Kamis, 25 November 2010

YANG MEMBUAT KITA BESAR

Barry Spilchuk

Dengan perasaan bangga, saya dan Karen dijadikan "Tokoh Orangtua" untuk sehari di kelas taman kanak-kanak Michael, anak lelaki kami. Ia mengajak kami berkeliling kelas, berkenalan dengan semua temannya. Kami ikut dalam aktivitas mereka, memotong dan menggunting lalu merekatkan, begitu pula menjahit; lumayan lama juga kami ikut bermain-main di bak pasir. Bukan main ramainya!

"Ayo, sekarang duduk membentuk lingkaran!" seru ibu guru. "Kita akan bercerita."

Karena tidak ingin kelihatan aneh di mata anak-anak, saya dan Karen ikut "membentuk lingkaran" bersama teman-teman baru kami. Setelah selesai menuturkan cerita tentang "besar", ibu guru bertanya kepada anak-anak yang asyik mendengarkan selama ia bercerita, "Apa yang membuat kalian merasa besar?"

"Serangga membuat aku merasa besar," teriak salah seorang anak.

"Semut," seru anak lainnya.

"Nyamuk," kata seorang anak lagi.

Ibu guru agak kewalahan menghadapi anak-anak yang berebutan menjawab. Untuk mengatasinya, ia memanggil anak-anak yang mengacungkan tangan. Sambil menunjuk seorang anak perempuan, ia bertanya, "Ya, sayang, apa yang membuatmu merasa besar?"

"Ibuku," begitulah jawab anak itu.

"Bagaimana ibumu membuatmu merasa besar?" tanya bu guru dengan heran.

"Gampang saja," kata anak perempuan itu. "Bila ia memelukku dan bilang aku sayang padamu, Jessica!"

(Barry Spilchuk, "A Cup of Chicken Soup for the Soul", Jack Canfield, Mark Victor Hansen and Barry Spilchuk)

Senin, 15 November 2010

MENGAPA BERUANG TUMBUH BESAR

Tsai Chih Chung

Seekor beruang yang bertubuh besar sedang menunggu seharian dengan sabar di tepi sungai deras. Waktu itu memang tidak sedang musim ikan. Sejak pagi ia berdiri di sana mencoba meraih ikan yang meloncat keluar air. Namun, tak satu juga ikan yang berhasil ia tangkap.

Setelah berkali-kali mencoba, akhirnya... hup... ia dapat menangkap seekor ikan kecil. Ikan yang tertangkap menjerit-jerit ketakutan. Si ikan kecil itu meratap pada sang beruang, "Wahai beruang, tolong lepaskan aku."

"Mengapa," tanya sang beruang.

"Tidakkah kau lihat, aku ini terlalu kecil, bahkan bisa lolos lewat celah-celah gigimu," rintih sang ikan.

"Lalu kenapa?" tanya beruang lagi.

"Begini saja, tolong kembalikan aku ke sungai. Setelah beberapa bulan aku akan tumbuh menjadi ikan yang besar. Di saat itu kau bisa menangkapku dan memakanku untuk memenuhi seleramu," kata ikan.

"Wahai ikan, kau tahu mengapa aku bisa tumbuh begitu besar?" tanya beruang.

"Mengapa?" ikan balas bertanya sambil menggeleng-geleng kepalanya.

"Karena aku tak pernah menyerah walau sekecil apa pun keberuntungan yang telah tergenggam di tangan!" jawab beruang sambil tersenyum mantap.

"Ops!" teriang sang ikan.

Smiley...! Bila kita menghargai kesempatan yang kecil, maka ia akan menjadi sebuah kesempatan yang besar.

Rabu, 10 November 2010

MEMBANGUN REPUTASI POSITIF

Mike Pegg

Johnson & Johnson pernah menghadapi krisis kepercayaan. Pada tahun 1982 sejumlah kapsul Tylenol yang beredar di supermarket tercemar sianida. Akibatnya tujuh orang meninggal di Chicago. Masyarakat panik. J & J langsung menanggapinya dengan menarik produk tersebut dan menggantinya dengan paket bebas racun. Tetapi cara ini tidak membawa hasil karena beberapa paket masih tercemar. Akhirnya perusahaan memutuskan untuk menarik semua produk yang beredar dan mengalami kerugian USD. 150 Juta. Hal ini dilakukan daripada berdalih macam-macam atau berbohong megenai produk, lebih baik menjaga reputasi demi keuntungan jangka panjang. J & J serius dalam menjaga
nilai-nilai mereka. Bagaimana anda bisa membangun reputasi yang positif?

1--Perhatikan filosofi anda.

Bagaimana dengan filosofi dan nilai-nilai dasar yang anda yakini selama ini?
Perhatikan, apakah filosofi anda menekankan pada menghormati setiap orang, melayani pelanggan, dan melakukan segala sesuatunya dengan sebaik-baiknya?
Bila ketiga hal ini anda pegang; memperlakukan orang dengan baik, memberikan
kepuasan pada pelanggan, itu akan meningkatkan komitmen pribadi.

2--Perhatikan tujuan anda.

Anda perlu memiliki lebih dari hanya sekedar filosofi hidup saja, anda perlu memiliki sasaran. Anda perlu memiliki misi, visi, dan tujuan. Bahkan perusahaan pun perlu memiliki hal yang sama. Tujuan ini bukan hanya untuk diraih, melainkan untuk membenarkan keberadaan anda dan perusahaan anda. Perhatikan tujuan anda baik-baik, apakah tujuan tersebut sesuai dengan nilai-nilai dasar dan filosofi yang anda yakini kebenarannya?

3--Perhatikan karyawan anda.

Ini adalah hubungan kerja 50/50. Sementara perusahaan mendorong staffnya, para staf tersebut harus mempunyai perhatian pada perusahaan. Agar anda mencapai reputasi positif, anda harus memperhatikan karyawan anda, yaitu dengan memberikan dukungan yang positif, imbalan yang baik, serta menunjukkan bahwa mereka adalah bagian dari tim anda.

4--Perhatikan produk anda.

Apakah anda bangga dengan produk anda? Apakah produk anda sederhana, indah, dan efektif? Perhatikan produk anda demi reputasi anda sendiri. Hasil kerja anda tampak dan dinilai dari produk anda sendiri. Apakah pelanggan menghargai produk anda juga? Itu berarti produk anda haruslah produk yang benar-benar memenuhi kebutuhan dan pelayanan pelanggan anda.

5--Perhatikan masyarakat anda.

Perusahaan-perusahaan besar membuktikan bahwa dengan memperhatikan masyarakat, mereka memperoleh reputasi baik, dan pada ujungnya mereka meraih keuntungan. Jangan hanya memperhatikan pelanggan, namun tunjukkan komitmen anda pada masyarakat. Perhatikan bagaimana anda mewujudkan komitmen anda pada masyarakat, maka pada saat yang sama anda memperhatikan reputasi anda sendiri.

6--Perhatikan kinerja anda.

Bagaimana dengan kinerja anda? Anda harus berupaya mencapai nilai tinggi dari kemampuan profesional anda. Ini menuntut anda untuk berani mengambil resiko. Anda tidak punya pilihan lain, anda harus mengambilnya. Sedangkan untuk mencapai yang terbaik dari anda, anda harus menunjukkan orisinalitas anda, yaitu melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya, sesuatu yang unik dari diri anda. Untuk itu anda harus terus-menerus berlatih. Perhatikan kinerja anda, maka reputasi baik akan mengikuti.

7--Perhatikan keuntungan anda.

Jangan berpikir bahwa keuntungan itu hanya dalam bentuk uang. Bila anda bekerja di rumah sakit, keuntungan diukur dalam bentuk kesehatan dan kebahagiaan orang. Bila anda bekerja di sekolah, keuntungan diukur dalam bentuk kepuasan siswa dan orang tua mereka. Memperhatikan keuntungan berarti melakukan segala sesuatu yang dapat dilakukan untuk mencapai hasil yang lebih baik. Namun, demikian anda tetap harus memperhatikan keuntungan uang. Ada tiga alasan, pertama anda mempunyai kewajiban membayar tagihan, membayar para pemegang saham yang telah membiayai pertumbuhan perusahaan, dan investasi untuk masa depan. Semua ini harus menjadi upaya inovasi untuk mempertahankan pekerjaan.

8--Perhatikan prospek anda.

Mengapa prospek begitu penting?
Karena hampir semua sektor industri akan melihat perubahan tehnologi utama dalam waktu yang sangat singkat. Bagaimana anda memperhatikan masa depan anda? Pertama, anda dapat menginvestasikannya pada orang-orang anda. Anda harus terus-menerus mendidik karyawan anda agar cakap, bermutu dan mampu menjaga kekuatan kompetisi perusahaan. Kedua, anda dapat menginvestasikannya pada produk anda. Ini menuntut anda melakukan inovasi. Dan, inovasi menuntut perubahan paradigma. Perusahaan modern yang tidak mau melakukan inovasi bagaikan dinosaurus di masa modern.

9--Perhatikan tanggung jawab sosial anda.

Bagaimana anda melihat lingkungan sekitar anda?
Apa pendapat anda mengenai sekolah-sekolah di sekitar perusahaan anda? Rumah sakit? perpustakaan? Buruk atau bagus? Perhatikan bagaimana tanggung jawab sosial anda? Reputasi dibangun di atas tanggung jawab sosial anda.

10--Perhatikan lingkungan anda.

Sedikit demi sedikit kesadaran akan perlunya lingkungan yang hijau menjadi tuntutan masyarakat, termasuk kepada perusahaan anda. Berbagai peraturan ditulis untuk menjamin terciptanya lingkungan yang hijau bagi masyarakat. Peranan orang bisnis dalam hal ini semakin meningkat. Bahkan reputasi perusahaan mulai diukur dengan seberapa tinggi kepedulian mereka terhadap lingkungan. Maka, perhatikan lingkungan anda.

(Mike Pegg, Positive Leadership)