Senin, 22 Februari 2010

TAKUT JATUH CINTA PADA ATASAN

Tanya: Saya seorang karyawati yang sudah cukup lama bekerja di perusahaan ini. Dulu saya bekerja di sebuah departemen dan mendapat atasan baru. Diam-diam saya jatuh cinta pada atasan. Saya tahu, tak sepatutnya saya mempunyai perasaan itu. Apalagi beliau sudah menikah. Saya hanya bisa memendamnya saja tanpa diketahui oleh siapa-siapa. Susahnya, atasan saya itu orang baik dan penuh perhatian. Bila saya tidak kuat-kuat mengendalikan diri, saya bisa GR sendiri. Sedikit-demi-sedikit saya berhasil mengatasi persoalan itu sendiri. Hingga kemudian saya dimutasi ke bagian lain. Saya pun bisa melupakannya. Tetapi sudah sebulan ini, saya kembali dipindah ke
bagian semula, dan bekerja dengan atasan itu lagi. Beliau masih tetap saja baik dan hangat. Malah kadang-kadang saya merasa perhatian itu khusus ditujukan untuk saya (mungkin saya GR saja). Kalau dalam istilahnya, beliau menyambut saya bagai seorang anak yang pulang ke rumah. Untungnya atasan saya tidak pernah membicarakan sesuatu di luar pekerjaan. Tetapi saya khawatir saja perasaan yang dulu itu muncul lagi, lalu merusak kinerja kerja saya. Apakah perlu saya minta dipindah ke tempat sebelum ini saja? Mohon komentarnya. (En)

Jawab: Mbak En yang baik. Tidak jelas apakah anda sudah bersuami atau belum.
Tetapi hal ini bisa terjadi pada siapa pun. Jadi jangan terlalu merasa bersalah pada perasaan anda, sehingga harus mengorbankan banyak hal. Lha wong namanya manusia kok. Tenang sajalah. Yang terpenting, anda menyadari keadaan diri anda dengan baik dan berusaha mengatasinya sebelum jadi persoalan. Kami salut pada anda yang tampaknya telah mempunyai sikap yang jelas. Pertahankan itu. Sekilas kami rasa, sebenarnya anda adalah seseorang yang cukup kuat menahan gejolak diri sendiri. Situasi semacam ini bisa jadi rumit, bila anda mudah terbawa keadaan dan tidak mengemukakan akal sehat.
Tetaplah berjuang menguasai diri anda sendiri. Jangan buru-buru minta pindah bagian. Situasi yang anda hadapi sekarang bisa jadi berbeda dibanding sebelumnya. Jadi daripada berpusing-pusing memikirkan si bos, lebih baik anda berusaha mempelajari sesuatu yang baru yang menjadi alasan mengapa anda di pindah ke bagian itu lagi.

Sebelum anda GR, ada baiknya dipahami bahwa wajar bila seorang atasan memberikan perhatian lebih pada salah seorang karyawannya. Terutama sekali pada karyawan yang menunjukkan prestasi yang istimewa. Jadi bila anda bermaksud GR, tentu lebih baik GR karena menganggap perhatian ekstra dari atasan itu disebabkan oleh kinerja baik anda, bukan karena hal-hal yang bersifat pribadi pada diri anda. Selain itu, ada baiknya anda pahami bahwa ada banyak cara/akal-akalan atasan untuk menaikkan mutu kerja bawahannya. Salah satunya dengan memberikan perhatian lebih. Anda tahu bukan, bila kerja seseorang diperhatikan maka kualitas kerjanya bisa meningkat. Bila atasan
memperhatikan kerja anda, jangan-jangan sebenarnya dia ingin anda meningkatkan mutu kerja anda. Dengan demikian anda tak perlu merasa GR, malah tercambuk untuk bekerja lebih baik. Bila atasan anda adalah seorang yang mementingkan kualitas hubungan sosial antar karyawannya, dia akan berusaha menganggap setiap bawahannya sebagai bagian dari keluarganya.
Dengan demikian ia akan bersikap hangat seperti bapak pada anak-anaknya. Ia tentu akan memberikan perhatian yang sama pada setiap orang, meski terkadang tampak memberikan perhatian lebih pada orang-orang tertentu dengan alasan sebagaimana tersebut sebelum ini.

Maka, pada intinya, setiap perhatian lebih dari atasan jangan serta-merta dimasukkan ke dalam hati, lalu menganggapnya sebagai perhatian pribadi. Meski suasana kerja tampak penuh kekeluargaan (bahkan, ehm, mesra) tetaplah bersikap profesional. Dahulukan kualitas kerja dan pencapaian tujuan perusahaan daripada terlena dalam hubungan sosial yang tampaknya menyenangkan. Jangan khawatirkan dengan perasaan anda, tetapi khawatirkan hasil kerja anda, hubungan anda dengan pasangan hidup anda, serta masa depan anda sendiri. Ubahlah perasaan "cinta" anda menjadi energi positif yang membuat anda bekerja lebih baik, bergairah, percaya diri, dan menyenangkan.
Jangan lawan perasaan itu, namun biarkan menguap, menghilang perlahan-lahan seiring dengan peningkatan kinerja anda, keharmonisan dengan pasangan hidup anda, serta kematangan dan ketangguhan diri anda dalam menghadapi masalah ini tentunya. Selamat bekerja, dan sukses untuk anda.

Selasa, 16 Februari 2010

MEMBUAT TUJUAN POSITIF

Mike Pegg

Apa tujuan anda? Kita sudah terlalu sering mendengar misi perusahaan yang berbunyi, "kami ingin jadi nomor satu." Tujuan ini tampak hebat, tetapi seringkali juga tidak realistik dan tidak spesifik. Tujuan haruslah tepat dan jelas. Orang merasa senang bila mereka berada pada misi yang tepat.
Tujuan haruslah jelas sehingga orang mengetahui peran mereka dalam mencapai tujuan tersebut. Namun demikian, tujuan, misi, visi, atau apa pun namanya, harus memiliki sesuatu yang dapat merangsang orang untuk berusaha lebih keras dalam meraihnya. Ini berarti tujuan harus bisa diukur dan menjadi imbalan bagi mereka yang meraihnya. Maka, tujuan haruslah sederhana, khusus, relevan dan dapat diukur. Berikut adalah sepuluh langkah yang dapat anda lakukan untuk menetapkan suatu tujuan positif.

1--Jelaskan kekuatan dan kelemahan anda.

Jadikan keunikan anda sebagai dasar. Jadilah seperti jatidiri anda. Tujuan anda semestinya berangkat dari apa yang paling anda kuasai. Tanyakan pada diri anda, "Apa yang khusus dalam diri anda? Apa yang dapat anda berikan yang tidak dapat diberikan oleh orang lain?" Namun, jangan abaikan kelemahan anda. Bagaimana anda bisa mengimbangi kelemahan tersebut? Lakukan sesuatu yang diperlukan untuk mengatasi kelemahan anda. Tetapi jangan hanya memusatkan perhatian pada kelemahan saja sehingga akhirnya merusak bakat-bakat anda.

2--Jelaskan peluang dan ancaman anda.

Berhati-hatilah terhadap sindrom Titanic; yang hanya memerhatikan diri sendiri, merasa tak tersaingi, dan mengabaikan adanya gunung es. Perhatikan bagaimana perusahaan anda. Catat semua kekuatan, kelemahan, peluang dan ancamannya. Ketahui apa yang telah dikerjakan dengan baik serta jelaskan apa yang masih harus diperbaiki. Jelaskan pula bagaimana mereka dapat memanfaatkan peluang tersebut dan bagaimana mengatasi berbagai kendala yang muncul. Bila ini anda miliki, maka anda terlah berada di atas landasan yang kokoh, siap mengambil langkah berikutnya.

3--Jelaskan kelompok sasaran anda.

Mencapai segala sesuatu bukan lagi jamannya. Konsep ini ditantang oleh penyusunan sasaran dan pangsa tertentu yang dimungkinkan. Banyak bukti bahwa perusahaan yang unggul adalah perusahaan yang dapat memenuhi kebutuhan dan pilihan pribadi. Ketahui siapa pelanggan anda sesungguhnya. Siapa yang akan anda layani melalui tujuan anda tersebut.

4--Jelaskan apa yang pelanggan kehendaki.

Ada tiga kaidah penting: kenali pelanggan anda, penuhi keinginannya, dan layani dengan baik. Perhatikan perusahaan anda. Buatlah daftar kelompok pelanggan dan keinginan setiap kelompok. Dengan demikian anda lebih mampu menentukan sasaran yang positif. Inti dari langkah keempat ini adalah anda tahu pekerjaan bermutu apa yang dapat memuaskan pelanggan, dan memenuhinya.

5--Jelaskan visi anda.

Visi adalah mimpi yang menghasilkan. Karenanya pertahankan integritas anda, namun tetaplah realistis. Perkaya rohani anda, tetapi pastikan anda berhasil. Semestinya visi itu saling menguntungkan; bermanfaat bagi anda, tim anda, dan pelanggan anda. Jelaskan visi anda pada seluruh perusahaan, bahkan pada pelanggan anda. Biarkan mereka turut merasakan dan bersama-sama anda berusaha mewujudkan impian itu.

6--Jelaskan imbalan dari visi anda.

Yang paling dasar, orang menginginkan uang dan makna sebagai imbalan atas pekerjaannya. Perhatikan tujuan tim anda sendiri, dan jawablah mengapa orang harus tertarik pada misi dan visi yang anda tawarkan. Susunlah daftar imbalan bagi setiap kelompok dan sampaikan itu pada mereka. Ada imbalan bagi anggota tim berupa peningkatan kepuasan kerja, pengetahuan, status, gaji, dan pangkat. Sedangkan bagi perusahaan, imbalan itu berupa, peningkatan motivasi karyawan, kualitas kerja, kepuasan pelanggan, reputasi dan laba perusahaan. Yang terpenting, tunjukkan bahwa anda mempunyai misi agar setiap orang merasakan keterlibatan dalam misi tersebut. Ini berarti tujuan positif dari misi dan visi anda sangat mungkin memotivasi mereka untuk mencapai sasaran.

7--Jelaskan dukungan yang anda perlukan.

Susun dan jelaskan dukungan apa yang anda butuhkan untuk mencapai visi anda. Dukungan itu berupa dukungan dari pimpinan, sikap baik dari tim, kerja keras anggota tim, perlengkapan kerja yang memadai, dukungan keuangan, dan sebagainya. Buatlah daftar bantuan praktis yang anda butuhkan agar dapat melaksanakan tugas. Cari tahu apakah pimpinan anda, rekan sejawat, dan para staf siap memberikan dukungan pada anda.

8--Jelaskan ukuran-ukuran yang anda gunakan.

Tanyai pada diri anda sendiri, apa ukuran yang menunjukkan bahwa anda telah mencapai sasaran. Apa yang akan dikatakan pelanggan? Apa yang akan dirasakan, dikatakan, dan dilakukan. Ukuran itu harus sesuatu yang bisa diukur, seperti misal, batas waktu, jumlah laba, banyaknya orang, dan sebagainya. Tanpa ukuran ini anda takkan bisa mengetahui apakah anda berhasil atau tidak.

9--Jelaskan strategi anda.

Menciptakan visi bagaikan menentukan gunung apa yang hendak anda capai. Menyusun strategi adalah menentukan bagaimana cara mendakinya. Pilihlah suatu strategi yang efektif, yang dapat membuat orang merasa baik dan memperoleh hasil yang baik pula. Selain itu orang juga perlu memahami berbagai alasan bagi pemilihan suatu strategi.

10--Jelaskan rencana tindakan anda.

Anda dapat menggerakkan tim anda dengan menjelaskan tujuan anda, mendapatkan komitmen mereka, dan memberi mereka dukungan yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya. Anda juga perlu tetap terlibat dalam kegiatan tersebut, namun anda perlu memberikan kebebasan kreatif, kemudian pandulah mereka agar berhasil. Susunlah rencana tindakan untuk satu bulan, enam bulan, satu tahun, dan tiga tahun ke muka.

(Mike Pegg, Positive Leadership)

Selasa, 09 Februari 2010

CIRI-CIRI PEMIMPIN YANG BERPRINSIP

Diringkas dari: Stephen R. Covey

Dalam situasi bisnis sekarang ini tampaknya mudah sekali orang membenarkan cara-cara kasar demi tujuan baik. Bagi mereka, "bisnis adalah bisnis", sedangkan "etika dan prinsip terkadang harus mengalah pada keuntungan". Selain itu, banyak juga kita lihat para pelaku dan pemimpin bisnis yang tampak berhasil menumpuk kekayaan, namun di belakang kehidupan mereka tampak kacau dan mengenaskan. Padahal bila kita tinjau, hampir setiap minggu muncul teori manajemen baru, namun tampaknya sedikit sekali yang meninggalkan hasil yang diharapkan. Mengapa demikian?

Menurut Stephen R. Covey, penulis buku terkenal, "Seven Habits of Highly Effective People", dalam bukunya yang lain "Principle Centered Leadership", hal ini disebabkan mereka tidak lagi berpegang pada prinsip dasar yang berlaku di alam ini. Padahal hukum alam, berdasarkan pada prinsip, berlaku tanpa peduli apakah kita menyadarinya atau tidak. Oleh karena itu semestinya kita meletakkan prinsip-prinsip ini di pusat kehidupan, hubungan, kontrak-kontrak manajemen dan seluruh organisasi bisnis anda.

Covey percaya bahwa kesuksesan kita, baik pribadi maupun organisasi, tidak dapat diraih begitu saja. Kesuksesan harus datang dari "dalam diri" dengan berdasarkan pada apa yang kita pahami dan yakini untuk menjadi prinsip yang tak tergoyahkan. Dengan demikian kepemimpinan yang berprinsip memusatkan kehidupan dan kepemimpinan kita pada prinsip-prinsip utama yang benar.

Artikel ini tidak membahas apa itu prinsip menurut Covey, namun meringkas ciri-ciri pemimpin yang berprinsip. Ciri-ciri dari pemimpin yang mendasarkan tindakannya pada prinsip. Dengan demikian setidaknya kita bisa mengenal bagaimana kepemimpinan yang berpusat pada prinsip itu. Ada delapan ciri-ciri pemimpin yang berprinsip.

1--Mereka terus belajar.

Pemimpin yang berprinsip menganggap hidupnya sebagai proses belajar yang tiada henti untuk mengembangkan lingkaran pengetahuan mereka. Di saat yang sama, mereka juga menyadari betapa lingkaran ketidaktahuan mereka juga membesar. Mereka terus belajar dari pengalaman. Mereka tidak segan mengikuti pelatihan, mendengarkan orang lain, bertanya, ingin tahu, meningkatkan ketrampilan dan minat baru.

2--Mereka berorientasi pada pelayanan.

Pemimpin yang berprinsip melihat kehidupan ini sebagai misi, bukan karier.
Ukuran keberhasilan mereka adalah bagaimana mereka bisa menolong dan melayani orang lain. Inti kepemimpinan yang berprinsip adalah kesediaan untuk memikul beban orang lain. Pemimpin yang tak mau memikul beban orang lain akan menemui kegagalan. Tak cukup hanya memiliki kemampuan intelektual, pemimpin harus mau menerima tanggung jawab moral, pelayanan, dan sumbangsih.

3--Mereka memancarkan energi positif.

Secara fisik, pemimpin yang berprinsip memiliki air muka yang menyenangkan dan bahagia. Mereka optimis, positif, bergairah, antusias, penuh harap, dan mempercayai. Mereka memancarkan energi positif yang akan mempengaruhi orang-orang di sekitarnya. Dengan energi itu mereka selalu tampil sebagai juru damai, penengah, untuk menghadapi dan membalikkan energi destruktif menjadi positif.

4--Mereka mempercayai orang lain.

Pemimpin yang berprinsip mempercayai orang lain. Mereka yakin orang lain mempunyai potensi yang tak tampak. Namun tidak bereaksi secara berlebihan terhadap kelemahan-kelemahan manusiawi. Mereka tidak merasa hebat saat menemukan kelemahan orang lain. Ini membuat mereka tidak menjadi naif.

5--Mereka hidup seimbang.

Pemimpin yang berprinsip bukan ekstrimis. Mereka tidak menerima atau menolak sama sekali. Meraka sadar dan penuh pertimbangan dalam tindakannya. Ini membuat diri mereka seimbang, tidak berlebihan, mampu menguasai diri, dan bijak. Sebagai gambaran, mereka tidak gila kerja, tidak fanatik, tidak menjadi budak rencana-rencana. Dengan demikian mereka jujur pada diri sendiri, mau mengakui kesalahan dan melihat keberhasilan sebagai hal yang sejalan berdampingan dengan kegagalan.

6--Mereka melihat hidup sebagai sebuah petualangan.

Pemimpin yang berprinsip menikmati hidup. Mereka melihat hidup ini selalu sebagai sesuatu yang baru. Mereka siap menghadapinya karena rasa aman mereka datang dari dalam diri, bukan luar. Mereka menjadi penuh kehendak, inisiatif, kreatif, berani, dinamis, dan cerdik. Karena berpegang pada prinsip, mereka tidak mudah dipengaruhi namun fleksibel dalam menghadapi hampir semua hal. Mereka benar-benar menjalani kehidupan yang berkelimpahan.

7--Mereka sinergistik.

Pemimpin yang berprinsip itu sinergistik. Mereka adalah katalis perubahan.
Setiap situasi yang dimasukinya selalu diupayakan menjadi lebih baik. Karena itu, mereka selalu produktif dalam cara-cara baru dan kreatif. Dalam bekerja mereka menawarkan pemecahan sinergistik, pemecahan yang memperbaiki dan memperkaya hasil, bukan sekedar kompromi dimana masing-masing pihak hanya memberi dan menerima sedikit.

8--Mereka berlatih untuk memperbarui diri.

Pemimpin yang berprinsip secara teratur melatih empat dimensi kepribadian manusia: fisik, mental, emosi, dan spiritual. Mereka selalu memperbarui diri secara bertahap. Dan ini membuat diri dan karakter mereka kuat, sehat dengan keinginan untuk melayani yang sangat kuat pula.

(Diringkas dari: Stephen R. Covey, Principle Centered Leadership)