Rabu, 22 April 2009

KEBUTUHAN AKAN LINGKUNGAN ALAMI

Tom Cannon;

Ada tiga hal utama mengapa industri dituntut untuk semakin aktif bertindak.

Pertama, ada pengakuan yang luas bahwa industri memegang kunci adaptasi yang berhasil. Perusahaan-perusahaan internasional mempunyai sumber daya dan ahli. Dan mereka dapat menyebarkan sumber daya dan para ahlinya dengan fleksibilitas dan kreativitas yang hanya bisa dilakukan oleh mereka yang kuat saja. Partisipasi aktif mereka sangat penting jika tanggapan internasional juga aktif. Sedangkan perusahaan menengah dan kecil diharapkan dapat menawarkan kreativitas dan inovasinya bagi pemecahan masalah lokal.

Kedua, banyak perusahaan menerima keuntungan dari lingkungan yang lebih sehat dan lebih makmur. Masyarakat yang makmur merupakan penanam modal terhadap barang dan jasa yang lebih luas ketimbang masyarakat yang tertekan.
Yang jelas, perusahaan dan masyarakat menderita jika terjadi kerusakan lingkungan alami. Pasar pun akan memberikan reaksi terhadap kegagalan perusahaan dalam memenuhi tanggung jawabnya .

Ketiga, kedudukan yang positif akan meningkatkan kinerja dan posisi perusahaan. Perusahaan yang mengelola tanggung jawabnya secara efektif merupakan perusahaan yang mampu membangun posisi yang lebih aman dan lebih makmur dalam pasar. Keberhasilan untuk mempertahankan lingkungan akan menghasilkan keuntungan jangka panjang dan menambah nilai bagi perusahaan dan masyarakat.

Konferensi PBB - Pertemuan Puncak Rio - menelurkan satu tema dominan, yaitu tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan alami. Banyak perusahaan menyadari peran mereka dalam melindingi lingkungan sehingga generasi masa depan dapat mengambil keuntungan dan menikmati hadiah itu. Kesadaran ini terkadang muncul perlahan-lahan. Atau, dapat mula muncul secara drastis yang biasanya dipicu oleh suatu kecelakaan besar, misal, bencana minyak Exxon Valdez. Bagaimana pun kini muncul tekanan dan pengakuan bahwa salah satu dampak ikatan masyarakat dan perusahaan adalah keinginan yang kuat untuk
melindungi dan memelihara lingkungan.

KRISIS DAN TEKANAN

Tekanan terhadap tanggung jawab perusahaan akan lingkungan alami meningkat sejalan dengan perkembangan teknologi, penerapan proses kerja yang potensial merusak dan memperluas dampak populasi. Sumber daya yang terbatas di seluruh dunia berjuang untuk mengatasi peningkatan perubahan. Krisis yang timbul dapat dicatat sebagai berikut: penipisan ozon, pemanasan global, hujan asam, emisi udara beracun, dan limbah. Krisis-krisis ini menumbuhkan kesadaran bahwa kegiatan industri bisa merusak lingkungan, baik yang secara nyata diketahui maupun yang tersembunyi dan membahayakan. Selain itu, perusahaan yang tidak dianggap merusak lingkungan pun harus sadar bahwa teknologi yang mereka gunakan tetap saja mempunyai pengaruh besar tapi tersembunyi bagi perusakan lingkungan alami.

Roome menyarankan bahwa analisa kemungkinan pengrusakan lingkungan yang disebabkan oleh perusahaan dapat dilakukan melalui penelitian ilmu dan persepsi masyarakat. Maksudnya, selain menggunakan proses keilmuan untuk menilai apakah sebuah perusahaan terbuktik merusak lingkungan atau tidak, maka persepsi publik akan kegiatan perusahaan tersebut harus dipertimbangkan. Yang jelas, perusahaan dihargai karena mereka tidak hanya menjadi penonton. Perusahaan juga dihargai manakala berupaya keras mendorong rekan-rekan mereka agar lebih bertanggung jawab sambil membujuk pemerintah agar mendengarkan pendapat mereka.

REAKSI PERUSAHAAN

Ada empat reaksi, sekaligus strategi perusahaan dalam menghadapi tuntutan ini. Pertama, perusahaan akan melakukan reaksi menyerang - bertindak secara aktif - terutama bila tuntutan akan lingkungan yang alami mengancam bisnis mereka. Karena ancaman itulah, mereka melakukan penyerangan. Kedua, perusahaan akan bertahan saja, tidak melakukan penyerangan apa-apa. Ini dilakukan jika pemenuhan tuntutan itu hanya akan mengurangi daya saing perusahaan, misal, berakibat pada kenaikan biaya yang menurunkan harga jual yang bersaing. Ketiga, perusahaan tidak peduli dan mengabaikan semua tuntutan itu. Perusahaan berharap masyarakat lupa akan tuntutannya. Keempat,
perusahaan melakukan langkah inovatif. Ini adalah strategi terbaik dalam mencari jalan untuk memenuhi tuntutan sekaligus menemukan peluang baru.
Misal, sepuluh tahun yang lalu, jarang ada produk atau proses baru dibuat hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar "hijau". Kini, jarang sekali ada penemuan yang mengabaikan dimensi ini.

Bahkan Roome mengusulkan untuk mencari keunggulan lingkungan dalam sebuah perusahaan, yaitu untuk menyelidiki secara sistematis komitmen perusahaan terhadap lingkungan. Ada beberapa poin yang dapat diselidiki.
Misal:

1--Nilai dan etos perusahaan.
Bagaimana sikap tegas dan keterbukaan manajemen puncak terhadap kelompok pemerhati dan komunitas ilmuwan penjaga lingkungan yang menyampaikan masalah yang dihadapi.

2--Tanggung jawab dan pertanggungjawaban.
Apakah ada penekanan pada tanggung jawab individu dan lokal, yang disertai dengan imbalan manajemen dan sistem pengawasan yang menguatkan kebijakan hijau perusahaan.

3--Kebijakan sumber daya manusia.
Apakah proses rekruitmen, seleksi, manajemen, motivasi dan pengawasan peruahaan berhubungan dengan perlindungan lingkungan.

4--Struktur organisasi.
Apakah organisasi dirancang ramping, fleksibel dengan penekanan pada kebutuhan bukan birokrasi.

5--Manajemen Puncak.
Apakah manajemen cukup terbuka, berkomitmen, dekat dengan pelanggan, dan sadar akan tanggung jawab yang lebih luas.

6--Operasional.
Apakah ada pengembangan, penekanan pada efektivitas yang bersandarkan produksi pengurangan limbah.

7--Pemasaran.
Apakah dilakukan pengembangan dan inovasi terus-menerus tapi bertanggung jawab pada pelanggan.

8--Keuangan.
Apakah manajemen menekankan pada nilai tambah dan kebutuhan akan tanggung jawab etis.

9--Sumber daya.
Apakah dijalin kerja sama dengan pemasok berdasarkan pengembangan yang ditekankan pada pengembangan dan inovasi yang terintegrasi.

10--Strategi perusahaan.
Apakah strategi mengatisipasi kebutuhan, menekankan nilai tambah jangka panjang, kesadaran pada pandangan yang lebih bersih.

(Tom Cannon, Coporate Responsibility)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar