Senin, 24 Mei 2010

TATTO GAMBAR SINGA

Diadaptasi dari: Idries Shah

Suatu ketika ada seorang lelaki yang menginginkan tatto gambar singa di punggungnya. Ia lalu pergi ke tukang tatto yang paling hebat, dan mengemukakan maksudnya. Ia lalu memilih sebuah gambar singa yang tampak sangat gagah.

Kemudian tukang tatto itu mulai bekerja. Tetapi segera setelah merasakan beberapa tusukan jarum tatto, lelaki itu mengerang kesakitan, "Engkau mau membunuhku?! Bagian mana yang sedang kau gambar?"

"Aku baru mengerjakan bagian ekornya," jawab tukang tatto itu.

"Kalau begitu, hapus saja ekornya. Biarlah gambar singa itu tanpa ekor," teriak lelaki itu.

Kemudian tukang tatto itu bekerja lagi. Dan lagi-lagi si lelaki itu tak tahan merasakan sakitnya tusukan jarum. Ia lalu menjerit, "Wadow, sakit sekali. Bagian mana yang sedang kau gambar kali ini?"

"Kali ini," jawab tukang tatto itu, "adalah bagian telinga singa."

"Tinggalkan saja bagian itu. Biarkan gambar singaku telinga," katanya sambil terengah-engah.

Maka, tukang tatto itu mencoba lagi dengan hati-hati. Tetapi segera saja, setelah jarum menusuk kulitnya, lelaki itu menggeliat lagi. "Sekarang katakan, bagian mana yang sedang buat?"

"Ini adalah perut singa," kata tukang tatto itu dengan putus asa.

"Aku tak mau singa dengan perut!" teriak lelaki itu.

Dengan perasaan jengkel tukang tatto itu berdiri sebentar, lalu membuang jarum dan berteriak, "Seekor singa tanpa ekor, tanpa kepala, tanpa perut?
Siapa yang bisa menggambar singa seperti itu? Bahkan Tuhan pun tidak!"

Pojok Renungan Editor: Kita takkan pernah jadi singa, si raja rimba, bila takut pada panasnya gurun pasir. Kita takkan pernah jadi elang, si raja langit, bila gentar pada gamangnya ketinggian. Maka kita pun takkan menjadi apa-apa bila takut pada apa-apa.

MEMPEROLEH KOMITMEN UNTUK MENCAPAI TUJUAN POSITIF

Positive Leadership #5/10

Mike Pegg

Tidak cukup anda mempunyai dan menyampaikan visi yang cemerlang bagi organisasi, anda perlu mendapatkan komitmen untuk mencapai tujuan yang positif. Sayangnya, komitmen adalah sesuatu yang sulit dipahami. Dalam suatu organisasi orang-orang ingin sekali mengembangkan kebebasan pribadi, namun mereka juga ingin terlibat dalam kerja sama tim. Kedua hal yang tampaknya bertolak berlakang ini hanya bisa ditautkan secara berhasil dengan satu kata, komitmen. Yaitu keinginan dari para anggota organisasi untuk bersatu bersama-sama mencapai tujuan. Maka, setelah anda menentukan "gunung" untuk didaki, kini anda bertugas membangkitkan semangat dan komitmen untuk memulai pendakian itu. Berikut, 10 langkah untuk mendapatkannya.

1--Menangkan para pelaksana organisasi anda.

Siapakah yang anda andalkan untuk mencapai tujuan organisasi anda? Anda mengandalkan pada para pelaksana, yaitu orang-orang yang bekerja mewujudkan visi dan tujuan organisasi. Merekalah yang harus anda menangkan. Berikan pekerjaan yang mereka sukai, ciptakan keberhasilan bagi mereka, jadikan mereka sebagai model dan pembawa budaya. Susunlah rencana khusus untuk mendorong mereka meyakini visi anda. Mereka adalah para inspektur lapagan, manajer lini, kapten di lapangan, atau pemimpin informal.

2--Rencanakan bagaimana anda memenangkan orang-orang "biasa".

Ada banyak orang-orang "biasa" dalam suatu organisasi. Mereka adalah para pekerja di pabrik, kantor, atau jalan. Meski begitu, sesungguhnya mereka itu pekerja keras, cakap, dan sungguh-sungguh, yanng telah biasa serta cocok berfungsi dalam organisasi berbirokrasi besar. Anda harus memenangkan mereka. Perhatikan kelompok-kelompok pekerja. Ketahui apa kelebihan masing-masing kelompok itu. Dan, bagaimana anda bisa meraih kelompok tersebut. Anda tidak mungkin bisa menemui semua orang, namun anda bisa mencari cara terbaik agar bisa bertemu dengan kelompok tersebut.

3--Didiklah orang-orang anda tentang sesuatu yang terjadi di dunia.

Visi anda harus ditunjang dengan informasi mengenai kecenderungan apa yang sedang terjadi di dunia ini yang harus anda sebarkan pada orang-orang anda. Ini akan menumbuhkan kesadaran mengenai makna perubahan dan urgensi untuk mempunyai suatu visi yang jauh ke depan agar kita tidak terombang-ambing dalam perubahan. Maka, didiklah karyawan anda tentang apa yang terjadi di dunia ini.

4--Ciptakan rasa ikut memiliki.

Setelah menumbuhkan kesadaran dari karyawan, ajaklah karyawan untuk terlibat. Mintalah karyawan anda untuk mengusulkan perbaikan pelayanan dan kerja. Jangan khawatirkan dengan situasi sulit. Justru seringkali situasi sulit malah mendorong karyawan anda bersedia bekerja sama untuk menciptkan masa depan yang lebih baik.

5--Komunikasikan visi anda pada orang-orang anda.

Bila rasa ikut memiliki telah muncul, kini tiba saatnya anda mengkomunikasikan visi anda. Tujuan dari langkah ini adalah agar karyawan mau berkata, "Kami setuju. Kami melihat manfaatnya. Kami ingin melakukannya." Komunikasikan visi anda dengan cara yang menarik, sederhana, dan terlihat jelas oleh orang-orang anda.

6--Tunjukkan manfaat keberhasilan.

Anda harus memberikan "imbalan" dalam visi anda; yaitu manfaat keberhasilan dari visi tersebut. Dan, ini harus nyata. Karena orang akan melakukan yang terbaik bila tahu, ada imbalan yang nyata. Imbalan inilah yang menumbuhkan loyalitas dan komitmen untuk mencapai tujuan tersebut.

7--Pastikan orang-orang anda mengetahui peran mereka dalam mewujudkan tujuan.

Jangan hanya mengiming-imingi orang dengan tujuan dan manfaat, tetapi berikan petunjuk praktis sehingga setiap orang tahu apa peran mereka dalam misi itu. Kejelasan akan peran ini melahirkan kepercayaan diri pada setiap anggota organisasi. Dan, pada akhirnya akan menciptakan tujuan.

8--Jelaskan kerja keras yang harus dilakukan.

Jelaskan pula kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi. Tidak ada sesuatu yang mudah, selalu saja ada kendala. Jelaskan kendala-kendala itu. Imbangi dengan menjelaskan apa yang akan terjadi jika organisasi anda tidak berubah, sekaligus tuntutan kerja apa yang harus dilakukan untuk tetap berada di jalan tujuan yang benar.

9--Mintalah komitmen dari orang-orang anda.

Anda memang tidak bisa mendatangi seseorang lalu meminta komitmennya. Anda hanya bisa melakukan itu bila dibarengi dengan kerendahan hati. Mintalah masukan dari karyawan. Bila ada tanggapan gagasan konkret, maka terapkan dan tindak lanjuti. Tunjukkan keberhasilan yang dicapai. Dengan demikian anda berarti telah mendapatkan komitmen. Komitmen ditunjukkan bila orang tidak didesak melakukan pekerjaan, namun mereka sendirilah yang memilih untuk melakukannya.

10--Raihlah keberhasilan nyata lebih awal.

Lakukan suatu perubahan yang tampak nyata namun mudah. Misal, dengan melakukan perubahan fisik. Dengan demikian orang akan melihat adanya keberhasilan secara nyata. Lakukan itu di depan agar orang bisa merasakan adanya perubahan. Namun jangan merasa semuanya telah selesai, justru di depan anda telah menanti sesuatu yang lebih besar: pelaksanaan yang sungguh-sungguh.

(Mike Pegg, Positive Leadership)

Senin, 17 Mei 2010

TAKUT GAGAL DI MASA PERCOBAAN

Konsultasi Alternatif:

Tanya: Tolong dijawab segera ya. Saya adalah karyawan baru dengan jabatan kepala bagian di sebuah perusahaan asing. Minggu depan masa percobaan (3 bulan) saya akan habis. Di akhir masa percobaan saya akan diputuskan untuk diterima sebagai karyawan tetap atau gagal. Selama masa percobaan ini saya mendapat tugas menyusun standar operating procedures untuk pekerjaan-pekerjaan yang ada di bagian saya. Waktu itu saya sanggupi bahwa semuanya akan selesai dalam waktu dua bulan. (Penugasan diberikan pada akhir bulan pertama). Saya sadar bahwa saya hanya sanggup menyelesaikan separuh dari tugas-tugas. Itu pun tidak sepenuhnya sempurna. Alasan utama, karena ada beberapa staff yang ternyata tidak menyukai saya menjabat posisi ini. Menurut kasak-kusuk yang saya dengar, ada seorang staff yang berambisi betul
dengan posisi ini. Mereka tidak setulusnya membantu saya. Selain itu, ada seorang staff yang tampaknya bisa saya andalkan jatuh sakit (typhus) selama beberapa minggu. Padahal saya membutuhkan dia untuk mengumpulkan beberapa informasi. Saya juga tidak bisa mengkomunikasikan hal ini dengan manajer saya. Belakangan ini beliau sedang berada di luar negeri untuk banyak urusan. Sedangkan tugas-tugas beliau dilimpahkan pada kepala bagian lain.
Sedangkan saya ini kelabakan harus melakukan apa. Tolong diberi jalan keluar bagaimana saya bisa melewati penilaian masa percobaan ini dengan baik. (Ir)

Jawab: Yang paling penting sekarang adalah anda akui anda gagal memenuhi penugasan itu. Bila anda berusaha mencari-cari alasan atas kegagalan itu, terlebih lagi menimpakannya pada orang lain dan situasi, itu hanya akan membuat daftar kegagalan anda semakin panjang. Jadi, hentikan mencari-cari alasan. Gunakan waktu satu minggu ini untuk menuntaskan tugas-tugas anda yang separuh jalan itu dengan baik. Jangan risaukan penilaian masa percobaan. Risaukan saja tugas-tugas anda yang tak selesai ini. Sekali lagi, stop kesibukan anda menyusun alasan kegagalan. Bila anda mengemukan sepuluh alasan, percayalah, atasan anda mempunyai dua puluh argumen untuk mematahkan alasan anda.

Kini mari buat "pengakuan" yang gentle atas kegagalan anda. Kemungkinan pertama, di saat anda menyepakati penugasan itu, anda bertindak terlalu optimis. Waktu satu bulan yang anda gunakan untuk mempelajari situasi kerja mungkin anda anggap cukup, namun sebenarnya banyak kemungkinan baru yang muncul tanpa anda duga-duga sebelumnya. Gairah yang menggebu-gebu sebagai karyawan baru bisa saja membuat anda tidak cukup realistis dalam menilai situasi. Anda juga bisa jadi tidak cukup realistis dalam menerima penugasan itu dan menyesuaikan dengan kemampuan anda sendiri. Untuk menangani hal ini, selesaikan tugas mana yang paling bisa anda selesaikan. Bersikaplah realistis bahwa anda tak mampu menangani semua. Namun, anda mampu menuntas sesuatu yang benar-benar anda kuasai. Sikap realistis menuntun anda untuk menyusun prioritas.

Mari kita lihat kemungkinan kedua, yaitu anda tidak cukup mampu mengendalikan pekerjaan anda secara efektif. Anda mungkin membiarkan anda dan anak buah anda bekerja tanpa sebuah perencanaan dan kontrol yang baik. Ada banyak sebab mengapa pengaturan ini tidak berjalan baik. Pertama, kepemimpinan anda belum cukup bisa diterima oleh bawahan anda. Bila ini yang terjadi, anda harus segera mengubah gaya kepemimpinan anda dan menyesuaikannya dengan situasi. Kedua, anda belum mampu menciptakan jaringan kerja dengan kolega anda dengan baik. Meski anda ketahui mereka tampak sibuk dengan tugas sehari-harinya, itu bukan berarti anda lantas boleh berdiam
diri. Anda harus bergerak menemui mereka. Ingat, anda adalah karyawan baru. Andalah yang semestinya bertindak aktif. Terlebih lagi, jabatan anda adalah kepala bagian yang tentu berbeda dengan staff biasa. Sebab ketiga, anda mudah terbiaskan oleh kasak-kusuk yang terjadi di bawahan anda. Keuntungan anda sebagai karyawan baru adalah anda tidak punya kepentingan atas kasak-kusuk itu. Ini semestinya membuat anda lebih merasa bebas dalam bertindak terhadap bawahan. Sebab keempat, cara kerja anda mungkin tidak sepenuhnya efektif. Coba pelajari, apakah anda mempunyai agenda dan skedul kerja, prioritas penyelesaian tugas, perlengkapan kerja, dan lain sebagainya. Bila ini masalahnya, maka segera susun prioritas baru. Anda bisa ajukan hal ini sebagai revisi atas penugasan anda. Sangat perlu bagi anda untuk menyusun rencana baru yang lebih realistis.

Kemungkinan ke tiga, anda tidak cukup berkesempatan melakukan komunikasi dengan atasan. Namun, ini bisa dibantah bahwa anda bisa saja menghubungi atasan anda meski beliau berada di luar negeri, tentu dengan catatan selama apa yang anda komunikasikan itu adalah sesuatu yang penting dan layak dibicarakan. Ada baiknya anda hubungi atasan anda secara langsung, dan bicarakan kemungkinan anda gagal atas penugasan ini. Ajukan rencana baru. Jangan sampai di saat anda menghadapi saat penilaian akhir masa percobaan kerja, anda berdiri sendiri. Kini, coba bangun pertahanan dengan atasan anda. Percayalah, atasan anda takkan berpikiran untuk menggantikan anda begitu saja. Bila ia melakukannya, ia harus kehilangan banyak waktu dan tenaga, kecuali ia berpikiran lain. Maka tunjukkan bahwa anda masih layak
dipertahankan di sana, dengan segala kegagalan sekaligus kebangkitan baru yang lebih baik dan menjanjikan.

Kami tidak tahu bagaimana bisa membuat anda lolos dari lubang jarum penilaian masa percobaan ini. Namun kami percaya bila anda segera mengubah cara kerja; anda tidak lagi berusaha mencari alasan dan pembenaran atas kegagalan itu, serta menjalin komunikasi dengan atasan anda, maka atasan anda masih melihat prospek kebaikan dalam diri anda. Dan yang tak kalah penting: jangan takut tidak bisa melewati masa percobaan, namun takutlah bila anda tidak bisa membantu perusahaan ini lebih baik lagi. Bila anda memusatkan perhatian pada kepentingan perusahaan, maka perusahaan pun akan memberikan perhatian yang setimpal bagi anda. Selamat berjuang. Pantang
mundur.

Selasa, 11 Mei 2010

MENGENALI TANDA-TANDA KEDEWASAAN PADA DIRI SEORANG EKSEKUTIF (2/2)

Mortimer R. Feinberg, Ph.D.

7--Dia mempunyai ketabahan, keuletan, dan daya tahan.

Orang dewasa bukannya orang yang bebas dari beban. Namun dia selalu mampu bangkit dari goncangan-goncangan hidup, dan tidak berpura-pura seolah-olah semuanya baik. Dia menerima kenyataan bahwa rasa sakit harus dipikul, kesalahan harus diperbaiki, dan tidak perlu menghabiskan waktu untuk menyesali keadaan. Kegagalan mungkin meremukkan orang yang lemah, namun bagi mereka yanng dewasa, kegagalan menjadi pelajaran yang berharga.

8--Dia dapat membuat keputusan-keputusan.

Orang yang dewasa, meski harus dengan sabar mengumpulkan fakta untuk memecahkan persoalan, dapat mengambil keputusan berdasarkan data-data yang kurang lengkap. Dia sadar bahwa terkadang dia harus mengambil tindakan berdasarkan keyakinan terhadap dirinya sendiri. Dia bersedia memikul resiko, namun tetap berdasarkan perkiraan-perkiraan yang terbaik yang dapat diperolehnya. Dia tahu, jika harus menunggu semua kepastian, mungkin sekali dia akan ketinggalan kapal.

9--Dia memiliki integritas.

Seseorang yang matang bukanlah orang yang mudah beralih dan menyimpang karena keinginan-keinginan yang muncul tiba-tiba, namun ia dapat beralih dari satu topik ke topik lain tanpa menjadi kacau dan bingung. Dia bukan orang yang menyerak-nyerakkan enerjinya sia-sia.

10--Dia senang bekerja.

Seseorang yang beremosi sehat dan berkepribadian matang tahu bagaimana menikmati pekerjaannya. Dia jarang bermalas-malasan. Dia menghargai pekerjaannya sehingga mendapatkan kepuasan dalam melakukan sesuatu yang baik. Namun demikian banyak orang yang bekerja sebagai bentuk pelarian atau persembunyian dari persoalan berat dan kekecewaan dalam kehidupan pribadinya. Dorongan yang tidak sehat ini memang bisa membuat perusahaan tempat mereka bekerja mendapat keuntungan, tetapi tidak adil bagi diri mereka sendiri. Bagi mereka yang dewasa, bekerja adalah jalan untuk membangun monumen masa depan mereka. Bekerja merupakan jalan untuk menunjukkan dedikasi mereka, dan menjaga diri untuk tidak berkubang dalam kecemasan-kecemasan dan persoalan mereka sendiri.

11--Dia mempunyi prinsip-prinsip yang kuat.

Seseorang yang matang dan dewasa tidak mudah menyerah dalam memegang teguh prinsip-prinsipnya, namun ia luwes jika itu bukan untuk kepentingan pribadinya. Dia mempunyai perasaan nilai yang kuat yang menjadi pembimbingnya dalam bertingkah laku. Bagi mereka yang dewasa, perusahaan dipandang sebagai sebuah mahluk hidup yang perlu untuk diasuh dan dilindungi. Ini menjadikan mereka begitu keras dalam menghadapi orang lain jika keberadaan perusahaan perlu diselamatkan.

12--Dia seimbang.

Seseorang yang sudah berkepribadian dewasa akan hidup dalam suatu kehidupan yang berkeseimbangan. Dia sanggup bekerja keras namun juga mampu melepaskan diri dari tekanan-tekanan serta menikmati waktu senggangnya. Dia menyadari perannya dalam perspektif yang lebih besar dan lebih luas.

BAGAIMANA MENGUKUR KEDEWASAAN ANDA

Kedewasaan adalah proses menjadi (a process of becoming). Untuk menilai tingkat kedewasaan anda sendiri, anda perlu melihat dan mencari tanda-tenda pertumbuhan. Bacalah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dan jawablah dengan "ya" atau "tidak". Ingat tidak ada skor dan tidak ada juga jawaban yang benar atau salah. Daftar pertanyaan ini dapat membantu anda melihat diri anda sendiri secara obyektif, bila anda mampu melakukannya, anda sudah melangkah kaki menuju langkah pertama yang penting bagi pendewasaan diri anda; yaitu menerima diri sendiri.

1--Apakah anda mau menerima tanggung jawab atas kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh bawahan anda?

2--Apakah bisa mendengarkan orang lain dengan sabar walaupun anda tidak setuju dengannya?

3--Apakah anda mau memeriksa kembali pendapat diri anda sendiri yang biasanya anda anggap sebagai sebuah kebenaran dan hal yang pasti?

4--Apakah anda mengambil satu atau dua minggu libur setiap tahunnya?

5--Apakah anda sanggup menerima reaksi atau umpan balik tentang diri anda, termasuk kritik yang tidak menyenangkan perasaan anda?

6--Apakah anda tidak begitu mengalami perasaan dongkol pada teman-teman sekerja anda? Apakah anda mudah menghadapi mereka?

7--Apakah anda berani mengambil sebuah keputusan yang tidak populer mengenai sesuatu yang anda yakini kebenarannya?

8--Apakah anda menyambut gembira saran-saran dan diskusi dengan bawahan anda?

9--Apakah anda merasa percaya diri bahwa anda dapat menangani persoalan-persoalan anda?

10--Apakah anda merasa tenang dalam pertemuan-pertemuan dan konferensi-konferensi?

11--Apakah anda secara sukarela menerima suatu tantangan baru atau tanggung jawab tambahan baru?

12--Apakah anda berusaha untuk memperbaiki keahlian dengan cara membaca buku bermutu, seminar dan belajar?

13--Apakah anda membina pembantu sehingga dapat mengambil alih sebagian pekerjaan dan tangung jawab anda?

14--Apakah anda mengembangkan minat baru dalam organisasi sosial, hobi dan lain-lain.

15--Apakah anda cenderung menolong orang lain ketimbang mengkritiknya?

16--Apakah anda senantiasa memperbaiki kemampuan anda dalam merencanakan dan menggunakan waktu anda?

17--Apakah anda belajar mewakilkan atau mendelegasikan tugas-tugas anda?

18--Apakah anda merasa baik dalam bergaul dengan bawahan anda dan tidak merasa terancam oleh mereka?

19--Apakah anda jarang marah?

20--Apakah anda mampu melihat segi-segi humor dalam kebanyakan peristiwa?

21--Apakah anda mempunyai waktu yangn cukup untuk keluarga anda?

22--Apakah anda mempunyai pendapat-pendapat baru mengenai diri anda sendiri?

23--Apakah anda mempunyai sahabat-sahabat baru?

24--Apakah anda mengubah pendapat dan perasaan anda mengenai beberapa hal?

25--Apakah anda bisa hidup tenang dengan persoalan yang belum anda temukan pemecahaannya?

26--Apakah cukup banyak orang yang minta dan mencari nasehat dan bantuan dari anda?

27--Apakah anda semakin banyak melakukan sesuatu dengan lebih sedikit usaha?

28--Apakah anda mempunyai sesuatu keyakinan yang semakin kuat tentang kebenaran-kebenaran dasar, mengenai agama, filsafat, yang anda yakini?


(Diringkas dari The Effective Psychology for Manager, Mortimer R. Feinberg, Ph.D)

Selasa, 04 Mei 2010

TIPS MENANGANI GROGI SAAT MEMULAI PRESENTASI

Perasaan "nervous" atau grogi di saat memulai presentasi adalah hal yang hampir pasti dialami oleh semua orang. Bahkan seseorang yang telah berpengalaman berbicara di depan umum pun tidak terlepas dari perasaan grogi atau "demam panggung" ini. Ada pakar yang mengatakan bahwa perasaan grogi ini muncul karena melemahnya rasa percaya diri pada seseorang. Namun, seorang yang sangat berkuasa pun, misal presiden direktur yang berbicara pada bawahannya, masih juga terjangkit grogi. Ada juga anjuran agar anda mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum menyajikan presentasi, namun toh perasaan grogi itu tetap muncul. Ini berarti grogi atau nervous bukanlah hal yang bisa dihindari begitu saja. Malahan bila perlu ditangani agar memberi
nilai tambah dalam presentasi anda. Baiklah, anda kini sedang menunggu giliran untuk menyampaikan presentasi. Anda telah mempersiapkan segalanya. Namun, anda tetap saja grogi, nervous, gugup dan lain sebagainya.
Berikut adalah tips untuk menangani rasa grogi itu.

1--Pahami bahwa perasaan grogi adalah energi positif

Apa yang anda rasakan saat grogi? Dada berdebar-debar, keringat dingin mengucur, bibir bergetar, dan darah seolah mengalir lebih cepat. Pahami bahwa semua itu adalah sebuah dorongan energi yang meluap dari dalam diri anda. Tidak ada yang salah pada energi itu. Ia perlu disalurkan secara positif. Ia semestinya menjadi bahan bakar yang mendorong presentasi anda lebih baik. Anda bisa menggunakan energi itu untuk memantapkan penampilan anda.

2--Bersikaplah nothing to loose.

Keinginan kita untuk bersikap sebaik-baiknya mendorong munculnya perasaan grogi. Secara negatif, pikiran kita biasanya terbebani oleh ketakutan untuk membuat kesalahan, kekhawatiran akan gagal, kecemasan bila melakukan kekonyolan, dan berbagai bayangan-bayangan negatif lainnya. Sebelum anda bisa menggunakan energi grogi itu secara positif, maka terlebih dahulu anda harus menetralisir emosi-emosi negatif tersebut. Bersikaplah "nothing to loose"; tak sesuatu yang patut kita takutkan. Bila toh kita gagal, maka tidak sesuatu yang harus menjadikan kita begitu kehilangan.

3--Tenangkan diri anda.

Sementara anda menunggu giliran, atur nafas anda. Tarik nafas dalam-dalam, keluarkan lambat-lambat. Keluarkan energi yang meletup-letup dalam dada anda melalui hembusan nafas yang teratur. Tenangkan pikiran dan emosi anda. Bila perlu pejamkan mata. Kumpulkan energi itu sebaik-baiknya. Jangan biarkan mengganggu ketenangan jiwa anda.

4--Kerahkan energi anda.

Kerahkan energi anda. Lepaskan energi itu dari "kekangannya". Bila para audiens memberi appalus pada pembicara sebelum anda, maka kerahkan energi anda dengan memberikan applaus yang tak kalah meriah. Berdirilah dengan sigap. Berjalanlah dengan tegap dan mantap. Bila perlu hembuskan nafas lepas sambil berteriak kecil, "yes". Atau turut bertepuk tangan menyambut applaus dari audiens. Lakukan apa-apanya dengan sikap tegas. Biarkan energi itu mengalir dalam gerakan anda.

5--Berbicaralah dengan keras dan lantang.

Bila anda berbicara lambat, maka bibir anda akan semakin gemetar, suara anda pun bergetar. Salurkan rasa grogi anda melalui suara anda yang keras dan lantang. Suara keras anda bukan hanya dapat mengatasi kecemasan, namun juga sarana menyalurkan energi tersebut. Ada baiknya anda menghafal teks pertama anda namun tetap bersikap wajar.

6--Diam.

Anda dapat menyalurkan ketegangan dalam diri anda pada para audiens, yaitu dengan memulai presentasi anda dengan diam beberapa detik. Biarkan ketegangan anda terserap dan jadi ketegangan audiens. Bila anda merasa ketegangan di audiens sudah cukup meninggi, mulailah presentasi anda dengan sebuah pembukaan yang kuat, tajam dan lantang.

7--Lontarkan humor yang wajar.

Lenturkan kegugupan anda dengan sebuah humor yang wajar. Anda memang perlu merencanakannya dengan baik, namun jangan sampai kehilangan spontanitas. Dan, humor terbaik yang tidak akan melukai perasaan siapa pun adalah humor tentang diri anda.

KEHIDUPAN YANG BERKUALITAS

Barbara Brown Taylor

Seorang profesor diundang untuk berbicara di sebuah basis militer pada tanggal 1 Desember. Di sana ia berjumpa dengan seorang prajurit yang tak mungkin dilupakannya, bernama Ralph. Ralph yang dikirim untuk menjemput sang profesor di bandara. Setelah saling memperkenalkan diri, mereka menuju ke tempat pengambilan kopor. Ketika berjalan keluar, Ralph sering menghilang. Banyak hal yang dilakukannya. Ia membantu seorang wanita tua yang kopornya jatuh dan terbuka. Kemudian mengangkat dua anak kecil agar mereka dapat melihat sinterklas. Ia juga menolong orang yang tersesat dengan menunjukkan arah yang benar. Setiap kali, ia kembali ke sisi profesor itu dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.

"Dari mana Anda belajar melakukan hal-hal seperti itu ?" tanya sang profesor.

"Melakukan apa ?" kata Ralph.

"Dari mana Anda belajar untuk hidup seperti itu?"

"Oh," kata Ralph, "Selama perang, saya kira."

Lalu ia menuturkan kisah perjalanan tugasnya di Vietnam. Juga tentang tugasnya saat membersihkan ladang ranjau, dan bagaimana ia harus menyaksikan satu per satu temannya tewas terkena ledakan ranjau di depan matanya. "Saya belajar untuk hidup di antara pijakan setiap langkah," katanya. "Saya tak pernah tahu apakah langkah berikutnya merupakan pijakan yang terakhir, sehingga saya belajar untuk melakukan segala sesuatu yang sanggup saya lakukan tatkala mengangkat dan memijakkan kaki.
Setiap langkah yang saya ayunkan merupakan sebuah dunia baru, dan saya kira sejak saat itulah saya menjalani kehidupan seperti ini."

Kelimpahan hidup tidak ditentukan oleh berapa lama kita hidup, tetapi sejauh mana kita menjalani kehidupan yang berkualitas.

(Barbara Brown Taylor. Dikutip dari Manggalacom)