan asing. Minggu depan masa percobaan (3 bulan) saya akan habis. Di akhir masa percobaan saya akan diputuskan untuk diterima sebagai karyawan tetap atau gagal. Selama masa percobaan ini saya mendapat tugas menyusun standar operating procedures untuk pekerjaan-pekerjaan yang ada di bagian saya. Waktu itu saya sanggupi bahwa semuanya akan selesai dalam waktu dua bulan. (Penugasan diberikan pada akhir bulan pertama). Saya sadar bahwa saya hanya sanggup menyelesaikan separuh dari tugas-tugas. Itu pun tidak sepenuhnya sempurna. Alasan utama, karena ada beberapa staff yang ternyata tidak menyukai saya menjabat posisi ini. Menurut kasak-kusuk yang saya dengar, ada seorang staff yang berambisi betul
dengan posisi ini. Mereka tidak setulusnya membantu saya. Selain itu, ada seorang staff yang tampaknya bisa saya andalkan jatuh sakit (typhus) selama beberapa minggu. Padahal saya membutuhkan dia untuk mengumpulkan beberapa informasi. Saya juga tidak bisa mengkomunikasikan hal ini dengan manajer saya. Belakangan ini beliau sedang berada di luar negeri untuk banyak urusan. Sedangkan tugas-tugas beliau dilimpahkan pada kepala bagian lain.
Sedangkan saya ini kelabakan harus melakukan apa. Tolong diberi jalan keluar bagaimana saya bisa melewati penilaian masa percobaan ini dengan baik. (Ir)

Jawab: Yang paling penting sekarang adalah anda akui anda gagal memenuhi penugasan itu. Bila anda berusaha mencari-cari alasan atas kegagalan itu, terlebih lagi menimpakannya pada orang lain dan situasi, itu hanya akan membuat daftar kegagalan anda semakin panjang. Jadi, hentikan mencari-cari alasan. Gunakan waktu satu minggu ini untuk menuntaskan tugas-tugas anda yang separuh jalan itu dengan baik. Jangan risaukan penilaian masa percobaan. Risaukan saja tugas-tugas anda yang tak selesai ini. Sekali lagi, stop kesibukan anda menyusun alasan kegagalan. Bila anda mengemukan sepuluh alasan, percayalah, atasan anda mempunyai dua puluh argumen untuk mematahkan alasan anda.

Kini mari buat "pengakuan" yang gentle atas kegagalan anda. Kemungkinan pertama, di saat anda menyepakati penugasan itu, anda bertindak terlalu optimis. Waktu satu bulan yang anda gunakan untuk mempelajari situasi kerja mungkin anda anggap cukup, namun sebenarnya banyak kemungkinan baru yang muncul tanpa anda duga-duga sebelumnya. Gairah yang menggebu-gebu sebagai karyawan baru bisa saja membuat anda tidak cukup realistis dalam menilai situasi. Anda juga bisa jadi tidak cukup realistis dalam menerima penugasan itu dan menyesuaikan dengan kemampuan anda sendiri. Untuk menangani hal ini, selesaikan tugas mana yang paling bisa anda selesaikan. Bersikaplah realistis bahwa anda tak mampu menangani semua. Namun, anda mampu menuntas sesuatu yang benar-benar anda kuasai. Sikap realistis menuntun anda untuk menyusun prioritas.

Mari kita lihat kemungkinan kedua, yaitu anda tidak cukup mampu mengendalikan pekerjaan anda secara efektif. Anda mungkin membiarkan anda dan anak buah anda bekerja tanpa sebuah perencanaan dan kontrol yang baik. Ada banyak sebab mengapa pengaturan ini tidak berjalan baik. Pertama, kepemimpinan anda belum cukup bisa diterima oleh bawahan anda. Bila ini yang terjadi, anda harus segera mengubah gaya kepemimpinan anda dan menyesuaikannya dengan situasi. Kedua, anda belum mampu menciptakan jaringan kerja dengan kolega anda dengan baik. Meski anda ketahui mereka tampak sibuk dengan tugas sehari-harinya, itu bukan berarti anda lantas boleh berdiam
diri. Anda harus bergerak menemui mereka. Ingat, anda adalah karyawan baru. Andalah yang semestinya bertindak aktif. Terlebih lagi, jabatan anda adalah kepala bagian yang tentu berbeda dengan staff biasa. Sebab ketiga, anda mudah terbiaskan oleh kasak-kusuk yang terjadi di bawahan anda. Keuntungan anda sebagai karyawan baru adalah anda tidak punya kepentingan atas kasak-kusuk itu. Ini semestinya membuat anda lebih merasa bebas dalam bertindak terhadap bawahan. Sebab keempat, cara kerja anda mungkin tidak sepenuhnya efektif. Coba pelajari, apakah anda mempunyai agenda dan skedul kerja, prioritas penyelesaian tugas, perlengkapan kerja, dan lain sebagainya. Bila ini masalahnya, maka segera susun prioritas baru. Anda bisa ajukan hal ini sebagai revisi atas penugasan anda. Sangat perlu bagi anda untuk menyusun rencana baru yang lebih realistis.

Kemungkinan ke tiga, anda tidak cukup berkesempatan melakukan komunikasi dengan atasan. Namun, ini bisa dibantah bahwa anda bisa saja menghubungi atasan anda meski beliau berada di luar negeri, tentu dengan catatan selama apa yang anda komunikasikan itu adalah sesuatu yang penting dan layak dibicarakan. Ada baiknya anda hubungi atasan anda secara langsung, dan bicarakan kemungkinan anda gagal atas penugasan ini. Ajukan rencana baru. Jangan sampai di saat anda menghadapi saat penilaian akhir masa percobaan kerja, anda berdiri sendiri. Kini, coba bangun pertahanan dengan atasan anda. Percayalah, atasan anda takkan berpikiran untuk menggantikan anda begitu saja. Bila ia melakukannya, ia harus kehilangan banyak waktu dan tenaga, kecuali ia berpikiran lain. Maka tunjukkan bahwa anda masih layak
dipertahankan di sana, dengan segala kegagalan sekaligus kebangkitan baru yang lebih baik dan menjanjikan.

Kami tidak tahu bagaimana bisa membuat anda lolos dari lubang jarum penilaian masa percobaan ini. Namun kami percaya bila anda segera mengubah cara kerja; anda tidak lagi berusaha mencari alasan dan pembenaran atas kegagalan itu, serta menjalin komunikasi dengan atasan anda, maka atasan anda masih melihat prospek kebaikan dalam diri anda. Dan yang tak kalah penting: jangan takut tidak bisa melewati masa percobaan, namun takutlah bila anda tidak bisa membantu perusahaan ini lebih baik lagi. Bila anda memusatkan perhatian pada kepentingan perusahaan, maka perusahaan pun akan memberikan perhatian yang setimpal bagi anda. Selamat berjuang. Pantang
mundur.

Selasa, 11 Mei 2010

MENGENALI TANDA-TANDA KEDEWASAAN PADA DIRI SEORANG EKSEKUTIF (2/2)

Mortimer R. Feinberg, Ph.D.

7--Dia mempunyai ketabahan, keuletan, dan daya tahan.

Orang dewasa bukannya orang yang bebas dari beban. Namun dia selalu mampu bangkit dari goncangan-goncangan hidup, dan tidak berpura-pura seolah-olah semuanya baik. Dia menerima kenyataan bahwa rasa sakit harus dipikul, kesalahan harus diperbaiki, dan tidak perlu menghabiskan waktu untuk menyesali keadaan. Kegagalan mungkin meremukkan orang yang lemah, namun bagi mereka yanng dewasa, kegagalan menjadi pelajaran yang berharga.

8--Dia dapat membuat keputusan-keputusan.

Orang yang dewasa, meski harus dengan sabar mengumpulkan fakta untuk memecahkan persoalan, dapat mengambil keputusan berdasarkan data-data yang kurang lengkap. Dia sadar bahwa terkadang dia harus mengambil tindakan berdasarkan keyakinan terhadap dirinya sendiri. Dia bersedia memikul resiko, namun tetap berdasarkan perkiraan-perkiraan yang terbaik yang dapat diperolehnya. Dia tahu, jika harus menunggu semua kepastian, mungkin sekali dia akan ketinggalan kapal.

9--Dia memiliki integritas.

Seseorang yang matang bukanlah orang yang mudah beralih dan menyimpang karena keinginan-keinginan yang muncul tiba-tiba, namun ia dapat beralih dari satu topik ke topik lain tanpa menjadi kacau dan bingung. Dia bukan orang yang menyerak-nyerakkan enerjinya sia-sia.

10--Dia senang bekerja.

Seseorang yang beremosi sehat dan berkepribadian matang tahu bagaimana menikmati pekerjaannya. Dia jarang bermalas-malasan. Dia menghargai pekerjaannya sehingga mendapatkan kepuasan dalam melakukan sesuatu yang baik. Namun demikian banyak orang yang bekerja sebagai bentuk pelarian atau persembunyian dari persoalan berat dan kekecewaan dalam kehidupan pribadinya. Dorongan yang tidak sehat ini memang bisa membuat perusahaan tempat mereka bekerja mendapat keuntungan, tetapi tidak adil bagi diri mereka sendiri. Bagi mereka yang dewasa, bekerja adalah jalan untuk membangun monumen masa depan mereka. Bekerja merupakan jalan untuk menunjukkan dedikasi mereka, dan menjaga diri untuk tidak berkubang dalam kecemasan-kecemasan dan persoalan mereka sendiri.

11--Dia mempunyi prinsip-prinsip yang kuat.

Seseorang yang matang dan dewasa tidak mudah menyerah dalam memegang teguh prinsip-prinsipnya, namun ia luwes jika itu bukan untuk kepentingan pribadinya. Dia mempunyai perasaan nilai yang kuat yang menjadi pembimbingnya dalam bertingkah laku. Bagi mereka yang dewasa, perusahaan dipandang sebagai sebuah mahluk hidup yang perlu untuk diasuh dan dilindungi. Ini menjadikan mereka begitu keras dalam menghadapi orang lain jika keberadaan perusahaan perlu diselamatkan.

12--Dia seimbang.

Seseorang yang sudah berkepribadian dewasa akan hidup dalam suatu kehidupan yang berkeseimbangan. Dia sanggup bekerja keras namun juga mampu melepaskan diri dari tekanan-tekanan serta menikmati waktu senggangnya. Dia menyadari perannya dalam perspektif yang lebih besar dan lebih luas.

BAGAIMANA MENGUKUR KEDEWASAAN ANDA

Kedewasaan adalah proses menjadi (a process of becoming). Untuk menilai tingkat kedewasaan anda sendiri, anda perlu melihat dan mencari tanda-tenda pertumbuhan. Bacalah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dan jawablah dengan "ya" atau "tidak". Ingat tidak ada skor dan tidak ada juga jawaban yang benar atau salah. Daftar pertanyaan ini dapat membantu anda melihat diri anda sendiri secara obyektif, bila anda mampu melakukannya, anda sudah melangkah kaki menuju langkah pertama yang penting bagi pendewasaan diri anda; yaitu menerima diri sendiri.

1--Apakah anda mau menerima tanggung jawab atas kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh bawahan anda?

2--Apakah bisa mendengarkan orang lain dengan sabar walaupun anda tidak setuju dengannya?

3--Apakah anda mau memeriksa kembali pendapat diri anda sendiri yang biasanya anda anggap sebagai sebuah kebenaran dan hal yang pasti?

4--Apakah anda mengambil satu atau dua minggu libur setiap tahunnya?

5--Apakah anda sanggup menerima reaksi atau umpan balik tentang diri anda, termasuk kritik yang tidak menyenangkan perasaan anda?

6--Apakah anda tidak begitu mengalami perasaan dongkol pada teman-teman sekerja anda? Apakah anda mudah menghadapi mereka?

7--Apakah anda berani mengambil sebuah keputusan yang tidak populer mengenai sesuatu yang anda yakini kebenarannya?

8--Apakah anda menyambut gembira saran-saran dan diskusi dengan bawahan anda?

9--Apakah anda merasa percaya diri bahwa anda dapat menangani persoalan-persoalan anda?

10--Apakah anda merasa tenang dalam pertemuan-pertemuan dan konferensi-konferensi?

11--Apakah anda secara sukarela menerima suatu tantangan baru atau tanggung jawab tambahan baru?

12--Apakah anda berusaha untuk memperbaiki keahlian dengan cara membaca buku bermutu, seminar dan belajar?

13--Apakah anda membina pembantu sehingga dapat mengambil alih sebagian pekerjaan dan tangung jawab anda?

14--Apakah anda mengembangkan minat baru dalam organisasi sosial, hobi dan lain-lain.

15--Apakah anda cenderung menolong orang lain ketimbang mengkritiknya?

16--Apakah anda senantiasa memperbaiki kemampuan anda dalam merencanakan dan menggunakan waktu anda?

17--Apakah anda belajar mewakilkan atau mendelegasikan tugas-tugas anda?

18--Apakah anda merasa baik dalam bergaul dengan bawahan anda dan tidak merasa terancam oleh mereka?

19--Apakah anda jarang marah?

20--Apakah anda mampu melihat segi-segi humor dalam kebanyakan peristiwa?

21--Apakah anda mempunyai waktu yangn cukup untuk keluarga anda?

22--Apakah anda mempunyai pendapat-pendapat baru mengenai diri anda sendiri?

23--Apakah anda mempunyai sahabat-sahabat baru?

24--Apakah anda mengubah pendapat dan perasaan anda mengenai beberapa hal?

25--Apakah anda bisa hidup tenang dengan persoalan yang belum anda temukan pemecahaannya?

26--Apakah cukup banyak orang yang minta dan mencari nasehat dan bantuan dari anda?

27--Apakah anda semakin banyak melakukan sesuatu dengan lebih sedikit usaha?

28--Apakah anda mempunyai sesuatu keyakinan yang semakin kuat tentang kebenaran-kebenaran dasar, mengenai agama, filsafat, yang anda yakini?


(Diringkas dari The Effective Psychology for Manager, Mortimer R. Feinberg, Ph.D)

Selasa, 04 Mei 2010

TIPS MENANGANI GROGI SAAT MEMULAI PRESENTASI

Perasaan "nervous" atau grogi di saat memulai presentasi adalah hal yang hampir pasti dialami oleh semua orang. Bahkan seseorang yang telah berpengalaman berbicara di depan umum pun tidak terlepas dari perasaan grogi atau "demam panggung" ini. Ada pakar yang mengatakan bahwa perasaan grogi ini muncul karena melemahnya rasa percaya diri pada seseorang. Namun, seorang yang sangat berkuasa pun, misal presiden direktur yang berbicara pada bawahannya, masih juga terjangkit grogi. Ada juga anjuran agar anda mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum menyajikan presentasi, namun toh perasaan grogi itu tetap muncul. Ini berarti grogi atau nervous bukanlah hal yang bisa dihindari begitu saja. Malahan bila perlu ditangani agar memberi
nilai tambah dalam presentasi anda. Baiklah, anda kini sedang menunggu giliran untuk menyampaikan presentasi. Anda telah mempersiapkan segalanya. Namun, anda tetap saja grogi, nervous, gugup dan lain sebagainya.
Berikut adalah tips untuk menangani rasa grogi itu.

1--Pahami bahwa perasaan grogi adalah energi positif

Apa yang anda rasakan saat grogi? Dada berdebar-debar, keringat dingin mengucur, bibir bergetar, dan darah seolah mengalir lebih cepat. Pahami bahwa semua itu adalah sebuah dorongan energi yang meluap dari dalam diri anda. Tidak ada yang salah pada energi itu. Ia perlu disalurkan secara positif. Ia semestinya menjadi bahan bakar yang mendorong presentasi anda lebih baik. Anda bisa menggunakan energi itu untuk memantapkan penampilan anda.

2--Bersikaplah nothing to loose.

Keinginan kita untuk bersikap sebaik-baiknya mendorong munculnya perasaan grogi. Secara negatif, pikiran kita biasanya terbebani oleh ketakutan untuk membuat kesalahan, kekhawatiran akan gagal, kecemasan bila melakukan kekonyolan, dan berbagai bayangan-bayangan negatif lainnya. Sebelum anda bisa menggunakan energi grogi itu secara positif, maka terlebih dahulu anda harus menetralisir emosi-emosi negatif tersebut. Bersikaplah "nothing to loose"; tak sesuatu yang patut kita takutkan. Bila toh kita gagal, maka tidak sesuatu yang harus menjadikan kita begitu kehilangan.

3--Tenangkan diri anda.

Sementara anda menunggu giliran, atur nafas anda. Tarik nafas dalam-dalam, keluarkan lambat-lambat. Keluarkan energi yang meletup-letup dalam dada anda melalui hembusan nafas yang teratur. Tenangkan pikiran dan emosi anda. Bila perlu pejamkan mata. Kumpulkan energi itu sebaik-baiknya. Jangan biarkan mengganggu ketenangan jiwa anda.

4--Kerahkan energi anda.

Kerahkan energi anda. Lepaskan energi itu dari "kekangannya". Bila para audiens memberi appalus pada pembicara sebelum anda, maka kerahkan energi anda dengan memberikan applaus yang tak kalah meriah. Berdirilah dengan sigap. Berjalanlah dengan tegap dan mantap. Bila perlu hembuskan nafas lepas sambil berteriak kecil, "yes". Atau turut bertepuk tangan menyambut applaus dari audiens. Lakukan apa-apanya dengan sikap tegas. Biarkan energi itu mengalir dalam gerakan anda.

5--Berbicaralah dengan keras dan lantang.

Bila anda berbicara lambat, maka bibir anda akan semakin gemetar, suara anda pun bergetar. Salurkan rasa grogi anda melalui suara anda yang keras dan lantang. Suara keras anda bukan hanya dapat mengatasi kecemasan, namun juga sarana menyalurkan energi tersebut. Ada baiknya anda menghafal teks pertama anda namun tetap bersikap wajar.

6--Diam.

Anda dapat menyalurkan ketegangan dalam diri anda pada para audiens, yaitu dengan memulai presentasi anda dengan diam beberapa detik. Biarkan ketegangan anda terserap dan jadi ketegangan audiens. Bila anda merasa ketegangan di audiens sudah cukup meninggi, mulailah presentasi anda dengan sebuah pembukaan yang kuat, tajam dan lantang.

7--Lontarkan humor yang wajar.

Lenturkan kegugupan anda dengan sebuah humor yang wajar. Anda memang perlu merencanakannya dengan baik, namun jangan sampai kehilangan spontanitas. Dan, humor terbaik yang tidak akan melukai perasaan siapa pun adalah humor tentang diri anda.

KEHIDUPAN YANG BERKUALITAS

Barbara Brown Taylor

Seorang profesor diundang untuk berbicara di sebuah basis militer pada tanggal 1 Desember. Di sana ia berjumpa dengan seorang prajurit yang tak mungkin dilupakannya, bernama Ralph. Ralph yang dikirim untuk menjemput sang profesor di bandara. Setelah saling memperkenalkan diri, mereka menuju ke tempat pengambilan kopor. Ketika berjalan keluar, Ralph sering menghilang. Banyak hal yang dilakukannya. Ia membantu seorang wanita tua yang kopornya jatuh dan terbuka. Kemudian mengangkat dua anak kecil agar mereka dapat melihat sinterklas. Ia juga menolong orang yang tersesat dengan menunjukkan arah yang benar. Setiap kali, ia kembali ke sisi profesor itu dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.

"Dari mana Anda belajar melakukan hal-hal seperti itu ?" tanya sang profesor.

"Melakukan apa ?" kata Ralph.

"Dari mana Anda belajar untuk hidup seperti itu?"

"Oh," kata Ralph, "Selama perang, saya kira."

Lalu ia menuturkan kisah perjalanan tugasnya di Vietnam. Juga tentang tugasnya saat membersihkan ladang ranjau, dan bagaimana ia harus menyaksikan satu per satu temannya tewas terkena ledakan ranjau di depan matanya. "Saya belajar untuk hidup di antara pijakan setiap langkah," katanya. "Saya tak pernah tahu apakah langkah berikutnya merupakan pijakan yang terakhir, sehingga saya belajar untuk melakukan segala sesuatu yang sanggup saya lakukan tatkala mengangkat dan memijakkan kaki.
Setiap langkah yang saya ayunkan merupakan sebuah dunia baru, dan saya kira sejak saat itulah saya menjalani kehidupan seperti ini."

Kelimpahan hidup tidak ditentukan oleh berapa lama kita hidup, tetapi sejauh mana kita menjalani kehidupan yang berkualitas.

(Barbara Brown Taylor. Dikutip dari Manggalacom)

Rabu, 28 April 2010

APA YANG DIJUAL OLEH MCDONALD'S

Smiley:

Pada tahun 1974, Ray Kroc, pendiri McDonald's, diminta bebricara di depan kelas MBA di University of Texas, di Austin. Ceramah itu sangat luar biasa dan memberikan inspirasi bagi para pendengarnya. Seusai ceramah para murid menawari Ray untuk bergabung bersama mereka di tempat mereka biasa mangkal untuk minum-minum. Ray menerima tawaran itu dengan senang hati.

Setelah masing-masing mendapatkan sebotol minuman, Ray mengajukan pertanyaan, "Tahukah kalian bisnis apa yang sesungguhnya saya geluti?"

Semua orang tertawa mendengar pertanyaan itu. Para mahasiswa itu mengira Ray hanya bergurau. Karena tak seorang pun mau menjawabnya, Ray kembali bertanya, "Menurut kalian, sebenarnya saya ini berbisnis apa?"

Para mahasiswa itu tertawa lagi. Akhirnya salah seorang dari mereka yang pemberani berteriak, "Ray, orang mana di dunia ini yang tidak tahu bahwa anda berbisnis hamburger?"

Ray tertawa kecil. Katanya,"Saya sudah menduga bahwa kalian akan mengatakan hal itu." Dia terdiam sejenak lalu berkata dengan cepat, "Saudara-saudari sekalian, sebenarnya saya tidak berbisnis hamburger. Bisnis saya adalah real estate."

Lalu Ray dengan panjang lebar menjelaskan bahwa memang benar fokus bisnis Ray adalah menjual waralaba hamburger. Namun, dia meyakinkan bahwa faktor paling signifikan dalam keberhasilan bisnisnya adalah real estate dan lokasi. Pada dasarnya orang yang membeli waralaba juga membayar atau membeli tanah di bawah waralaba untuk perusahaan Ray Kroc. Perhatikan, sekarang ini McDonald's adalah pemilik tunggal real estate yang terbesar di dunia. McDonald's kini memiliki beberapa perempatan dan sudut jalan paling berharga di Amerika, dan juga di bagian-bagian lain di dunia.

Smiley...! Terkadang apa yang paling laku terjual bukan sesuatu yang paling berharga. Ray Kroc sangat cerdik mampu melihat apa yang tak kalah berharga ketimbang rahasia bumbu hamburgernya.

(Dari buku Rich Dad, Poor Dad. Karya Robert T. Kiyosaki.)

Senin, 19 April 2010

JANGAN MERUSAK TATANAN GARIS KOMANDO

John R. Brinkerhoff

Dalam setiap organisasi selalu ada tatanan tingat komando. Ini adalah garis kekuasaan yang membujur dari puncak sampai ke tingkat paling bawah. Ini menunjukkan siapa bertanggung jawab pada siapa. Tatanan ini harus dipatuhi dalam menyampaikan informasi dari bawah ke atas. Sebenarnya ini adalah istilah militer yang tidak begitu disukai oleh orang sipil. Ada orang yang lebih suka menyebutnya sebagai struktur kepemimpinan atau hierarki. Namun pada dasarnya tatanan urutan ini selalu terdapat dalam organisasi militer maupun sipil. Kurang tepat bila dianggap bahwa tatanan urutan ini kurang dipatuhi di lingkungan organisasi sipil. Justru di organisasi sipil lebih kuat dalan memegang peraturan protokol dibanding organisasi militer.

Penggunaan tatanan urutan garis komando ini digunakan agar semua pekerjaan, dokumen, gagasan, pertanyaan dan permintaan harus dilakukan sesuai dengan struktur organisasi yang telah ditentukan, yaitu mulai dari tingkat yang paling bawah. Segala sesuatu bermula dari karyawan tingkat bawah, kemudian disampaikan ke kepala bagian, kepala divisi, wakil direktur, direktur, hingga akhirnya direktur utama. Ada banyak variasi dalam tatanan garis komando ini tergantung pada susunan organisasi yang dianut oleh organisasi tersebut.

Mengikuti tatanan garis komando ini bisa jadi merupakan pekerjaan yang membosankan, bertele-tele, dan menjengkelkan. Hal inilah yang mendorong karyawan dan manajer menengah yang ingin maju, untuk mengubah tatanan urutan yang ada. Mereka mencoba melewati tingkatan-tingkatan yang berwenang memberi/menolak persetujuan yang sesuai dengan struktur resmi organisasi. Seorang karyawan ingin mengabaikan kepala bagiannya dan langsung menemui kepala divisi. Atau, seorang kepala bagian langsung menemui direkturnya. Kejadian ini disebut batu loncatan. Namun, sebenarnya istilah yang tepat bagi mereka yang suka meloncati tatanan garis komando adalah "pelempar bom".

Mengubah tatanan garis komando mungkin akan segera membawa hasil, namun berbahaya dan di kemudian hari dapar berakibat tidak produktif. Mungkin anda akan mendapat tanggapan satu dua kali, setelah itu anda akan menderita. Bahkan mungkin pejabat yang menyetujui cara anda merusak tatanan garis komando itu tidak sungguh-sungguh menyetujui apa yang anda lakukan. Dia hanya senang karena telah mengetahui bahwa buah pikiran anda telah dipelajari dan ditangani oleh manajer-manajer di atas anda. Manajer-manajer itu tentu saja akan sangat marah. Anda tidak saja merampas hak mereka untuk memberikan persetujuan, mengubah, meninjau kembali dan mencari kesalahan, namun anda juga telah menghina jabatan mereka. Dengan berbuat demikian anda telah menunjukkan rasa tidak hormat kepada mereka. Dan ini merupakan dosa
besar dalam urutan hierarki.

Jadi, janganlah mengubah tatanan garis komando. Bahkan andaikata direkturnya adalah ipar anda, jangan sekali-sekali berbuat demikain. Dalam jangka panjang anda hanya akan mendapat sedikit keuntungan dan anda bahkan dikenal sebagai biang kekacauan. Jangan melewati tingkatan-tingkatan yang telah ada, bersabarlah. Pada suatu hari anda akan menjadi pejabat. Siapa tahu mungkin anda akan sempat berbicara secara terbuka dengan ipar anda yang menjabat sebagai direktur, dalam suatu acara syukuran.

(101 Commonsense Rules, John R. Brinkerhoff)

Senin, 12 April 2010

MEMPEROLEH KOMITMEN UNTUK MENCAPAI TUJUAN POSITIF

Mike Pegg

Tidak cukup anda mempunyai dan menyampaikan visi yang cemerlang bagi organisasi, anda perlu mendapatkan komitmen untuk mencapai tujuan yang positif. Sayangnya, komitmen adalah sesuatu yang sulit dipahami. Dalam suatu organisasi orang-orang ingin sekali mengembangkan kebebasan pribadi, namun mereka juga ingin terlibat dalam kerja sama tim. Kedua hal yang tampaknya bertolak berlakang ini hanya bisa ditautkan secara berhasil dengan satu kata, komitmen. Yaitu keinginan dari para anggota organisasi untuk bersatu bersama-sama mencapai tujuan. Maka, setelah anda menentukan "gunung" untuk didaki, kini anda bertugas membangkitkan semangat dan komitmen untuk memulai pendakian itu. Berikut, 10 langkah untuk mendapatkannya.

1--Menangkan para pelaksana organisasi anda.

Siapakah yang anda andalkan untuk mencapai tujuan organisasi anda? Anda mengandalkan pada para pelaksana, yaitu orang-orang yang bekerja mewujudkan visi dan tujuan organisasi. Merekalah yang harus anda menangkan. Berikan pekerjaan yang mereka sukai, ciptakan keberhasilan bagi mereka, jadikan mereka sebagai model dan pembawa budaya. Susunlah rencana khusus untuk mendorong mereka meyakini visi anda. Mereka adalah para inspektur lapagan, manajer lini, kapten di lapangan, atau pemimpin informal.

2--Rencanakan bagaimana anda memenangkan orang-orang "biasa".

Ada banyak orang-orang "biasa" dalam suatu organisasi. Mereka adalah para pekerja di pabrik, kantor, atau jalan. Meski begitu, sesungguhnya mereka itu pekerja keras, cakap, dan sungguh-sungguh, yanng telah biasa serta cocok berfungsi dalam organisasi berbirokrasi besar. Anda harus memenangkan mereka. Perhatikan kelompok-kelompok pekerja. Ketahui apa kelebihan masing-masing kelompok itu. Dan, bagaimana anda bisa meraih kelompok tersebut. Anda tidak mungkin bisa menemui semua orang, namun anda bisa mencari cara terbaik agar bisa bertemu dengan kelompok tersebut.

3--Didiklah orang-orang anda tentang sesuatu yang terjadi di dunia.

Visi anda harus ditunjang dengan informasi mengenai kecenderungan apa yang sedang terjadi di dunia ini yang harus anda sebarkan pada orang-orang anda. Ini akan menumbuhkan kesadaran mengenai makna perubahan dan urgensi untuk mempunyai suatu visi yang jauh ke depan agar kita tidak terombang-ambing dalam perubahan. Maka, didiklah karyawan anda tentang apa yang terjadi di dunia ini.

4--Ciptakan rasa ikut memiliki.

Setelah menumbuhkan kesadaran dari karyawan, ajaklah karyawan untuk terlibat. Mintalah karyawan anda untuk mengusulkan perbaikan pelayanan dan kerja. Jangan khawatirkan dengan situasi sulit. Justru seringkali situasi sulit malah mendorong karyawan anda bersedia bekerja sama untuk menciptkan masa depan yang lebih baik.

5--Komunikasikan visi anda pada orang-orang anda.

Bila rasa ikut memiliki telah muncul, kini tiba saatnya anda mengkomunikasikan visi anda. Tujuan dari langkah ini adalah agar karyawan mau berkata, "Kami setuju. Kami melihat manfaatnya. Kami ingin melakukannya." Komunikasikan visi anda dengan cara yang menarik, sederhana, dan terlihat jelas oleh orang-orang anda.

6--Tunjukkan manfaat keberhasilan.

Anda harus memberikan "imbalan" dalam visi anda; yaitu manfaat keberhasilan dari visi tersebut. Dan, ini harus nyata. Karena orang akan melakukan yang terbaik bila tahu, ada imbalan yang nyata. Imbalan inilah yang menumbuhkan loyalitas dan komitmen untuk mencapai tujuan tersebut.

7--Pastikan orang-orang anda mengetahui peran mereka dalam mewujudkan tujuan.

Jangan hanya mengiming-imingi orang dengan tujuan dan manfaat, tetapi berikan petunjuk praktis sehingga setiap orang tahu apa peran mereka dalam misi itu. Kejelasan akan peran ini melahirkan kepercayaan diri pada setiap anggota organisasi. Dan, pada akhirnya akan menciptakan tujuan.

8--Jelaskan kerja keras yang harus dilakukan.

Jelaskan pula kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi. Tidak ada sesuatu yang mudah, selalu saja ada kendala. Jelaskan kendala-kendala itu. Imbangi dengan menjelaskan apa yang akan terjadi jika organisasi anda tidak berubah, sekaligus tuntutan kerja apa yang harus dilakukan untuk tetap berada di jalan tujuan yang benar.

9--Mintalah komitmen dari orang-orang anda.

Anda memang tidak bisa mendatangi seseorang lalu meminta komitmennya. Anda hanya bisa melakukan itu bila dibarengi dengan kerendahan hati. Mintalah masukan dari karyawan. Bila ada tanggapan gagasan konkret, maka terapkan dan tindak lanjuti. Tunjukkan keberhasilan yang dicapai. Dengan demikian anda berarti telah mendapatkan komitmen. Komitmen ditunjukkan bila orang tidak didesak melakukan pekerjaan, namun mereka sendirilah yang memilih untuk melakukannya.

10--Raihlah keberhasilan nyata lebih awal.

Lakukan suatu perubahan yang tampak nyata namun mudah. Misal, dengan melakukan perubahan fisik. Dengan demikian orang akan melihat adanya keberhasilan secara nyata. Lakukan itu di depan agar orang bisa merasakan adanya perubahan. Namun jangan merasa semuanya telah selesai, justru di depan anda telah menanti sesuatu yang lebih besar: pelaksanaan yang sungguh-sungguh.

(Mike Pegg, Positive Leadership)

Minggu, 04 April 2010

BILA BAWAHAN NGOTOT MINTA JABATAN

Konsultasi Alternatif:

Tanya: Salah seorang bawahan saya ditunjuk untuk memimpin sebuah proyek pekerjaan yang cukup sulit. Pekerjaan itu diperkirakan selesai dalam waktu sekitar satu tahun tahun. Dia bersedia untuk menerima tugas tersebut. Kami pun telah menyusun berbagai imbalan dan fasilitas yang diberikan padanya selama mengerjakan tugas itu. Sampai saat ini ia setuju-setuju saja dengan bonus dan lain-lain yang ditawarkan. Namun, yang membuat saya bingung adalah pertanyaannya, yaitu, bila nanti ia berhasil menyelesaikan tugas itu dengan baik maka posisi apa yang akan diberikan padanya. Rupanya ia memandang keberhasilan pelaksanaan tugas itu sebagai batu loncatan untuk meraih jabatan yang lebih tinggi. Wah, saya kaget juga karena tidak menyangka ada
permintaan seperti ini. Apakah ini adalah hal yang biasa? Lalu bagaimana saya harus menjawabnya. (Bj)

Jawab: Hal itu biasa saja. Bila penugasan itu memang sulit dan berat sehingga barang siapa yang bisa menyelesaikannya dengan baik berarti memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penugasan-penugasan yang besar dan menduduki jabatan yang lebih tinggi, maka adalah wajar bila andalah yang semestinya menjadi orang pertama yang mempertimbangkan kenaikan tanggung jawab dan jabatannya. Justru bila anda tidak bersedia memikirkan "dimana" posisinya seusai penugasan itu, anda berarti tidak mau memikirkan perkembangan dan kemajuan karyawan anda. Jadi, pikirkan dengan baik bagaimana perusahaan bisa memanfaatkan potensi dan kemampuannya secara maksimal.

Ada sebuah kesalahan yang banyak dilakukan oleh manajer. Di saat mereka memberikan penugasan yang penting pada anak buahnya, mereka sering memotivasi dengan cara memberikan janji-janji. Di sisi lain, bawahan seringkali mengharap manajernya memberikan janji. Padahal siapa yang berani menjamin kepastian jabatannya di masa depan? Dengan demikian, meski anda harus memikirkan masa depannya, anda sebaiknya tidak menjanjikan sesuatu yang tidak dapat anda pastikan. Bahkan, anda tidak boleh mengucapkan sesuatu yang bisa disalahartikan sebagai janji.

Katakan saja secara tegas bahwa meski anda senang sekali bisa memberikan kesempatan baik pada bawahan anda, namun anda tidak dapat menjanjikan jabatan apa pun padanya. Anda tidak memberikan janji, namun menawarkan sesuatu yang pasti diterimanya bila ia mau mengerjakan tugas itu sekarang. Tidak ada yang bisa memastikan masa depan. Bahkan, anda sendiri tidak mampu memastikan kedudukan anda di masa depan. Jadi, daripada memikirkan masa depan yang tidak pasti, lebih baik melihat kesempatan ini sebagai kesempatan emas yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Dimana kita di masa depan sangat tergantung sekali pada kemampuan kita sekarang. Dan, kesempatan ini
adalah waktu yang tepat untuk menunjukkan kemampuan kita dan membuka kesempatan yang lebih lebar untuk masa depan. Jadi lebih baik tidak memusingkan kedudukan yang diperolehnya di masa depan, namun benar-benar memanfaatkan kesempatan ini.

Bila karyawan anda ngotot ingin meminta anda memberikan tawaran berupa kedudukan atau jabatan, maka anda bisa bersikap lebih tegas lagi bahwa ini adalah tugas yang harus ia lakukan. Terserah dia mau menerima atau tidak, namun sangat disayangkan bila ia melewatkan kesempatan itu hanya karena sesuatu yang sama-sama tidak bisa dipastikan. Mengapa anda tidak bisa memastikan? Jelas, tidak seorang pun bisa menjamin masa depan! Sebenarnya pemberian kepercayaan itu sudah merupakan bentuk penghargaan atas kemampuannya. Jadi, sebaiknya ia menerima dengan baik.

Bila karyawan anda menolak menerima tugas itu karena anda tidak berkenan berjanji memberikan kedudukan padanya, maka lepaskan saja kesempatan itu pada orang lain. Bawahan anda sedang berusaha memanfaatkan anda, bukan memanfaatkan kesempatan baik itu. Sebaiknya anda tidak bersedia dimanfaatkan dan disudutkan oleh orang lain. Maka, jangan ragu untuk mencari orang yang lebih positif dalam melihat keadaan. Lha wong tugas belum dimulai, kok sudah menginginkan kepastian. Itu namanya angan-angan kosong. Selamat bekerja.
Semoga sukses.

Minggu, 28 Maret 2010

MENGENALI TANDA-TANDA KEDEWASAAN PADA DIRI SEORANG EKSEKUTIF #1/2

Mortimer R. Feinberg, Ph.D.

Para ahli psikologi dan psikiater sepakat, bahwa kesuksesan seseorang ditandai dengan berkembangnya prestasi serta kematangan emosinya. Meski tidak ada orang yang menyangkal pernyataan ini, tetapi sedikit orang yang mengetahui secara pasti tentang bagaimana penampilan seseorang yang dewasa atau matang itu, bagaimana cara berpakaian dan berdandannya, bagaimana caranya menghadapi tantangan, bagaimana tanggung jawabnya terhadap keluarga, dan bagaimana pandangan hidupnya tentang dunia ini. Yang jelas kematangan adalah sebuah modal yang sangat berharga. Sesungguhnya apa yang disebut dengan kematangan atau kedewasaan itu?

Kedewasaan tidak selalu berkaitan dengan intelegensi. Banyak orang yang sangat brilian namun masih seperti kanak-kanak dalam hal penguasaan perasaannya, dalam keinginannya untuk memperoleh perhatian dan cinta dari setiap orang, dalam bagaimana caranya memperlakukan dirinya sendiri dan orang lain, dan dalam reaksinya terhadap emosi. Namun, ketinggian intelektual seseorang bukan halangan untuk mengembangkan kematangan emosi.
Malah bukti-bukti menunjukkan keadaan yang sebaliknya. Orang yang lebih cerdas cenderung mempunyai perkembangan emosi yang lebih baik dan superior, serta mempunya kemampuan menyesuaikan diri atau kematangan sosial yang lebih baik.

Kedewasaan pun bukan berarti kebahagiaan. Kematangan emosi tidak menjamin kebebasan dari kesulitan dan kesusahan. Kematangan emosi ditandai dengan bagaimana konflik dipecahkan, bagaimana kesulitan ditangani. Orang yang sudah dewasa memandanng kesulitan-kesulitannya bukan sebagai malapetaka, tetapi sebagai tantangan-tantangan.

Apa sih kedewasaan/kematangan itu? Menurut kamus Webster, adalah suatu keadaan maju bergerak ke arah kesempurnaan. Definisi ini tidak menyebutkan preposisi "ke" melainkan "ke arah". Ini berarti kita takkan pernah sampai pada kesempurnaan, namun kita dapat bergerak maju ke arah itu. Pergerakan maju ini uniq bagi setiap individu. Dengan demikian kematangan bukan suatu keadaan yang statis, tapi lebih merupakan suatu keadaan "menjadi" atau state of becoming. Pengertian ini menjelaskan, suatu kasus misal, mengapa seorang eksekutif bertindak sedemikian dewasa dalam pekerjaannya, namun sebagai suami dan ayah ia banyak berbuat salah. Tak ada seseorang yang sanggup bertindak dan bereaksi terhadap semua situasi dan aspek kehidupan dengan kematangan penuh seratus persen. Mereka dapat menangani banyak proble secara lebih dewasa. Berikut ini ada beberapa kualitas atau tanda mengenai
kematangan seseorang. Namun, kewajiban setiap orang adalah menumbuhkan itu di dalam dirinya sendiri, dan menjadi bagian dari dirinya sendiri. Maka, orang yang dewasa/matang adalah:

1--Dia menerima dirinya sendiri.

Eksekutif yang paling efektif adalah ia yang mempunyai pandangan atau penilaian baik terhadap kekuatan dan kelemahannya. Ia mampu melihat dan menilai dirinya secara obyektif dan realitis. Dengan demikian ia bisa memilih orang-orang yang mampu membantu mengkompensasi kelemahan dan kekurangannya. Ia pun dapat menggunakan kelebihan dan bakatnya secara efektif, dan bebas dari frustasi-frustasi yang biasa timbul karena keinginan untuk mencapai sesuatu yang sesungguhnya tidak ada dalam dirinya. Orang yang dewasa mengenal dirinya sendiri dengan lebih baik, dan senantiasa berusaha untuk menjadi lebih baik. Ia tidak berkepentingan untuk menandingin orang lain, melainkan berusaha mengembangkan dirinya sendiri. Dr. Abraham Maslow berkata, "Orang yang dewasa ingin menjadi yang terbaik sepanjang yang dapat diusahakannya. Dalam hal ini dia tidak merasa mempunyai pesaing-pesaing.

2--Dia mengharagai orang lain.

Eksekutif yang efektif pun bisa menerima keadaan orang lain yang berbeda-beda. Ia dikatakan dewasa jika mampu menghargai perbedaan itu, dan tidak mencoba membentuk orang lain berdasarkan citra dirinya sendiri. Ini bukan berarti bahwa orang yang matang itu berhati lemah, karena jika kelemahan-kelemahan yang ada dalam diri seseorang itu sudah sedemikian mengganggu tujuan secara keseluruhan, ia tak segan memberhentikannya. Ukuran yang paling tepat dan adil dalam hubungan dengan orang lain bahwa kita menghormati orang lain, adalah ketiadaan keinginan untuk memperalat atau memanipulasi orang lain tersebut.


3--Dia menerima tanggung jawab.

Orang yang tidak dewasa akan menyesali nasib buruk mereka. Bahkan, mereka berpendapat bahwa nasib buruk itu disebabkan oleh orang lain. Sedangkan orang yang sudah dewasa malah mengenal dan menerima tanggung jawab dan pembatasan-pembatasan situasi dimana ia berbuat dan berada. Tanggung jawab adalah perasaan bahwa seseorang itu secara individu bertanggung jawab atas semua kegiatan, atau suatu dorongan untuk berbuat dan menyelesaikan apa yang harus dan patut diperbuat dan diselesaikan. Mempercayakan nasib baik pada atasan untuk memecahkan persoalan diri sendiri adalah tanda ketidakdewasaan. Rasa aman dan bahagia dicapai dengan mempunyai kepercayaan dalam tanggung jawab atas kehidupan sendiri.

4--Dia percaya pada diri sendiri.

Seseorang yang matang menyambut dengan baik partisipasi dari orang lain, meski itu menyangkut pengambilan keputusan eksekutif, karena percaya pada dirinya sendiri. Ia memperoleh kepuasan yang mendalam dari prestasi dan hal-hal yang dilaksanakan oleh anak buahnya. Ia memperoleh perasaan bangga, bersama dengan kesadaran tanggung jawabnya, dan kesadaran bahwa anak buadanya itu tergantung pada kepemimpinannya. Sedangkan orang yang tidak dewasa justru akan merasa sakit bila ia dipindahkan dari peranan memberi perintah kepada peranan pembimbing, atau bila ia harus memberi tempat bagi bawahannya untuk tumbuh. Seseorang yang dewasa belajar memperoleh suatu
perasaan kepuasaan untuk mengembangkan potensi orang lain.

5--Dia sabar.

Seseorang yang dewasa belajar untuk menerima kenyataan, bahwa untuk beberapa persoalan memang tidak ada penyelesaian dan pemecahan yang mudah. Dia tidak akan menelan begitu saja saran yang pertama. Dia menghargai fakta-fakta dan sabar dalam mengumpulkan informasi sebelum memberikan saran bagi suatu pemecahan masalah. Bukan saja dia sabar, tetapi juga mengetahui bahwa adalah lebih baik mempunyai lebih dari satu rencana penyelesaian.

6--Dia mempunyai rasa humor.

Orang yang dewasa berpendapat bahwa tertawa itu sehat. Tetapi dia tidak akan menertawakan atau merugikan/melukai perasaan orang lain. Dia juga tidak akan tertawa jika humor itu membuat orang lain jadi tampak bodoh. Humor semestinya merupakan bagian dari emosi yang sehat, yang memunculkan senyuman hangat dan pancaran yang manis. Perasaan humor anda menyatakan sikap anda terhadap orang lain. Orang yang dewasa menggunakan humor sebagai alat melicinkan ketegangan, bukan pemukul orang lain. --bersambung-- (270601)

(Diringkas dari The Effective Psychology for Manager, Mortimer R. Feinberg, Ph.D)