Kamis, 20 Agustus 2009

LEMBAR 9: MENDENGARKAN

Bila anda pernah naik pesawat terbang pasti tahu ritual ini. Di awal penerbangan, sebelum pesawat lepas landas, seorang pramugari memperagakan bagaimana mengenakan sabuk pengaman, menggunakan pelampung, menarik baterei, menunjukkan dimana pintu darurat, dan seterusnya. Bisa ditebak, hampir sebagian besar penumpang menganggapnya hal biasa. Kecuali mereka yang pertama kali naik pesawat terbang mungkin akan memberikan perhatian penuh pada peragaan itu. Mereka melihat dan mendengarkan baik-baik apa yang disampaikan. Ya, mereka bukan hanya melihat, mereka memperhatikan. Mereka juga bukan sekedar mendengar, mereka mendengarkan. Peragaan itu menarik bukan hanya karena itu adalah pengalaman baru bagi mereka, namun juga
menyangkut keselamatan dan tindakan penyelamatan di kala darurat. Untuk itu,amatlah perlu diperhatikan.

Pertanyaan #1--Menurut anda, apakah perbedaan antara mendengar dan mendengarkan?

Mendengarkan adalah sebuah tindakan menyengajakan diri untuk mendengar.
Akhiran "kan" pada kata tersebut memberikan arti yang sungguh berbeda.
Mendengar suara burung berkicau adalah menangkap gelombang suara melalui daun telinga. Sedangkan mendengarkan suara burung berkicau adalah menyengaja mendengar apa yang melintasi daun telinga oleh sebuah kesadaran diri.

Pertanyaan #2--Seberapa penting mendengarkan itu bagi anda?

Mari kita lanjutkan perjalanan pesawat terbang kita. Di tengah perjalanan, salah sebuah mesin mati karena tersambar petir. Pilot memutuskan untuk mendaratkan pesawat di lapangan udara terdekat. Namun, karena cuaca sangat buruk, penglihatan terbatas, pilot mengandalkan tuntunan yang disampaikan oleh petugas menara. Waktu berjalan sangat cepat, keputusan harus diambil secepat itu pula. Melalui radio, petugas menara memberitahukan apa yang harus dilakukan oleh pilot. Sang pilot pun dengan seksama mendengarkan semua instruksi itu. Tidak ada instruksi yang bisa diulang. Tidak ada instruksi yang diberikan melalui contoh atau peragaan. Semua disampaikan melalui gelombang radio. Satu-satunya yang dipercaya adalah suara petugas menara.
Maka tindakan terbaik bagi sang pilot adalah mendengarkan. Tidak ada kesempatan untuk melihat, bertanya apalagi berdebat. Ia hanya bisa mendengarkan dan mengikuti instruksi tersebut. Di saat seperti itu, keselamatan seluruh penumpang bergantung pada kemampuan sang pilot untuk mendengarkan secara cermat dan tepat instruksi-instruksi yang disampaikan melalui radio.

Pertanyaan #3--Menurut anda, mengapa banyak sekali buku dan tips mengenai manajemen atau hubungan antar manusia yang menganjurkan bagaimana cara mendengarkan dengan baik? Apa yang menghambat kita sehingga tak mampu mendengarkan dengan baik?

Ketrampilan mendengarkan sebenarnya telah diajarkan sejak dini. Selama sekolah sebagian besar pelajaran disampaikan melalui ucapan verbal. Bagi murid, mendengarkan adalah satu-satunya alat terbaik untuk mencerap apa yang disampaikan oleh guru. Beberapa metode ujian dilakukan dengan mendikte soal sehingga yang diuji pada murid bukan hanya kemampuan ingatannya, melainkan juga kemampuan mendengarkan murid tersebut. Mendengarkan adalah sarana utama yang kita gunakan untuk mencerap pengetahuan, kebijakan, dan banyak hal lain. Oleh karena itu sudah sepantasnya kita memperhatikan dan mengamati betul bagaimana kita bisa mendengarkan dengan sebaik-baiknya. Hambatan terutama mengapa kita terkadang tidak mampu mendengarkan dengan baik adalah karena kita hanya ingin mendengar apa yang ingin kita dengar. Inilah yang
oleh beberapa pakar disebut sebagai saringan persepsi, atau persepsi selektif. Persepsi selektif ini dibentuk oleh nilai, kepribadian, kepentingan, tujuan, kecerdasan kita. Persepsi selektif ini mendorong kita hanya mau mendengarkan apa yang "menguntungkan" atau sesuai dengan keinginan kita. Bayangkan bila seorang wartawan yang dalam pekerjaan sehari-harinya tergantung dari kemampuannya mendengarkan hanya mau mendengar apa yang ingin ia dengar, maka wajarlah bila beritanya penuh dengan opini wartawan tersebut.

Pertanyaan #4--Menurut anda bagaimanakah anda bisa mendengarkan dengan baik?
Bagaimana anda bisa menangkap apa yang disampaikan oleh orang lain sebagaimana adanya?

Di saat mendengarkan kita tidak dapat berbicara. Kata pepatah, anda takkan bisa mendengarkan dengan lidah yang berkata-kata. Mendengarkan setidaknya membutuhkan diam. Diam di sini bukan sekedar tidak berbicara, namun juga memperhatikan dengan baik apa yang muncul dalam benak kita saat mendengarkan. Acapkali yang terjadi adalah di saat mendengarkan kita justru mempersiapkan apa yang akan kita bicarakan segera setelah giliran berbicara kita tiba. Dalam hal ini, kita tak bisa dikatakan sepenuhnya mendengarkan.
Mendengarkan adalah sikap aktif mendengarkan bukan berusaha mendominasi pembicaraan.

Pertanyaan #5--Menurut anda apa tujuan mendengarkan? Apa yang anda dapat dari mendengarkan?

Di saat kita mendengarkan dengan sebenar-benarnya mendengarkan, kita mendapatkan dua keuntungan sekaligus. Pertama, kita bisa memahami apa yang ingin disampaikan oleh lawan bicara kita. Dengan demikian, lawan bicara kita mendapatkan apa yang ingin ia dapatkana, yaitu perhatian seksama dari kita. Kita bisa melihat dari kacamata lawan bicara dan mengerti lebih baik lagi mengenai persepsi apa yang dimiliki oleh lawan bicara. Kedua, kita bisa mengendalikan diri sendiri lebih baik lagi. Mendengarkan adalah proses kita "mengalahkan" kecenderungan dan persepsi diri sendiri, dan melepaskan sumbat yang memisahkan diri dari realita. Bahkan, mendengarkan adalah langkah awal kita menundukkan ke-ego-an dan mengenal diri sendiri lebih baik lagi.

KEGIATAN ALTERNATIF

Kegiatan alternatif berikut mengajak anda untuk memahami apa yang terjadi dalam diri anda di saat anda menyengaja mendengarkan. Coba anda terapkan dalam banyak keadaan. Misal, di saat menghadapi konflik, menghadiri pelatihan, mendengarkan berita, dan banyak hal lain. Pada awalnya mungkin terasa sulit, karena kita terbiasa menggunakan persepsi kita untuk menilai suatu keadaan. Namun, kunci mendengarkan terletak pada kemampuan kita mengalahkan diri sendiri. Ini hanya sbeuah praktek ringan saja.

1--Niatkan diri anda untuk mendengarkan. Siapkan pendengaran anda untuk mendengarkan. Di langkah awal ini, apakah anda bisa merasakan bahwa mendengarkan adalah tindakan menyengaja yang semestinya dipicu oleh kesadaran diri. Apakah anda juga merasakan bahwa menyengaja mendengarkan berarti mengalahkan kecenderungan diri sendiri yang bisa menghambat proses mendengarkan itu?

2--Dengan siapa pun anda bicara saat ini, anggap saja ada seseorang staff yang mengeluh dan mempunyai konflik dengan staff lain. Dalam hal ini, anda diminta untuk bertindak sebagai cousnelor. Coba praktekkan mendengarkan. Katup bibir anda rapat-rapat dan kelukan lidah. Apakah anda merasakan sebuah kesulitan untuk menahan diri anda dari kecenderungan untuk berbicara dan memberikan komentar? Bila anda merasakan kesulitan itu, maka tetapkan target berapa lama anda mendengarkan dengan seksama. Mulailah dari lima menit, sepuluh menit, dan seterusnya.

3--Di saat anda mendengarkan, apakah anda bisa menangkap apa yang ingin disampaikan oleh lawan bicara anda. Apakah anda bisa menemukan bagaimana persoalan yang sedang dibicarakannya. Lebih lanjut, apakah anda bisa menggambarkan bagaimana kepribadian dari lawan bicara anda? Bila tidak, tak apa. Mendengarkan tidak mengharuskan anda memahami seluruh apa yang ingin disampaikan lawan bicara.

4--Gunakan satu telinga anda untuk mendengarkan lawan bicara. Dan satu telinga yang lain untuk mendengarkan diri anda sendiri. Apakah di saat anda mendengarkan lawan bicara anda berbicara, anda juga mendengarkan diri anda berbicara? Apakah benak anda mengolah memori, nilai-nilai dan persepsi-perseosi? Apakah anda menyusun kalimat-kalimat yang ingin anda bicarakan? Apakah anda merasakan bahwa mendengarkan bukanlah pekerjaan yang mudah dilakuan begitu saja? Atau apakah anda terhanyut dalam apa yang
disampaikan oleh lawan bicara anda.

5--Pada akhir pembicaraan, coba nilai kemampuan mendengarkan anda. Apakah anda memahami bagaimana lawan bicara anda, sekaligus diri anda sendiri?
Apakah anda bisa mengenali setiap gerak emosi dan perasaan yang mengalir saat mendengarkan? Atau apakah anda tetap bisa berdiri tegak di atas kuda-kuda kesadaran diri anda?

Mendengarkan adalah proses yang tak mudah diterapkan. Pertama anda harus mengatasi diri anda sendiri baru kemudian bisa memahami orang lain. Bahkan mungkin seringkali kita harus memahami bagaimana sebenarnya mendengarkan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar