Minggu, 13 Februari 2011

ANGGUR

Seseorang telah menanam anggur yang dikenal sebagai suatu jenis baru yang menghasilkan buah anggur yang siap dimakan hanya setelah berumur tiga puluh tahun. Ketika dia menanamnya, Sultan melintas, berhenti, dan berkata, "Engkau seorang yang luar biasa optimis jika engkau berharap hidup hingga anggur itu berbuah."

"Mungkin aku tidak akan hidup selama itu," jawab orang itu. "Tetapi setidaknya para penggantiku akan hidup dan mengambil keuntungan dari pekerjaanku, sebagaimana kami semua mengambil keuntungan dari kerja para pendahulu kita."

"Kalau begitu," jawab Sultan. "Jika pohon anggur itu berbuah, bawakan beberapa butir buah untukku. Itu jika kita lolos dari pedang kematian yang menggantung di atas kita sepanjang waktu."

Sultan pun pergi.

Tiga puluh tahun kemudian pohon anggur itu mulai menghasilkan buah anggur yang lezat. Orang itu mengisi sebuah keranjang besar dengan buah anggur pilihan dan pergi ke istana. Sultan menerimanya dan memberinya hadiah emas yang banyak.

Kabar pun tersiar, "Seorang petani yang tak dikenal telah diberi sejumlah emas yang banyak sebagai pengganti sebuah keranjang anggur."

Seorang perempuan dungu mendengar hal ini. Segera ia mengisi sebuah keranjang dengan buah anggur miliknya dan membawanya sendiri ke penjaga istana. Ia berkata, "Aku meminta ganjaran yang sama dengan yang telah diterima oleh laki-laki tadi pagi. Ini buah anggurku. Jika Sultan memberi uang untuk buah-buahan, maka ini buah-buahan itu."

Sang Sultan mengetahui hal itu dan menjawab, "Ia hanya bisa meniru dan sombong. Ia tidak mau mengetahui apa latar belakang aku memberi emas pada lelaki itu. Karenanya, usir dia!"

Perempuan itu tidak mau bersusahpayah mengetahui bagaimana sang petani anggur bisa menumbuhkan anggurnya. Perempuan itu hanya mau meniru mudahnya saja.

(Idries Shah, The Way of Sufi)

Minggu, 06 Februari 2011

TIPS MENJADI AYAH YANG BAIK BAGI EKSEKUTIF SIBUK

Adalah hal yang biasa bagi anda, eksekutif yang sibuk, menghadapi dilema untuk memilih mana yang harus didahulukan: karier atau keluarga. Kebanyakan eksekutif yang sukses menganggap bahwa keberhasilan karier menuntut pengorbanan keluarga (ini menjadikan dilema ini menjadi bukan dilema lagi). Ini tampak dari lamanya jam kerja mereka, seringnya mereka melakukan perjalanan dinas, bahkan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kerja di saat-saat semestinya mereka berada bersama keluarga. Sudah menjadi pendapat umum bahwa urusan keluarga, seperti mengurus anak, menjalin hubungan dengan tetangga, dan lain sebagainya, diletakkan di pundak istri. Yang lebih
menarik lagi, kini banyak wanita yang ikut-ikutan bekerja, yang berarti juga harus memenuhi tuntutan karier untuk mengorbankan kepentingan keluarga.

Namun, sesungguhnya yang terjadi tidaklah seseram dan seburuk itu. Tentu ada juga contoh-contoh di sekitar kita, orang-orang yang mampu meraih keberhasilan karier sekaligus menjadi ayah yang baik bagi keluarganya.
Berikut ini beberapa tips dari mereka yang berhasil menyeimbangkan kehidupan kerja dan keluarganya.

1--Pahamilah bahwa karier dan keluarga adalah sebuah kehidupan yang utuh.

Persoalan muncul bila kita menganggap karier adalah satu-satunya kehidupan yang kita miliki, sedangkan keluarga hanya sebagai persinggahan. Memang ini tidak menimbulkan dilema internal pada diri manajer itu, namun akan memberikan masalah bagi keluarga yang mencintainya. Maka yang paling utama adalah menyadari bahwa karier maupun keluarga adalah sebuah kehidupan yang utuh, yang keduanya harus bisa dilalui dengan sebaik-baiknya. Bila toh adakalanya, salah satu harus berkorban demi yang lain, maka pengorbanan itu tetap dalam bingkai mencapai sebuah keberhasilan hidup yang utuh.

2--Diskusikan secara terbuka dengan kluarga tuntutan karier anda.

Bila terjadi konflik antara tuntutan keluarga atau karier, maka upayakan sebuah diskusi terbuka dengan istri dan kekuarga anda. Berterusteranglah untuk mendapatkan pengertian dari keluarga bila anda harus mendahulukan kepentingan karier. Ini adalah langkah bijak yang juga dapat mendorong istri dan keluarga anda bisa mensikapi pekerjaan anda secara bijak pula. Sadari pula bahwa keluarga anda juga perlu tahu gambaran besar tentang apa-apa yang terjadi pada ayahnya yang tercinta.

3--Jadikan waktu dengan keluarga sebagai bagian time planning anda.

Seringkali kita, sebagai manajer yang sibuk, pandai membagi waktu kerja, namun gagal dalam membagi waktu untuk keluarga. Maka, masukkan kegiatan keluarga sebagai bagian dari perencanaan waktu anda. Lebih penting lagi, anda menyediakan waktu yang khusus bagi keluarga. Bukankah kita diberi akhir pekan, cuti tahunan, atau liburan panjang untuk menikmati hidup bersama keluarga. Atur waktu anda untuk melakukan sesuatu yang berharga untuk keluarga, sebagaimana anda mengatur waktu untuk kegiatan karier demi
produktivitas kerja.

4--Jaga terus hubungan/kontak dengan keluarga.

Meski anda sedang berada di tengah-tengah kesibukan kantor, perjalanan dinas, atau rapat besar, jangan lantas anda terputus hubungan dengan keluarga. Memang, yang terpenting adalah kualitas dari hubungan, namun kuantitas hubungan bukan hal yang bisa disepelekan begitu saja. Ini menunjukkan betapa anda masih memberikan perhatian pada keluarga anda. Toh, melalui teknologi komunikasi modern, seperti telephone, email, dll. hubungan anda bisa dengan mudah dilakukan.

5--Rayakan perayaan-perayaan keluarga.

Betapa hambarnya sebuah keluarga tanpa perayaan-perayaan keluarga. Berikan perhatian pada tanggal-tanggal penting bagi keluarga anda, seperti hari ulang tahun, tanggal pernikahan, perayaan agama, arisan keluarga, dan lain-lain. Sisihkan waktu anda untuk menghidupkan acara, seperti, membelikan bingkisan, turut mempersiapkan acara, dan lain-lain. Dalam perayaan ini terdapat kesempatan besar untuk menjalin hubungan harmonis, sekaligus memperbarui komitmen anda. Bukankah, banyak pemimpin yang membawa kebiasaan ini di lingkungan kantor, dan menjadi seorang pemimpin yang dicintai oleh bawahannya?

6--Penuhi kebutuhan keluarga sebaik-baiknya.

Asahlah kepekaan terhadap kebutuhan keluarga. Bertindaklah proaktif untuk mengetahui apa-apa yang diperlukan oleh keluarga anda. Bila anda tak mampu memenuhinya sendiri, lakukan pendelegasian. Bukankah ini juga sesuatu yang anda lakukan di lingkungan kantor anda. Namun, bagi keluarga anda, kepekaan dan kesediaan anda untuk memenuhi kebutuhan itu jauh lebih bernilai di mata mereka.

7--Perkuat nilai-nilai diri anda sendiri.

Renungkan kembali seluruh tujuan hidup anda. Temukan apa-apa yang menjadi tiang utama dalam kehidupan anda. Apakah pekerjaan memang harus menuntut pengorbanan seluruh hidup anda? Bila ya, apakah anda dan keluarga memang benar-benar siap dan menyadari peran itu? Menjadi pahlawan bagi masyarakat memang tindakan mulia, namun itu juga harus berarti menjadi pahlawan bagi keluarga anda. Sebelum anda benar-benar siap meniti karier yang semakin tinggi semakin kencang angin menerpa, perkuat nilai-nilai diri anda, sebagaimana pohon besar yang menancapkan akarnya kuat-kuat ke dalam bumi. Dan, bumi yang terbaik adalah keluarga anda sendiri. Karena, keluargalah
yang menopang anda di kala badai kehidupan menerpa.

SANG BADUT

Seorang pria mengunjungi seorang psikolog.
Ia berkata pada psikolog,"Dokter, saya merasa sangat tertekan. Tak peduli apa pun yang saya lakukan, saya tetap merasa tertekan. Saya tak tahu apa yang harus saya lakukan."

Psikolog itu tersenyum padanya, dan berkata, "Mari ikut aku ke jendela itu."

Pria itu mengikuti sang psikolog. Kemudian, psikolog itu menunjuk ke arah luar jendela dan berkata, "Apakah kau bisa melihat tenda besar jauh di luar sana?
Itu adalah tenda rombongan sirkus yang sedang mengadakan pertunjukkan di kota ini. Pertunjukkan mereka benar-benar bagus. Mereka mempunyai seorang badut yang sangat-sangat lucu. Ia tentu bisa membuat kau tertawa terbahak-bahak sampai habis tawamu. Cobalah pergi ke sana dan tontonlah pertunjukkan sang badut itu. Saya jamin kau takkan punya alasan untuk merasa tertekan lagi!"

Pria itu membalikkan badannya menghadap si psikolog. Dengan pandangan mata yang sedih ia berkata, "Dokter, akulah sang badut itu!"

Smiley...! Tak jarang mereka yang pandai memberikan nasehat justru memerlukan nasehat yang lebih baik.

(Unknown, The Clown)