Kamis, 29 Juli 2010

BELAJAR UNTUK DIAM

Diadaptasi dari: Paul Reps

Ada empat murid yang bermaksud melakukan meditasi keheningan selama tujuh hari di sebuah biara. Semasa masa meditasi mereka semua sepakat untuk tidak saling berbicara.

Pada hari pertama, semuanya diam. Meditasi mereka berlangsung khusyu. Namun ketika malam mulai tiba, nyala lampu lampion menjadi remang-remang. Salam seorang murid tidak bisa menahan diri dan berteriak pada pelayan biara, "Pelayan, tolong betulkan lampu itu."

Murid kedua heran mendengar suara temannya. Ia lalu berbisik, "Ssstt,bukankah kita tidak boleh berbicara."

Melihat hal ini murid ketiga menegur, "Kalian berdua bodoh sekali. Mengapa kalian berbicara?"

Murid keempat tersenyum-senyum sendiri, "Hm, sayalah satu-satunya yang tidak berbicara," katanya menyimpulkan.

Smiley...! Terkadang di saat kita menertawakan kesalahan orang lain, kita pun sedang melakukan kesalahan yang sama.

Selasa, 20 Juli 2010

MENJADI PELAKSANA POSITIF

Mike Pegg

Bagaimana cara anda mewujudkan sesuatu? Bila anda adalah seorang jendral,anda memerlukan prajurit. Para prajurit inilah yang mewujudkan keberhasilan anda, sekaligus dapat menggagalkannya. Pada sebuah organisasi yang besar, para manajer menengah adalah pelaksana yang mewujudkan visi yang diberikan oleh para pemimpin puncak. Peran manajer madya ini adalah memegang teguh keyakinan perusahaan dan melaksanakannya dalam praktek; mewujudkan visi perusahaan menjadi tindakan nyata, membentuk tim yang sukses, serta memperoleh hasil positif; memberi semangat, mengembangkan dan menjaga agar karyawan tetap bekerja di perusahaan; serta mengembangkan bakat mereka sendiri dan terus melayani perusahaan. Inti terpenting adalah pelaksana yang baik mengerjakan hal-hal sederhana dengan baik. Bagaiman anda bisa menjadi pelaksana yang positif? Berikut sepuluh langkah yang bisa anda gunakan.

1--Jadilah manajer yang baik.

Pelaksana yang baik memperoleh penghargaan berdasarkan tindakannya sebagai model yang baik. Untuk itu anda harus mampu mengatur diri anda, waktu, tugas, rapat, serta bawahan. Pastikan anda mengerjakan pekerjaan yang tepat dalam karier anda. Gunakan waktu sebaik-baiknya bagi kepentingan anda, keluarga, kesehatan anda. Luangkan waktu bersama dengan orang-orang yang dapat mendorong anda. Seorang manajer yang cemerlang adalah yang mampu menghayati peran dalam pekerjaannya dengan baik.

2--Bentuklah sebuah tim pelaksana.

Anda tidak dapat bekerja sendiri. Anda harus membentuk sebuah tim yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program kerja. Pilihlah mereka yang setia pada perusahaan dan mengenal baik aspek-aspek perusahaan. Mereka haruslah bisa diterima dan disegani di kalangan karyawan, baik oleh karyawan bawah, manajer lini bahkan dewan manajer. Terlebih lagi mereka juga haruslah orang-orang yang mampu mengatur diri mereka sendiri agar bisa mewujudkan gagasan menjadi hasil nyata.

3--Buatlah rencana kerja jangka panjang.

Anda harus membuat dua macam rencana kerja: rencana jangka dan jangka pendek. Pertama kali anda harus menyusun rencana kerja jangka panjang yang menunjukkan semua pekerjaan yang harus dilakukan selama proyek berlangsung. Ada orang yang tidak suka menyusun rencana, mereka lebih suka langsung terjun menghadapi persoala. Hal ini tampak hebat, namun tidak mudah dan melelahkan. Bagaimana pun anda harus tahu tujuan yang benar, langkah yang benar dan meraih hasil yang benar.

4--Buatlah rencana jangka pendek.

Susunlah rencana atas pekerjaan yang harus anda lakukan selama satu hari, satu minggu, satu bulan. Temukan cara perencanaan jangka pendek yang paling sesuai dengan gaya kerja anda. Yang lebih penting lagi, perencanaan jangka pendek itu harus tetap mengacu pada tujuan dan rencana-rencana jangka panjang anda.

5--Jabarkan visi anda menjadi tujuan departemen, tujuan tim, dan tujuan pribadi.

Visi harus dijabarkan menjadi tujuan-tujuan yang dapat dicapai serta diikuti dengan penyusunan rencana kerja. Bila visi anda tidak dapat dijabarkan ke tingkat rencana, maka sulit bagi anda untuk mewujudkan visi anda. Lebih sulit lagi bagi tim anda untuk melakukan sesuatu.

6--Dapatkan komimen pribadi para karyawan.

Ini adalah bagian yang rawan. Meski anda telah menyusun visi dan rencana sebaik mungkin, tim anda takkan bergerak bila anda tak mampu memotivasi mereka. Anda harus mampu menjangkau mereka secara pribadi. Caranya adalah dengan menunjukkan apa yang perlu dikerjakan serta melibatkan mereka dalam dialog penetapan tujuan. Bila mereka telah menunjukkan kesepakatan, berilah dukungan 100% agar semakin tumbuh hasrat meraih sasaran. Kini tugas anda dalah menyambut secara positif setiap komitmen pribadi.

7--Doronglah orang untuk bersikap kreatif.

Seimbangkan antara "lepas tangan" dan "campur tangan". Doronglah orang untuk memberikan gagasan, namun jelaskan bidang-bidang mana yang dapat atau tidak dapat dipengaruhi. Tunjukkan batas-batas dimana mereka dapat melakukan perubahan. Jangan tekan bakat yang muncul, namun pastikan bahwa gagasan yang muncul dapat dilaksanakan. Selanjutnya, publikasikan keberhasilan yang diraih atas gagasan tersebut, ini akan mengilhami orang lain menjadi kreatif.

8--Jadilah pemberi semangat yang baik.

Pergokilah orang-orang di saat mereka melakukan sesuatu yang baik, dan beritahukan pada mereka. Kejutan positif memberikan kekuatan untuk menghadapi tantangan. Namun demikian anda juga harus memberi pesan yang jelas tentang apa yang anda harapkan agar mereka dapat melakukan dengan lebih baik lagi di masa depan.

9--Lakukan perubahan-perubahan fisik.

Doronglah orang-orang anda untuk melakukan perubahan fisik, terutamanya memperbaiki tempat kerja mereka. Berilah otonomi pada setiap orang untuk mengatur ruang kerja mereka. Ini dapat memberikan kepuasan kerja yang lebih besar dan peningkatan kinerja.

10--Lengkapilah program pelaksanaan.

Jangan hanya menyusun rencana kerja dan meminta orang lain melaksanakannya, anda harus melengkapinya dengan laporan singkat mengenai pelaksanaan program anda. Tunjukkan pada orang-orang mana yang telah dicapai dengan baik, mana yang tercapai namun tidak cukup baik, dan mana yang belum tercapai.

(Mike Pegg, Positive Leadership)

Selasa, 13 Juli 2010

KEPADA MEREKA YANG SIBUK BERKARIR

Soul's Bread:

Seperti biasa Rudi, kepala cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Imron, putra pertamanya yang baru duduk di kelas dua SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama.

"Kok, belum tidur?" sapa Rudi sambil mencium anaknya. Biasanya, Imron memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari. Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Imron menjawab, "Aku nunggu Ayah pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Ayah?"

"Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah? Mau minta uang lagi, ya?"

"Ah, enggak. Pengen tahu aja."

"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja.
Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa, hayo?"

Imron berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Rudi beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Imron berlari mengikutinya.

"Kalau satu hari ayah dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam ayah digaji Rp 40.000,- dong," katanya.

"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok," perintah Rudi.

Tetapi Imron tak beranjak. Sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, Imron kembali bertanya, "Ayah, aku boleh pinjam uang Rp 5.000,- nggak?"

"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini?
Ayah capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah."

"Tapi, Ayah..."

Kesabaran Rudi habis. "Ayah bilang tidur!" hardiknya mengejutkan Imron. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya. Usai mandi, Rudi nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Imron di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Imron didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp 15.000,- di tangannya.

Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Rudi berkata, "Maafkan Ayah, Nak. Ayah sayang sama Imron. Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok' kan bisa. Jangankan Rp 5.000,- lebih dari itu pun ayah kasih."

"Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini."

"Iya,iya, tapi buat apa?" tanya Rudi lembut.

"Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu sangat berharga. Jadi, aku mau beli waktu ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,-. Tapi karena Ayah bilang satu jam Ayah dibayar Rp 40.000,-, maka setengah jam harus Rp 20.000,-. Duit tabunganku kurang Rp 5.000,-. Makanya aku mau pinjam dari Ayah," kata Imron polos.

Rudi terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat.

(Saya tidak tahu apakah kisah di atas fiktif atau kisah nyata. Tapi saya tahu kebanyakan anak-anak orang kantoran maupun wirausahawan saat ini memang merindukan saat-saat bercengkerama dengan orang tua mereka. Saat dimana mereka tidak merasa "disingkirkan" dan diserahkan kepada suster, pembantu atau sopir. Mereka tidak butuh uang yang lebih banyak. Mereka ingin lebih dari itu. Mereka ingin merasakan sentuhan kasih-sayang Ayah dan Ibunya. Apakah hal ini berlebihan? Sebagian besar wanita karier yang nampaknya menikmati emansipasi-nya, diam-diam menangis dalam hati ketika anak-anak mereka lebih dekat dengan suster, supir, dan pembantu daripada ibu kandung
mereka sendiri. Seorang wanita muda yang menduduki posisi asisten manajer sebuah bank swasta, menangis pilu ketika menceritakan bagaimana anaknya yang sakit demam tinggi tak mau dipeluk ibunya, tetapi berteriak-teriak memanggil nama pembantu mereka yang sedang mudik lebaran.)

Kiriman : Rudy Priambodo

Senin, 05 Juli 2010

BAGAIMANA KEKUASAAN BISA HILANG

Jeffrey Pfeffer

Kekuasaan bisa hilang. Bahkan yang kuat sekali pun akan tergeser. Mengapa
hal itu terjadi? Sebagaimana politik perusahaan jelas sekali bahwa bermain
politik dalam perusahaan dapat dilakukan dengan cantik, termasuk memahami
dan menyadari bahwa kekuasaan bisa hilang. Ada empat sebab yang
disampaikan oleh Jeffrey Pfeffer yang kami ringkas berikut. Yaitu:
ketidakmampuan kita menghadapi perubahan, ketidaktahuan kita akan dinamika
kekuasaan, sikap pribadi yang salah, dan faktor usia. Tujuan dari
pembicaraan ini adalah untuk menyadari bagaimana kita tidak kehilangan
kekuasaan terlalu dini, dan bagaimana meninggalkan kekuasaan dengan baik.

Perubahan organisasional seringkali, jika bukan tidak dapat dihindari,
melibatkan perubahan dalam distribusi kekuasaan. Dalam beberapa
organisasi,
perubahan dalam kekuasaan dan perspektif berlangsung dengan mulus, sementara
yang lain ditunda atau diperebutkan. Tetapi dalam setiap peristiwa, dinamika
kekuasaan tidak dapat dielakkan selalu berhubungan dengan dinamika
organisasional. Oleh karena itu, memahami bagaimana kekuasaan bisa hilang
adalah hal yang esensial dalam memahami perubahan organisasi.

Perbedaan antara kepentingan organisasi dan kepentingan individu paling
tampak di saat kita mengamati kasus seseorang yang sedang kehilangan
kekuasaannya. Bagi seseorang, kehilangan kekuasaan dan kedudukan bisa sangat
menyakitkan, bahkan menghancurkan. Bagi organisasi, pergeseran kekuasaan
seringkali lebih sering ditujukan untuk melakukan terapi, mendapatkan idea
baru, informasi baru dan ketrampilan baru untuk mengambil alih dan
menyelesaikan masalah kritis yang terjadi di masa kepemimpinan lama. Tentu
saja tidak ada jaminan bahwa suksesi kekuasaan akan memperbaiki suasana.
Tetapi pergeseran seperti itu hampir tidak dapat dielakkan untuk
diasosiasikan dengan perubahan, atau setidaknya dengan potensi untuk
beradaptasi.

Pergeseran kekuasaan hampir pasti terjadi. Bahkan setelah mendapatkan
kekuasaan, lambat laun kita akan kehilangannya. Keinginan untuk menjadi
pusat perhatian membuat kita saling bersaing. Padahal berkuasa adalah
kesempatan untuk diamati secara dekat. Dan, tentu saja pengamatan ini mengij
inkan sedikit sekali kesalahan. Tujuan dari tulisan ini adalah bukan hanya
untuk membantu pembaca mempertahankan kekuasaan setelah memilikinya, namun
juga bagaimana kita bisa berdamai dengan evolusi pengaruh dalam organisasi
kita sendiri.

Waktu Berubah, Orang Tidak.

Untuk menghindari kehilangan kekuasaan, kita perlu peka terhadap perubahan
yang halus dalam lingkungan dan mengerti bagaimana gaya tertentu, aktivitas
tertentu, dan pendekatan tertentu efektif. Semua itu hanya cocok untuk tata
cara dan kondisi tertentu juga. Kita perlu memiliki fleksibilitas untuk
menyesuaikan sikap kita dan berakomodasi dengan realitas baru. Bahkan, kita
harus berani meninggalkan kebiasaan lama.

Orang yang memiliki kekuasaan jarang ditentang atau diberi kabar buruk. Jika
mereka ditentang, mereka cenderung untuk menolak informasi yang tidak cocok.
Setelah mengembangkan ketrampilan tertentu dengan satu cara tertentu, mereka
tidak selalu trampil dalam mencari pendekatan alternatif. Tidak mengherankan
jika kemudian perubahan situasi seringkali menghasilkan sebuah dinamika yang
mengakibatkan mereka yang memegang kekuasaan akan kehilangan kekuasaan itu
sendiri.

Mudah didapat, mudah hilang.

Orang yang mendapatkan kedudukan yang kuat tanpa harus bekerja keras, tanpa
pengalaman dalam mendapatkan dan memegang kekuasaan seringkali kehilangan
kekuasaan itu karena kurangnya wawasan akan dinamikanya. Meskipun
kelihatannya seperti nasib baik memperoleh kedudukan tinggi secara
tiba-tiba, namun nasib baik itu kadang-kadang hanya sebentar saja.

Dalam mendapatkan suatu pekerjaan, anda harus mengembangkan jaringan
hubungan dan menyerap banyak pengetahuan tentang lembaga-lembaga yang ada
dalam organisasi. Hal ini tidak didapat oleh orang luar. Itulah mengapa
banyak enterprenur yang memulai organisasi seringkali disingkirkan dari
organisasinya saat mereka tumbuh dan berkembang. Pada saat mulai, mereka
mulai pada tingkat yang paling puncak, dan seringkali kurang peka terhadap
nuansa hubungan kekuasaan yang mengancam mereka kemudian.

Maka jika seseorang menawarkan pada anda suatu pekerjaan yang memberikan
banyak kekuasaan daripada yang anda harapkan, anda harus menanyakan motif
mereka, dan apa yang tersembunyi di balik semua itu. Anda tetap perlu
mengetahui bagaimana hubungan kekuasaan dalam organisasi tersebut agar anda
bisa menjalankan agenda anda. Selain itu, janganlah anda mengasumsikan bahwa
kedudukan formal dapat dipertahankan dalam waktu lama. Kekuasaan dapat
memiliki banyak sumber, tetapi kedudukan yang tersedia hanya satu. Bila anda
mendapatkan kedudukan, maka rencanakan kelangsungan jangka panjangnya dengan
membangun sumber kekuasaan yang lain. Jangan pernah percaya bahwa kedudukan
itu sendiri memberikan jaminan daripada yang sesungguhnya.

Kesombongan, Keistimewaan, dan Kesabaran.

Kekuasaan bisa hilang karena setelah mendapatkan kekuasaan, seseorang
tergoda untuk segera mengambil keuntungan dari kedudukan itu. Orang
kadang-kadang bersikap sombong dan lupa bahwa otoritas yang ada pada dirinya
diperoleh dari pemberi kekuasaan. Sikap pribadi yang keliru, berupa,
kesombongan, penggunaan hak-hak istimewa, dan kurangnya kesabaran seringkali
mengakibatkan kejatuhan mereka yang berkuasa.

Bersikap sombong adalah berpikir bahwa anda selalu benar, dan menempatkan
diri anda di atas terpisah dari yang lain sehingga anda akan kehilangan
dukungan mereka. Jangan sekali-kali kesombongan dan kebanggaan akan
kekuasaan membuat anda meremehkan bahkan menghina lawan anda. Gunakan waktu
dan tenaga anda untuk bekerja dan merencanakan tindakan yang baik. Bila anda
mulai meremehkan lawan, anda akan kalah. Kekuasaan juga dapat hilang karena
anda kurang sabar, berusaha melakukan terlalu banyak, terlalu cepat dan
serakah dalam mengambil kesempatan, serta terburu-buru meraih kemenangan.

Pahamilah bahwa organisasi membutuhkan saling ketergantungan. Meskipun anda
berkuasa dan memiliki kedudukan penting, ketergantungan pada orang lain
tetap ada. Sungguh menggoda untuk bersikap tamak akan kekuasaan yang
diperoleh dengan susah payah dan menerima imbalan dari usaha anda. Tetapi
dengan berusaha mendapatkan keuntungan terlalu besar dan terlalu awal maka
kekuasaan anda akan runtuh.

Lewatnya Waktu.

Menjadi tua adalah sesuatu yang tak dapat dielakkan. Hal ini jelas sekali,
tak peduli bagaimana kaya, populer, dan cerdasnya kita, kita akhirnya
kehilangan kekuasaan karena pensiun. Memang, secara psikologis, sulit sekali
melepaskan sesuatu yang telah kita raih setelah kita bekerja keras untuk
mendapatkan kedudukan dan persyaratannya. Memang ada beberapa perkecualian.
Ada beberapa orang yang tetap saja berkuasa meski telah melewati usia
pensiunnya, namun hal ini jarang sekali. Kita pun tak bisa berharap kita
akan memilikinya.

Cara terbaik untuk menghadapi hilangnya kekuasaan karena soal waktu adalah
dengan melembagakan proses itu. Kita semestinya mulai menentukan masa
jabatan dan mekanisme suksesi wajib. Dengan demikian kita mengurangi noda
yang muncul akibat kehilangan kekuasaan dan menjadikan pergantian kekuasaan
sebagai sesuatu yang wajar-wajar saja. Degan demikian kita bisa menghindari
trauma, baik bagi pribadi maupun organisasi.

Jadi yang kita sampaikan dalam tulisan ini adalah bagaimana kita bisa
menghindari kehilangan kekuasaan terlalu dini dan bagaimana meninggalkannya
dengan baik. Dengan mengerti peran kita dalam organisasi, kita akan lebih
mudah mencapai kedua tujuan itu.

(Jeffrey Pfeffer, diringkas dari buku Managing With Power)