Senin, 13 April 2009

LAZIMKAH MENCANTUMKAN IPK?

Tanya: Apakah lazim mencantumkan IPK dalam resume? Saya lulus cum-laude namun ragu-ragu, khawatir berkesan sombong. Saya tahu benar bahwa IPK tinggi bukan jaminan kemampuan seseorang. (Yt)

Jawab: Lho bukankah surat lamaran anda perlu dilampiri dengan ijazah dan transkrip nilai? Bila anda baru saja lulus (fresh-graduate) dan belum memiliki pengalaman kerja, maka "modal utama" anda adalah transkrip nilai. Memang benar apa yang anda sampaikan bahwa seseorang yang berprestasi baik di sekolah bukan jaminan bagi kemampuan kerja yang baik pula. Namun, bagaimana kita bisa menilai kemampuan kerja seseorang bila ia belum memiliki pengalaman kerja? Tidakkah kita bisa mengharapkan seseorang itu dapat bekerja baik dengan melihat kemampuan baik yang ditunjukkannya selama menjalani sebuah tugas hidupnya, yaitu, menuntut ilmu di sekolah. Kita dapat
menggunakan transkrip nilai sebagai salah satu bahan acuan dalam menilai seseorang. Transkrip nilai dapat dianggap sebagai "surat referensi prestasi" yang diberikan oleh lembaga pendidikan yang tidak kalah berharganya dibanding "surat keterangan kerja."

Mencantumkan IPK dan status kelulusan anda, meski tampaknya jarang dilakukan, menurut kami, bukanlah hal yang tabu. Itu adalah salah satu "eyes catcher" atau "barang bagus" yang menarik perhatian perusahaan. Anda boleh cantumkan IPK dan status kelulusan anda dalam segmen pendidikan anda. Biasanya pewawancara akan senang dan tergerak untuk berbincang-bincang lebih lama dengan pelamar yang mempunyai prestasi pendidikan yang istimewa. Mereka biasanya penasaran dan benar-benar ingin menguji anda. Pewawancara yang "fair" tentu tidak akan menanyai anda tentang pengalaman kerja anda, tetapi pengalaman pendidikan, misal, mata kuliah yang paling anda minati atau tidak anda sukai, tentang skripsi anda, hasil ujian akhir, nama dosen, dan lain-lain. Jadi, cantumkan saja. Percayalah, hal itu hanya salah satu
referensi saja. Point terpenting adalah saat wawancara itu sendiri. Namun, kunci untuk menggerakkan pewawancara sungguh-sungguh berminat melakukan pendalaman adalah IPK dan status kelulusan anda.

Mbak Y yang baik, kesombongan itu tidak terletak di atas kertas yang bertuliskan IPK dan cum-laude - meski anda tuliskan itu besar-besar. Kesombongan itu terletak dalam pikiran. Lebih parah lagi, bila kesombongan itu disimpan dalam hati. Bila pikiran menilai diri anda "hebat" hanya karena cum-laude, maka itulah kesombongan. Anggap saja IPK 3,9 dan cum-laude sebagai sesuatu apa adanya. Jangan menghapus tulisan di atas kertas hanya karena ingin meluruhkan kesombongan dalam diri. Hancurkan saja kesombongan yang ada dalam pikiran kita. Kata pepatah: jangan patahkan busur, tetapi
patahkan amarah dalam diri. Semoga berkenan. Selamat berjuang. Sukses untuk anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar