Kamis, 14 Mei 2009

WAWANCARA CUMA LIMA MENIT SAJA

Tanya: Mengapa seringkali saya hanya melalui wawancara yang sangat singkat (tidak sampai lima menit) dan akhirnya tidak diterima? (Ok)

Jawab: Hmm... kata orang, lima menit pertama adalah kunci terpenting dalam suatu wawancara. Kesan, dugaan dan prasangka pewawancara terbangun saat itu.
Mereka mengandalkan insting, pencerapan indrawi dan kesan pertama untuk menilai anda. Dan, itu biasanya menancap benar pada benak mereka sehingga tanpa disadari jalannya wawancara berlangsung di atas rel praduga tersebut.
Bila anda melakukan suatu kesalahan pada lima menit pertama, anda harus membalik keadaan itu dengan bersusah payah.

Apa yang terlihat pada lima menit pertama? Apa yang dijadikan sumber penilaian pewawancara pada lima menit pertama? Ya, penampilan! Sama seperti saat kita hendak membeli sayuran di supermarket. Pandangan kita langsung jatuh tertarik pada sayuran yang menampilkan kesegaran alami. Sayur yang layu dan kusam pasti kita tinggalkan begitu saja. Yang ingin dilihat oleh pewawancara adalah sebuah penampilan yang segar. Coba perhatikan bagaimana anda menampilkan diri. Segar bukan berarti harus cantik, karena kesegaran cerminan dari apa yang ada dalam diri anda.

Pertama, perhatikan bagaimana sinar wajah anda. Apakah anda bisa menemukan sorot mata yang sejuk, namun ada setitik binar di sana? Kemudian perhatikan bagaimana anda tersenyum.
Kemanakah arah lengkung ujung garis bibir anda?
Datar saja? Tertarik ke atas? Atau tertekan ke bawah?
Bagaimana pula kekuatan tarikannya?
Penuh menarik ke samping?
Atau agak malas, sehingga senyum anda tampak ala kadarnya. Jangan lupa perhatikan tarikan alis anda.
Ini biasanya berpengaruh pada sorot mata anda. Coba tanyakan pada diri anda sendiri, apakah wajah anda sudah menampilkan sebuah optimisme, rasa percaya diri, ketulusan dan juga kerendahan hati? Sekali lagi, jangan tertipu dengan kecantikan. Anda bisa menyempurnakannya dengan berbagai polesan kecantikan, namun kekuatan utama adalah sinar dari dalam diri anda sendiri.

Kedua, perhatikan bagaimana busana yang anda kenakan. Tidak harus mahal dan baik. Yang paling utama adalah rapi, sopan, praktis dan profesional. Beberapa wanita mengenakan jilbab. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menyesuaikannya agar tidak menimbulkan kesan merepotkan dan menghambat gerak anda. Persiapkan busana anda sebaik-baiknya.

Ketiga, perhatikan bagaimana anda bergerak dan bersikap. Mulai dari, berjalan, duduk, berjabatan tangan, berdiri, membungkukkan badan, dan seluruh gerak anda. Meski anda harus menguasai gerak tubuh anda, namun yang terbaik adalah anda bersikap lepas dan tidak tertekan. Istilahnya: biasa saja. Seluruh gerak anda harus tangkas, cukup sigap, tegap, praktis, sopan, tidak salah tingkah, mantab, dan energetik. Keloyoan, ogah-ogahan, "kemayu" (eh... apa sih bahasa Indonesianya kemayu?) tidak laku di sini. Sekali lagi yang anda "jual" adalah semangat dan kesegaran.

Keempat, perhatikan tata bahasa, ucapan, suara dan tekanan suara anda. Pilihlah dengan cermat kalimat sapaan dan pembuka yang baik. Perhatikan bagaimana anda mengucapkannya. Pilihlah kalimat basa-basi yang terpilih. Ketika anda berada di sana, segera temukan sesuatu yang menarik dari perusahaan tersebut. Misal, orang-orang yang energik, taman yang tertata rapi, kantor yang sejuk, atau apa saja, sebagai bahan berbasa-basi. Ini menunjukkan bahwa anda mempunyai pemikiran yang cukup positif dalam menyikapi sesuatu yang baru.

Terakhir, bersikaplah nothing to loose. Jadilah diri anda sendiri. Jangan bebani diri anda sebegitu berat. Anda memang harus berusaha, namun kesabaran adalah obat penawar yang baik. Mintalah bantuan moral dari orang tua, saudara dan sahabat-sahabat anda. Serahkan semuanya pada Yang Maha Kuasa, tugas kita adalah mengerjakan semua itu sebaik-baiknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar