Rabu, 29 Agustus 2012

GADIS KECIL DAN KOTAK EMAS

Di sebuah keluarga miskin, seorang ayah tampak kesal pada anak perempuannya yang berusia tiga tahun. Anak perempuannya baru saja menghabiskan uang untuk membeli kertas kado emas untuk membungkus sekotak kado. Keesokan harinya, anak perempuan itu memberikan kado itu sebagai hadiah ulang tahun pada sang ayah. "Ini untuk ayah," kata anak gadis itu. Sang ayah tak jadi marah. Namun ketika ia membuka kotak dan mendapatkan isinya kosong, meledaklah kemarahannya. "Tak tahukah kau, kalau kau menghadiahi kado pada seseorang, kau harus memberi sebuah barang dalam kotak ini!" Anak perempuan kecil itu menatap ayahnya dengan mata berkaca-kaca. Ia berkata terisak-isak, "Oh ayah, sesungguhnya aku telah meletakkan sesuatu ke dalam kotak itu." "Apa yang kau letakkan ke dalam kotak ini? Bukankah kau lihat kotak ini kosong?" bentak ayahnya. "Oh ayah, sungguh aku telah meletakkan hampir ribuan ciuman untuk ayah ke dalam kotak itu," bisik anak perempuan itu. Sang ayah terperangah mendengar jawaban anak perempuan kecilnya. Ia lalu memeluk erat-erat anak perempuannya dan meminta maaf. Konon, orang-orang menceritakan bahwa, pria itu selalu meletakkan kotak kado itu di pinggir tempat tidurnya sampai akhir hayat. Kapan pun ia mengalami kekecewaan, marah atau beban yang berat, ia membayangkan ada ribuan ciuman dalam kotak itu yang mengingatkan cinta anak perempuannya. Dan sesungguhnya kita telah menerima sebuah kotak emas penuh berisi cinta tanpa pamrih dari orang tua, istri/suami, anak, pasangan, teman dan sahabat kita. Tak ada yang lebih indah dan berharga dalam hidup ini selain cinta. (Disadur dari: Ana Lucia, A Little Girl and The Golden Box)

Senin, 14 Mei 2012

ITU ADALAH AKU

Smiley: Seorang pria mabuk keluar dari bar. Saking mabuknya ia tak lagi mampu mengendarai kendaraannya pulang. Pemilik bar lalu memanggil polisi untuk mengantarkan pria itu pulang ke rumahnya. Sepanjang perjalanan pria mabuk itu memberikan petunjuk dimana rumahnya berada. Mereka berputar-putar sekeliling kota, namun pria itu masih belum mampu menunjukkan arah ke rumahnya. Polisi itu mulai kesal. Namun, tiba-tiba pria mabuk itu tampak sadar dengan keadaan. Ketika mereka melewati sebuah pertokoan besar, pria itu tersenyum dan menunjuk, "Ah, aku ingat! Itu adalah toko pakaian dimana istriku suka berbelanja baju." Ketika mereka melewati sebuah pusat kebugaran, ia berseru, "Nah, itu adalah tempat aku dan istriku biasa berolahraga." Kemudian mereka tiba di gerbang sebuah kompleks perumahan elit. Pria itu menunjuk sambil berkata, "Nah, inilah perumahan tempat aku dan keluargaku tinggal. Kita hampir sampai." Tak lama kemudian mereka melewati sebuah rumah baru yang mewah dan besar, pria itu berteriak, "Stop, itu adalah rumahku." Ketika mereka mendekat ke rumah itu, muncul sebuah mobil mewah memasuki halaman rumah itu. Dari dalam mobil itu keluar seorang wanita cantik nan sexy. Pria itu berbisik, "Lihat, itu adalah istriku. Betapa cantiknya ia bukan?" Lalu dari dalam rumah itu keluar seorang pria tampan berpakaian gagah yang menyambut wanita itu dengan mesra. Melihat hal itu, pria mabuk itu langsung berteriak dan menunjuk, "Dan... itulah aku!" Smiley...! Guyonan yang biasa saja bukan? Namun, bukankah itu banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang yang mengkhayal mengenai kemewahan dirinya, padahal ia tak lebih dari sekedar mabuk dan melalaikan realitanya sendiri.

Minggu, 08 Januari 2012

WAKTUNYA SUDAH HABIS

Martin Rutte
Smiley:

Lelaki itu direktur sebuah perusahaan periklanan yang besar, sedangkan saya hanyalah seorang konsultan manajemen yang masih sangat muda. Saya direkomendasikan kepadanya oleh salah seorang karyawannya yang pernah melihat hasil karya saya dan si karyawan itu berpendapat bahwa saya memiliki sesuatu yang patut ditawarkan. Saya sungguh gelisah. Pada tahapan karier saya waktu itu, tidaklah terlalu sering ada peluang bagi saya untuk berbicara dengan direktur sebuah perusahaan.

Janji pertemuannya jam 10.00 pagi, selama satu jam. Saya tiba agak awal. Tepat ajm 10.00, saya didorong masuk ke sebuah ruangan ebsar yang udaranya segar. Perabotannya berwarna kuning terang. Dia mengenakan kemeja yang lengannya digulung ke atas. Wajahnya tampak garang.

"Waktumu hanya 20 menit," katanya dengan ketus.

Saya duduk dan tak mengucapkan sepatah kata pun.

"Saya bilang, kamu hanya punya waktu 20 menit."

Lagi-lagi saya tak bisa bicara apa-apa.

"Waktumu terus berjalan. Kenapa kamu tidak berbicara apa-apa?"

"Itu kan waktu saya," jawab saya. "Saya bisa melakukan apa saja semau saya selama 20 menit itu."

Dia tertawa tergelak-gelak.

Kemudian, kami bicara selama satu setengah jam. Saya mendapatkan pekerjaan itu.