Kamis, 26 Agustus 2010

SEPULUH HUKUM KEPEMIMPINAN 1#2

Bill Newman

Apa yang membedakan seorang manajer yang memiliki karakter "pemimpin" dengan manajer "biasa" walaupun ia telah mengikuti berbagai macam pelatihan kepemimpinan yang sangat keras? Mengapa ada pemimpin yang seperti ditakdirkan sebagai orang besar, sedangkan ada pemimpin lainnya disalahkan atau menyalahkan diri karena memimpin secara biasa-biasa saja. Jika menurut anda perbedaan tersebut hanya terletak pada "keberuntungan" atau "kesempatan", pendapat anda tidak sepenuhnya benar. Hanya sebagian kecil dari pemimpin sukses mencapai keberhasilan besar melalui keberuntungan dan kesempatan.

Berdasarkan suatu data statistik, banyak pemimpin besar meraih keberhasilan dalam pekerjaan dan kehidupannya melalui seperangkat hukum kepemimpinan yang mendetail dan merupakan prinsip-prinsip yang telah diujicobakan. Sedangkan manajer "biasa", tanpa mengecilkan usaha mereka dalam menjalankan sistem kepemimpinan lain yang cukup beragam, pada kenyataannya tidak mempunyai banyak kesempatan untuk menjadi seorang pemimpin sejati.

Dengan menerima kesepuluh prinsip ini atau paling tidak sebagian besar darinya, kesuksesan berada tak jauh dari anda. Berikut adalah ringkasan dari 10 hukum kepemimpinan yang telah diterima dan dikembangkan oleh pelaku-pelaku bisnis dengan landasan yang cukup kuat sehingga memungkinkan seorang manajer "biasa" membuat satu lompatan besar menjadi seorang "pemimpin".

Hukum 1--Pemimpin memiliki visi

Visi adalah kunci untuk memahami kepemimpinan. Seorang pemimpin sejati tidak pernah kehilangan kemampuan seperti yang dimiliki anak-anak: berimajinasi/bermimpi. Dan ini mereka ujudkan dalam bentuk visi; yaitu impian tentang masa depan; atau seperti melihat sebuah lukisan besar yang mana pemimpin itu sendiri ikut melukis suatu bagiannya. Dengan demikian, visi menjadi sebuah tantangan dunia bagi setiap pemimpin untuk membuat jejak langkah di sana, melalui kekuatan ide, kepribadian, nilai-nilai diri, dan harapan.

Bagi kepemimpinan dan pengikutnya, tidak ada sesuatu yang lebih menyenangkan dan memotivasi orang daripada visi untuk mendapatkan sesuatu yang istimewa. Maka, kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk meraih tujuan yang diminati oleh sebagian besar kelompok tersebut. Di lain pihak, tujuan tersebut menguntungkan bagi mereka. Oleh karena itu, visi bersama haruslah menjadi perasaan yang komperehensif tentang posisi, arah, dan cara hidup untuk meraih tujuan, dan apa yang akan dilakukan ketika tujuan it teraih. Visi seperti api ungun di perkemahan, dimana orang-orang berkumpul mengelilinginya karena cahaya, energi, kehangatan, dan
kebersamaan.

Meski visi adalah impian, namun visi harus fokus dan khas. Visi yang terlalu luas akan membuat pemimpin seolah-olah berada di awang-awang dan kehilangan keberanian untuk mencoba. Visi anda harus berpijak pada kenyataan sehingga tujuan bisa diraih dengan sukses dan tidak mematahkan semangat anda dan orang-orang di sekitar anda.

Hukum 2--Pemimpin memiliki disiplin.

Di dunia ini berlaku hukum tak tertulis, apakah kita akan mendisiplinkan diri sendiri atau yang akan didisiplinkan oleh orang lain. Keberhasilan yang berlangsung terus menerus tidak bisa diraih tanpa disiplin, ketekunan, dan usaha. Disiplin merupakan mandat bagi pemimpin untuk meraih tujuan dan visi-visinya.

Salah satu kesalahan besar generasi kita adalah tidak terlalu menghargai pentingnya kedisiplinan. Banyak orang terpengaruh oleh budaya superfisial yang cenderung menolak segala bentuk pengekangan, dan mengikuti dorongan alami diri kita untuk bersikap santai. Kita dengan mudah melupakan fakta bahwa segala sesuatu dalam hidup tidak mungkin diraih tanpa disiplin.

Sangat sering terjadi seorang pemimpin meraih sukses pada tingkat tertentu, dan kemudian berhenti dan kehilangan semangat bertarung. Mereka harus kembali pada titik start mereka. Ini dikarenakan mereka kehilangan milik mereka yang berharga, yaitu, kedisiplinan diri.

Hukum 3--Pemimpin memiliki kebijaksanaan

Pengetahuan dapat diingat, sedangkan kebijaksanaan menembus batas-batas fisik. Kebijaksanaan adalah sesuatu yang memudahkan kita untuk menggunakan pengetahuan secara benar. Kita hidup di jaman ledakan penegtahuan. Berbagai studi memperlihatkan bahwa setengah dari pengetahuan manusia telah ditemuan satu dekade yang lalu dan seterusnya. Lebih lanjut, pengetahuan kita akan berlipat ganda pada dekade terakhir.

Pemimpin yang efektif selalu mengembangkan pengetahuannya dengan membaca.
Mereka mengumpulkan fakta yang diperlukan sehingga tidak terbatasi dirinya dalam mengambil keputusan. Dengan berpengetahuan, seorang pemimpin tidak takut, ragu-ragu, atau khawatir dalam menyelesaikan pekerjaan, dan terbatu untuk mengatasi banyak masalah, sekaligus merupakan alat untuk berproses.

Kebijaksanaan adalah bagaimana menggunakan pengetahuan yang dimiliki dengan sebaik-baiknya, dan mengembangkan kemampuan untuk menyatakan pendapat. Seorang pemimpin yang efektif memiliki penglihatan kebijaksanaan bukan dari matanya, namun dari dalam dirinya. Kebijaksanaan menuntun diri seorang pemimpin untuk mengenali suatu masalah terlebih dahulu sebelum masalah itu terlanjur menjadi besar.

Hukum 4--Pemimpin memiliki keberanian.

Keberanian seringkali diungkapkan dengan istilah yang berbeda-beda. Ada yang menyatakannya dalam istilah: kegagahan, kepahlawanan, kecerdikan. Tetapi apa pun namanya, keberanian tidak pernah dapat didefinisikan. Keberanian adalah suatu jalan untuk mengekspresikan kekuatan di dalam diri kita, inti dari pikiran kita untuk melawan semua keganjilan, peneguhan bagi kita untuk tetap bertahan pada posisi tersebut.

Tingginya gunung Himalaya menantang keberanian seorang pendaki. Kesulitan pekerjaan memotivasi seorang pemimpin, dan kebutuhan akan bersaing memberikan inspirasi bagi pemimpin. Kepemimpinan sejati adalah mengatakan "ya" untuk hidup, tidak menghindar ketika tugas memanggil. Keberanian adalah bertindak dalam ketakutan, bukan tanpa ketakutan. Keberanian adalah melakukan hal yang ditakutkan. Jika anda melakukan sesuatu tanpa takut, itu bukan keberanian.

Kepemimpinan adalah perjuangan yang memerlukan keberanian. Memiliki keberanian berarti melakukan sesuatu yang diyakini benar, dan bersedia menanggung segala resikonya. Ada beberapa alasan untuk menciptakan keberanian: pemimpin sejati ingin hidup untuk sebuah alasan yang benar dan luhur. Pemimpin sejati sadar bahwa orang memperhitungkan mereka, organisasi dan tim mereka, bahkan keluarga mereka. Pemimpin sejati selalu menjaga visinya menyala dalam dirinya. Inilah yang menumbuhkan keberanian.

Bersambung ======>>

Rabu, 18 Agustus 2010

TIPS MEMBANTU BAWAHAN AGAR BEKERJA BAIK

Sebagai atasan, anda disarankan untuk selalu membantu bawahan agar dapat bekerja dengan baik. Secara logis, bila pekerjaan bawahan baik, maka anda pun menikmati hasil yang baik pula. Selain itu bawahan juga sangat menghendaki pekerjaannya berlangsung dan dinilai baik. Berikut ada beberapa tips yang dapat anda gunakan untuk membantu bawahan bekerja dengan baik. Ingat menolong bawahan, pada akhirnya akan menolong diri anda sendiri. Memajukan bawahan, juga akan menaikkan karier anda sendiri.

1--Jelaskan tanggung jawab dan hasil yang diharapkan dari bawahan anda.

Bawahan harus mengerti secara jelas apa yang menjadi tanggung jawab serta peran mereka dalam departemen anda. Beritahu juga hasil dan kualitas yang anda harapkan dari kerja mereka. Tunjukkan bagian-bagian penting dari pekerjaan itu. Dengan demikian bawahan tahu batas-batas mana yang boleh serta mana yang harus mereka kerjakan.

2--Beri pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan keinginan mereka.

Tugas anda adalah mengenali bakat, minat, serta kemampuan bawahan. Bawahan akan bekerja sangat baik bila anda memberika pekerjaan yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Ini adalah prinsip utama agar anda mendapatkan kesediaan untuk bekerja sama dari bawahan anda.

3--Tunjukkan tujuan dan rencana-rencana anda.

Tujuan akan menumbuhkan harapan dan kemauan untuk berjuang. Sedangkan rencana menunjukkan bahwa anda bersungguh-sungguh ingin mencapai tujuan tersebut. Ini sekaligus memberikan tantangan yang jelas pada bawahan.

4--Beri kebebasan untuk mereka mengembangkan kemampuannya.

Beri kebebasa pada bawahan untuk menunjukkan kemampuannya. Namun, pada saat yang sama buatlah syarat dan ketentuan yang baik. Jangan lepaskan kendali. Anda tetap harus menyusun aturan-aturan yang cukup namun tidak mengekang dan sewenang-wenang.

5--Dukung ide-ide mereka dan beri kesempatan untuk mewujudkannya.

Adalah konsekuensi logis atas kebebasan dan tanggunga yang anda berikan, bila kemudian bawahan menyampaikan ide-ide. Dukunglah ide-ide mereka, terutama ide-ide yang bisa diterapkan dan sejalan dengan tujuan serta rencana yang telah disepakati, lalu beri kesempatan bagi mereka untuk mewujudkannya.

6--Beri informasi dan perlengkapan yang dibutuhkan.

Bantulah bawahan anda dengan senantiasa memberikan informasi-informasi yang mereka butuhkan, baik demi pelaksanaan tugas-tugas, maupun wawasan mereka terhadap pekerjaan secara keseluruhan. Sediakan pula perlengkapan-perlengkapan yang dibutuhkan untuk bekerja baik. Jangan sampai bawahan anda mengelak dengan alasan peralatan yang tidak memadai.

7--Mintalah laporan secara berkala.

Meminta laporan adalah pertanda anda menaruh perhatian sekaligus kendali akan pekerjaan bawahan anda. Anda pun bisa menilai pekerjaan bawahan anda dari laporan yang anda terima. Dengan demikian anda pun bisa memberikan umpan balik serta memastikan bahwa tujuan serta rencana anda tetap berjalan dengan baik.

8--Periksa kemajuan kegiatan kerja mereka dan beri umpan balik.

Sesekali waktu adakan pertemuan untuk bersama-sama memeriksa kemajuan kerja. Anda dan bawahan tidak bisa terus-menerus bekerja tanpa berhenti sejenak melihat hasil kerja anda secara obyektif. Beri umpan balik yang mereka sangat butuhkan untuk menilai diri mereka sendiri. Doronglah bawahan anda untuk tetap fokus pada tujuan semula.

9--Jadikan ini sebagai sebuah proses pendidikan.

Jadikan seluruh proses ini sebagai bagian dari tugas anda dalam mendidik bawahan anda. Atasan bukan sekedar bos, melainkan pemimpin sekaligus guru yang membimbing bawahan untuk maju. Adalah sebuah penghargaan bila bawahan anda menjadikan anda sebagai pembimbing dan pendidik mereka.

10--Kembangkan kemampuan komunikasi persuasif anda.

Pada diri anda sendiri, anda seharusnya mampu mengembangkan kemampuan komunikasi persuasif anda. Tujuannya adalah agar anda mampu menarik simpati bawahan. Dengan demikain bawahan bisa cepat tanggap dan bertindak sekaligus merasa berada dalam satu tim yang baik.

11--Bertindaklah adil.

Jangan pilih kasih. Perlakukan bawahan sebagaimana mestinya. Perlakuan yang tidak adil mudah sekali melemahkan semangat orang-orang dan merusak apa yang sudah dibangun dengan susah payah. Lindungilah hak-hak bawahan. Jangan selalu menekankan pada tanggung jawab dan kewajiban.

12--Jangan campuri kehidupan pribadi mereka.

Bukan berarti anda acuh dengan keadaan bawahan, namun jangan sampai anda masuk dalam persoalan-persoalan pribadi mereka tanpa mereka kehendaki. Beri perhatian secukupnya, namun jangan campuri urusan dalam negeri mereka. Mereka lebih tahu bagaimana cara mengatasinya.

13--Jagalah keselamatan kerja bawahan.

Jangan lupa, keselamatan sama pentingnya dengan produktivitas dan kualitas kerja. Keselamatan adalah bagian dari kesejahteraan. Karena itu, upayakan untuk selalu menjaga keselamatan bawahan. Dan, ini adalah bentuk lain dari perhatian yang sangat menarik simpati orang lain.

Senin, 09 Agustus 2010

NARADA MEMBAWA MANGKUK BERISI SUSU

Anthony de Mello

Orang bijaksana dari India, Narada, menaruh bakti kepada Dewa Hari. Demikian besar baktinya, hingga pada suatu hari ia tergoda untuk berpikir, bahwa di seluruh dunia tidak ada orang yang mencintai Tuhan melebihi dia.

Dewa Hari membaca hatinya dan berkata, "Narada, pergilah ke kota di pinggir Bengawan Gangga, sebab seorang penyembahku diam di sana. Hidup di sampingnya akan baik bagimu."

Narada pergi dan bertemu dengan seorang petani, yang pagi bangun, menyebut nama Hari hanya satu kali, lalu mengangkat bajaknya dan pergi ke ladangnya, di mana ia berkerja sepanjang hari. Hanya sesaat sebelum tidur di waktu malam ia mengucapkan nama Hari satu kali lagi.

Narada berpikir, "Bagaimana si petani ini bisa berbakti kepada Hari? Kulihat dia sepanjang hari sibuk dengan urusan duniawi."

Lalu Hari berkata kepada Narada, "Isilah mangkuk dengan susu sampai penuh dan berjalanlah keliling kota. Lalu datanglah kembali tanpa menumpahkan satu tetespun juga". Narada berbuat apa yang dikatakan.

"Berapa kali engkau ingat akan daku selama perjalanan keliling kota?" tanya Hari.

"Tidak satu kalipun, Hari", kata Narada. "Bagaimana aku bisa, kalau Engkau menyuruh aku memperhatikan mangkuk berisi susu itu?"

Hari berkata., "Mangkuk itu menguasai pikiranmu hingga engkau lupa aku sama sekali. Tetapi lihat petani ini yang meskipun dibebani tugas menghidupi keluarga ia ingat akan daku dua kali sehari."

(Anthony de Mello, SJ, The Prayer of The Frog)