Seorang pengawas produksi diajak untuk terlibat dalam sebuah kegiatan karyawan. Sebagai seorang pengawas tentu ia mempunyai cukup pengaruh pada karyawan, dan ini diharapkan bisa mensukseskan kegiatan tersebut. Sebenarnya ia senang saja bisa membantu namun ia mengeluh tak punya waktu. Katanya, "Maaf, aku tak bisa ikut membantu. Aku selalu dikejar target produksi."
Kemudian ajakan itu dialihkan pada seorang pengawas produksi yang lain.
Meski sama-sama tidak mempunyai waktu luang, terutama karena jadwal produksi yang padat, namun ia beralasan, "Aku harus mengejar target produksiku terlebih dahulu."
Pertanyaan #1--Apakah anda bisa menangkap suatu pola pikir yang berbeda dari kalimat yang diucapkan oleh kedua pengawas produksi tadi?
Melanjutkan cerita di atas, pengawas yang pertama menempatkan dirinya sebagai seorang obyek. Ini ditunjukkan dengan bentuk kalimat pasif yang digunakannya. Dalam pola pikirnya, ia adalah "penderita" yang dikejar-kejar oleh target produksinya. Dengan demikian ia selalu dalam keadaan "kalah" dan tunduk pada sang subyek. Sedangkan pengawas yang kedua menempatkan dirinya sebagai seorang subyek (pelaku) aktif yang berusaha mencapai target produksi. Dalam pola pikirnya, target adalah sesuatu yang berada di bawah kendalinya. Pengawas ke dua memandang situasi kerja melalui kacamata positif karena itu ia bisa berperan aktif dalam mengatur kehidupannya. Bila target produksi telah tercapai, atau kendali itu telah cukup baik dikuasai, maka bukan tak mungkin ia memiliki cukup waktu untuk terlibat dalam kegiatan karyawan. Pola pikir demikian mendorong ia untuk maju penuh inisiatif.
Pertanyaan #2--Apakah anda bisa menangkap pola pikir anda dari bentuk kalimat dan bahasa yang anda gunakan sehari-hari? Menurut anda bagaimanakah bentuk bahasa anda?
Cerita lain: seorang manajer perencanaan menemui atasannya. Ia berkata, "Bos, kita punya masalah. Besok, pemasok kita libur dan tidak bisa mengirim pesanan yang kita butuhkan lusa." Sang bos memerintahkan agar hari ini juga pemasok bisa mengirimkan barang tersebut. Manajer tadi menjawab, "Itu sudah saya lakukan. Masalahnya, kendaraan mereka rusak." Sang bos memerintahkan agar menggunakan truk perusahaan saja. Manajer tadi menyahut, "Kendaraan kita sedang keluar. Kita harus menyewa angkutan, masalahnya siapa yang harus membayar ongkos angkutnya?” Sang bos kembali menjawab agar merundingkan baik-baik dengan pemasok. Manajer tadi melanjutkan, "Masalahnya bagian keuangan mereka cukup sulit diajak berunding." Akhirnya sang bos agak naik pitam, dan menutup perbincangan, "Stop! Itu semua bukan masalah! Itu hanya
sesuatu yang harus kita hadapi dengan baik. Sekali lagi, itu bukan masalah."
Pertanyaan #3--Apakah anda bisa menangkap "masalah" di dalam istilah "masalah" yang digunakan oleh si manajer tadi? Sadarkah anda bahwa penggunaan kata-kata (bukan hanya kalimat) juga mencerminkan pola pikir anda?
Ya, kata-kata menunjukkan bagaimana diri kita. Dalam beberapa masyarakat, bahasa dibeda-bedakan dalam tingkat-tingkat tertentu yang menunjukkan tingkat penggunaannya. Ada bahasa yang khusus digunakan untuk pergaulan, bentuk penghormatan, dan sebagainya. Bagi beberapa orang berkata-kata adalah melakukan pilihan secara sadar untuk menyatakan sesuatu demi tujuan mereka.
Mereka menyebutnya sebagai sebuah diplomasi. Kata-kata pun digunakan dalam seni. Itu berarti seluruh penggunaan kalimat dan kata-kata bukan hanya menjadi penting untuk mengetahui diri kita, menyatakan kehendak, namun juga untuk mencapai tujuan-tujuan. Berbahasa bukan sekedar berkomunikasi, bukan?
Pertanyaan #4--Menurut anda, apakah ada hubungan antara ruang lingkup pergaulan anda (yang tentu saja dapat anda lihat sebagai bentuk kemajuan kehidupan pribadi, karier, perkawinan, dan lain-lain.) dengan bahasa yang anda gunakan?
Banyak orang berpendapat bahwa kita harus mempelajari dan menguasai bahasa-bahasa tertentu agar bisa mencapai kemajuan. Tentu bahasa yang dimaksud adalah bahasa yang banyak digunakan dalam pergaulan internasional.
Ini ditujukan agar pergaulan kita bisa terbentang lebih luas seiring dengan luasnya kemampuan kita berkomunikasi. Sering terjadi di saat kita sedang dalam proses belajar berbahasa asing, kita mulai belajar dengan menerjemahkan kata-kata (bahasa ibu yang tersimpan dalam "kamus" benak kita) yang kita ingin ucapkan ke dalam bahasa asing tersebut terlebih dahulu. Kita masih belum bisa langsung berbicara begitu saja dalam bahasa asing itu. Kita baru menjadi seorang penerjemah saja, dengan demikian sesungguhnya kita belum sungguh-sungguh berbahasa asing. Dengan kata lain, seberapa jauh kita mampu berbahasa asing ditentukan juga oleh seberapa luas penguasaan kita
pada berbagai kata yang kita serap dalam bahasa ibu. Di saat kita semakin jauh terlibat dalam bahasa-bahasa baru, kita berkenalan dengan pola pikir baru yang membuka wawasan lebih jauh.
Pertanyaan #5--Seberapa banyak perbendaharaan kata yang anda kuasai? Apakah anda sadar bahwa seberapa luasnya pergaulan anda dipengaruhi pula oleh seberapa banyak perbendaharaan kata yang anda miliki?
Banyak orang dalam berbagai kesempatan mengumbar istilah dan kata-kata yang tampaknya asing bagi pendengarnya. Mungkin ia berpikir bahwa semakin sulit dan luas kata-kata yang bisa ia ucapkan, maka semakin tinggilah pengetahuan dan kemampuannya. Itu memang benar. Namun, berkata-kata bukan sekedar cermin ketrampilan dan pola pikir. Berkata-kata adalah cermin bagi pengendalian diri dan kepribadian, terutama bila kita mampu menggunakannya secara tepat dan baik. Tak heran bila orang bijak selalu berpesan agar kita berhati-hati dengan bahasa, terutama bahasa lisan, yang kita ucapkan. Seorang pujangga menulis, bahwa mulutmu adalah harimaumu.
KEGIATAN ALTERNATIF
Kegiatan ini ditujukan untuk mengajak anda menilai dan mengukur kemampuan berbahasa dan menghitung perbendaharaan kata-kata anda. Pada gilirannya anda bisa mengukur dan mengetahui sejauh mana bahasa dan kata-kata itu berpengaruh pada kehidupan karier anda.
1--Perhatikan setiap kalimat yang anda ucapkan. Apakah anda menggunakan bentuk kalimat aktif untuk menggambarkan kondisi diri anda? Atau kalimat pasif? Apakah anda mampu menyadari seberapa "aktif" dan "pasif"-nya diri anda tercermin dari bentuk kalimat yang anda gunakan? Coba untuk membandingnya, jika perlu menyusun sebuah statistik sederhana.
2--Kini perhatikan setiap kalimat yang diucapkan oleh lawan bicara anda.
Apakah mereka menggunakan bentuk kalimat aktif atau pasif. Apakah anda mampu menangkap apa yang terjadi di balik bentuk-bentuk kalimat mereka? Pandanglah sorot matanya untuk mengetahui jawaban atas pertanyaan anda. Apakah menurut anda bentuk kalimat yang digunakan itu mencerminkan kondisi pola pandang mereka?
3--Ambillah sepuluh kata secara sembarang (misal, usaha, maju, berhasil,kalah, juang, sumber daya, dan sebagainya). Coba uji kemampuan diri anda untuk menambahkan sinomin (baik dalam bahasa Indonesia, Inggris atau istilah-istilah baru lainnya) atas kata-kata tersebut. Seberapa banyak kata yang bisa anda kail dari ingatan anda untuk menggambarkan keadaan yang dimaksud dalam kata-kata yang berbeda. Apakah anda mampu merasakan perbedaan nuansa yang ditimbulkan oleh kata-kata yang berbeda itu? Apakah anda memahami apa arti kata diplomasi?
4--Perhatikan kata-kata yang diucapkan oleh lawan bicara anda, terutama kata-kata yang menyatakan berakibat pada perubahan emosi anda. Misal,kata-kata untuk menyatakan pujian, kemarahan, sindiran, dan lain sebagainya.
Apakah anda bisa membedakan sebuah emosi, misal, kemarahan dapat dinyatakan dengan cara yang berbeda dan memberikan hasil yang berbeda pada diri anda.
Apakah anda bisa membedakan mana kata-kata yang halus, kasar, dan lain sebagainya. Apakah anda menemukan bahwa kata mempunyai makna, yang berarti mempunyai kekuatan?
5--Kini perhatikan setiap kata dan kalimat yang anda dan lawan bicara anda komunikasikan. Bagaimana sebuah jeda diucapkan, balas-berbalas bentuk kalimat, atau saling melempar kata-kata. Apakah anda menangkap bahwa saling berbahasa adalah saling menunjukkan kepribadian masing-masing. Mereka yang mampu berbahasa dengan baik, mampu mengungguli lawan bicaranya?
Perhatikan bahasa anda. Waspadai kata-kata anda. Berhati-hatilah dengan apa yang anda ucapkan. Prinsip awal memanajemeni diri sendiri adalah mengenal diri. Sadar atau tidak kita belajar tentang diri sendiri dari apa yang keluar dari bibir kita.
Ada Awal selalu ada Akhir
4 tahun yang lalu