John R. Brinkerhoff
Dalam setiap organisasi selalu ada tatanan tingat komando. Ini adalah garis kekuasaan yang membujur dari puncak sampai ke tingkat paling bawah. Ini menunjukkan siapa bertanggung jawab pada siapa. Tatanan ini harus dipatuhi dalam menyampaikan informasi dari bawah ke atas. Sebenarnya ini adalah istilah militer yang tidak begitu disukai oleh orang sipil. Ada orang yang lebih suka menyebutnya sebagai struktur kepemimpinan atau hierarki. Namun pada dasarnya tatanan urutan ini selalu terdapat dalam organisasi militer maupun sipil. Kurang tepat bila dianggap bahwa tatanan urutan ini kurang dipatuhi di lingkungan organisasi sipil. Justru di organisasi sipil lebih kuat dalan memegang peraturan protokol dibanding organisasi militer.
Penggunaan tatanan urutan garis komando ini digunakan agar semua pekerjaan, dokumen, gagasan, pertanyaan dan permintaan harus dilakukan sesuai dengan struktur organisasi yang telah ditentukan, yaitu mulai dari tingkat yang paling bawah. Segala sesuatu bermula dari karyawan tingkat bawah, kemudian disampaikan ke kepala bagian, kepala divisi, wakil direktur, direktur, hingga akhirnya direktur utama. Ada banyak variasi dalam tatanan garis komando ini tergantung pada susunan organisasi yang dianut oleh organisasi tersebut.
Mengikuti tatanan garis komando ini bisa jadi merupakan pekerjaan yang membosankan, bertele-tele, dan menjengkelkan. Hal inilah yang mendorong karyawan dan manajer menengah yang ingin maju, untuk mengubah tatanan urutan yang ada. Mereka mencoba melewati tingkatan-tingkatan yang berwenang memberi/menolak persetujuan yang sesuai dengan struktur resmi organisasi. Seorang karyawan ingin mengabaikan kepala bagiannya dan langsung menemui kepala divisi. Atau, seorang kepala bagian langsung menemui direkturnya. Kejadian ini disebut batu loncatan. Namun, sebenarnya istilah yang tepat bagi mereka yang suka meloncati tatanan garis komando adalah "pelempar bom".
Mengubah tatanan garis komando mungkin akan segera membawa hasil, namun berbahaya dan di kemudian hari dapar berakibat tidak produktif. Mungkin anda akan mendapat tanggapan satu dua kali, setelah itu anda akan menderita. Bahkan mungkin pejabat yang menyetujui cara anda merusak tatanan garis komando itu tidak sungguh-sungguh menyetujui apa yang anda lakukan. Dia hanya senang karena telah mengetahui bahwa buah pikiran anda telah dipelajari dan ditangani oleh manajer-manajer di atas anda. Manajer-manajer itu tentu saja akan sangat marah. Anda tidak saja merampas hak mereka untuk memberikan persetujuan, mengubah, meninjau kembali dan mencari kesalahan, namun anda juga telah menghina jabatan mereka. Dengan berbuat demikian anda telah menunjukkan rasa tidak hormat kepada mereka. Dan ini merupakan dosa
besar dalam urutan hierarki.
Jadi, janganlah mengubah tatanan garis komando. Bahkan andaikata direkturnya adalah ipar anda, jangan sekali-sekali berbuat demikain. Dalam jangka panjang anda hanya akan mendapat sedikit keuntungan dan anda bahkan dikenal sebagai biang kekacauan. Jangan melewati tingkatan-tingkatan yang telah ada, bersabarlah. Pada suatu hari anda akan menjadi pejabat. Siapa tahu mungkin anda akan sempat berbicara secara terbuka dengan ipar anda yang menjabat sebagai direktur, dalam suatu acara syukuran.
(101 Commonsense Rules, John R. Brinkerhoff)
Ada Awal selalu ada Akhir
4 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar